Chereads / Aku Kamu dan Masa itu / Chapter 43 - Batu sandungan tl

Chapter 43 - Batu sandungan tl

POV MARIO

Setting : di dalam kamar tamu keluarga Bey

Tadi malam aku tak bisa memejamkan mata, sebenarnya aku ingin menolak tawaran mama dan papa Bey untuk bermalam disini, tapi apa daya nyatanya Aku masih disini hari ini, menjaga rumah yang terasa sunyi saat ini. Tanpa berpikir panjang aku menaiki anak tangga menuju kamar Bey, aku hanya ingin melihat sebentar saja pikirku.

Aku memutar gagang pintu yang tak terkunci, menghirup udara kamar itu, wanginya masih sama, tapi sudah bercampur rasa dingin yang tak enak dihirup, mungkin karena kamar ini dibiarkan kosong, Aku menatap sekeliling, membayangkan gadis itu terbaring di kasur, teringat olehku wajahnya yg lesu saat kudaratkan di ranjang itu, aku tersenyum tipis mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu tapi saat ini hatiku seperti teremas terbayang foto yang terpajang di ruang utama, rasanya penuh sesak dan nyeri. Aku duduk di sisi ranjang, masih dengan membayangkan wanitaku, tapi rasa yang aku simpan tak pernah bisa aku abaikan.

Bingkisan di bawah lemari mencuri mataku, kotak itu sepertinya pernah ku kenal, aku berjongkok mencoba menggapainya.

******* ******

POV BEY

Setting : Bey berlari dengan wajah riang turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah keluarganya

Udara terasa sejuk, matahari belum memancar terik, aku sedikit berlari menghampiri pagar rumahku, pasti saat ini tidak ada orang dirumah pikirku.

" aaaah... Aku kangen sekali.. "

Sekali lagi aku menatap rumah orangtuaku, rasanya aku sudah bertahun-tahun meninggalkannya, berada disini membuatku lupa berapa usiaku saat ini, bagi rumah ini aku tetaplah gadis kecil yang dulu.

Aku mendorong gagang pintu, benar saja tidak ada yang menjawab salamku. Tentu saja, saat ini orang tuaku pasti sudah ke toko, Aku sedikit kecewa. Biasanya mereka selalu tersenyum ceria mendapati kepulanganku, teringat saat aku masih sekolah dasar, saat dulu aku berlari memeluk Mama yang sudah menunggu dengan semangkuk cemilan di tangannya.

Rumah adalah tempat terbaik setelah kamar, Aku berlari kecil menuju kamarku di lantai atas, aku bergegas mendorong pintunya, menyalakan ac, membuka sweater hangatku, dan merebahkan diri diatas ranjang.

" aaah, aku kangen kamarku... " bisikku girang sendiri, kedua tangan kugosok-gosok merasakan lembutnya bedcover motif bunga kesukaanku, aku terpejam sesaat menikmati momment yang baru aku rasakan lagi.

*********** ************

Suara pintu yang terbuka membuat Mario sedikit kaget, dia melihat jelas wajah gadis menyembul dibalik daun pintu, dengan keceriaanya gadis itu menikmati ruangan tanpa beban, wajahnya masih sama seperti dulu, bahkan saat ini lebih mempesona dan terlihat semakin dewasa.

Berlahan Mario bangkit dari posisinya, wajahnya menunduk menatap jelas wajah Bey yang terpejam, jantungnya seperti bergemuruh, wajah yang selama ini menghiasi mimpinya sekarang berada tepat di ujung pandangannya. Dia hanya bisa terpaku menatap dengan denyut jantung tak menentu, aliran darahnya terasa hangat mengalir setiap syarafnya.

Bey membuka matanya, dia menatap diam sosok yang berdiri dihadapannya, dia mengenal bayangan wajah itu, sekali lagi dia mengedip, berusaha menghapus bayangan itu.

Bey segera bangkit menyadari kalau sosok pria dihadapannya bukanlah imajinasi, jantungnya berdegup kencang tak beraturan, tidak mungkin pikirnya.

Beberapa saat mereka tak mampu melepas pandang, keduanya hanya mematung dengan perasaan yang tak menentu.

" Mario .. " Suara Bey hampir tak terdengar, dia tak mampu mengeluarkan suara, tenggorokannya seperti tercekat, matanya memanas, dadanya bergetar hebat, dia mulai yakin jika itu benar Mario.

Dengan cepat Mario meraih kepala Bey, memeluknya erat mengelus beberapa kali kepala gadis itu, air matanya meleleh seolah melepaskan berapa banyak beban dan kerinduan yang menyesak dadanya, tapi itu hanya dalam bayangan Mario saja

mereka hanya mematung

Laju jantung keduanya seperti balapan, Mario ingin bisa meluapkan rasa rindunya saat melihat sosok yang sudah menghiasi setiap mimpinya

sedangkan Bey dengan keraguan dalam hati tak mampu menolak hatinya yang juga merindukan pria itu, tapi dia sadar dengan statusnya saat ini

Mario berlutut dihadapan Bey, telapak tangannya menghapus airmata gadis itu, bibirnya bergetar, dia tak percaya bisa menyentuh wajah gadis itu dengan kedua telapak tangannya

Pipi Bey terasa hangat saat disentuh telapak tangan Mario, tangannya bergerak memegang salah satu lengan Mario, gadis itu terus menangis, tak percaya pria yang selama ini menghilang kini ada di hadapannya.

" Maafkan aku Bey... Maafkan Aku... " Suara Mario bergetar ditengah menahan rasa sendunya. Bey menatap lekat wajah dihadapannya, dia masih tak percaya pria itu bisa berada disini.

" Mario, apa yang terjadi? " Bey menatap lekat

" Apa Kamu baik-baik saja, Apa kamu terluka, kemana saja kamu selama ini, Apa kamu lupa denganku, Apa kamu amnesia, Apa kamu sengaja meninggalkanku, Apa kamu..... huuhuhuu... " Bey tak mampu lagi menyambung kalimatnya, isak tangisnya terlalu membuatnya sesak.

" Aku merindukanmu... " bisik Bey pelan diantara tangisannya.

Mario igin sekali memeluk erat gadis dihadapannya, dia tidak bisa menahan gejolak yang meletup-letup di dada, semua seperti boom yang akan meledak, pria itu terlalu bahagia, tapi dia harus menahan semua nya

Dengan ujung jarinya Mario mengangkat dagu gadis dihadapannya, perlahan wajahnya ingin mendekat, hanya dengan menatap dekat seperti ini semua gejolak yang selama ini membatu seolah mencair sedikit demi sedikit. Bey tak mampu menolak sentuhan pria dihadapannya, tubuhnya hanya mematung

Tangan lentiknya menjangkau pangkal Rambut Mario berlahan rasa rindu yang menggunung, yang mendorong sesak dalam dada, dia tak pernah merasakan perasaan seperti ini setelah sekian lama, wajar jika dia sangat ingin menumpahkan semuanya.

Tapi ada batas tajam diantara mereka

" aku sangat merindukanmu.. " Bey perlahan berdiri, Mario yang semula berjongkok perlahan mengikuti gerakan Bey membuat keduanya kehilangan keseimbangan, Bey terjatuh, terlentang di atas ranjang, mereka saling menatap sesaat, lalu saling melempar senyum

deg... deg....deg...!!

suara degub jantung seperti berirama,

Mario menjatuhkan tubuhnya, tapi bukan diatas Bey, melainkan di sebelahnya, pria itu ikut telentang seperti halnya Bey, gadis itu terkejut, dia mengharapkan adegan yang lain tapi malah tidak sesuai dugaanya.

Mereka saling melirik, mencoba saling melempar senyum, detak jantung keduanya masih dalam kecepatan abmormal, ujung jari Mario menggapai telapak Bey, pria itu meremas telapak tangan halus yang ada disampingnya.

" Bagaimana pernikahanmu ? "

pertanyaan Mario seperti petir yang menyambar kepala gadis muda itu, membuat Bey segera bangkit, wajahnya terlihat tegang, seketika dia terbayang senyuman terakhir Reo. Apa yang aku lakukan ! Bey menjambak pangkal rambutnya menyadari apa yang barusan terjadi adalah sebuah kesalahan besar.

" kenapa ? " Bey melirik wajah Mario sekilas, dia tak berani menatap lama, wajah itu selalu meluluhkan perasaanya, wajah Bey merona merah. Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya mengetahui pertanyaannya tidak mendapat jawaban pria itu menjadi penasaran.

" Bey.. "

Disaat Bey menghindari bertatapan langsung dengan Mario, pria itu terus berusaha mendekatkan pandangannya, dia seolah tak memahami posisi Bey saat ini. Aaakhhh!! bagaimana ini, aku sudah memiliki suami tapi, tapi kenapa Mario ada disini ! batin Bey berteriak frustasi.

Akhirnya wanita itu menyerah, dengan menahan perasaanya Bey memberanikan diri menatap wajah Mario, ahh.. dia masih seperti dahulu, menyimpan banyak rahasia dibalik pancaran matanya, Bey masih merasakan itu.

Mario kenapa hidupmu penuh teka-teki, aku tak sanggup untuk tidak masuk kedalam pusaran dingin sorot matamu

rasanya aku ingin terus berada bersama denganmu, sekalipun itu adalah lubang es yang besar, logika dan perasaanku sudah selalu gila bila ada dirimu, entah berapa kali aku ingin melupakanmu, tapi yang ada perasaanku semakin merindukan dan menginginkanmu, Mario.