Chereads / Aku Kamu dan Masa itu / Chapter 45 - Cinta dan benci beda tipis tl

Chapter 45 - Cinta dan benci beda tipis tl

Reo memacu kecepatan mobilnya, tujuannya adalah sebuah hotel ternama, pria itu menghela nafas, mencoba merilekskan tubuhnya, hari ini dia akan melihat jelas seperti apa wajah pria itu.

Mario menyelesaikan pemotretan terakhirnya, dengan pakaian casual yang serasi dengan paras tampannya pria itu mencuri banyak perhatian, beberapa model hari ini terlihat lebih ceria, baru pertama kali mereka melihat sang fotografer yang selama ini merahasiakan identitasnya. Mereka tak menyangka jika si pematik kamera tak kalah hot dari model pria, sosok nya yang cool dan kaku membuat Mario lebih menantang dimata wanita yang menatapnya.

Pria itu mulai merapihkan alat tempurnya, dia tak begitu peduli dengan keadaan sekelilingnya, baginya urusanku hanyalah sebatas pekerjaan.

Sepasang sepatu pantopel kulit mengetuk lantai marmer, suaranya yang berdetak mencuri perhatian, sosok yang tegap serasi dengan jas resmi muncul dibalik pintu kaca, dia adalah Reo, pemilik agensi periklanan.

" ah pak Reo, selamat siang .. "

Beberapa pekerja disana menyapanya hangat, Reo melemparkan senyum, matanya terpaku pada sosok yang berdiri sibuk dengan kameranya, tangannya mengibas, memberi isyarat pada yang lainnya untuk segera meninggalkan ruangan itu.

Reo telah berdiri berjarak hanya setengah meter dari Mario, pria itu menjangkau kursi dan mendudukinya dengan santai, ruangan yang tadinya terasa hangat dan ramai mendadak menjadi sepi dan dingin, Mario baru menyadari itu, dia melirik sekeliling, bola matanya berhenti bertemu dengan pria yang menatapnya dalam sambil tersenyum penuh arti.

" hallo Mario, perkenalkan namaku Reo " ucapnya santai sambil menjulurkan tangan, Mario menatap sesaat, ditangkapnya sifat angkuh pada pria yang melipat kaki di hadapannya.

" ah, aku Mario.. " Balas Mario hendak menangkap uluran tangan dihadapannya, tapi sayang sekali pria itu langsung menarik tangannya sambil berdiri, Reo menyembunyikan kedua tangannya disaku, sembari membalikkan badan.

" ah mungkin kau belum mengenalku, jadii.. biar ku ulangi lebih terperinci " Saat Reo membalikkan badan, sudut matanya sedikit menyipit, menandakan dia tak menganggap lawan bicaranya saat ini.

" Aku adalah boss tempatmu bekerja, dan... aku suami Bey.. "

Mario masih seperti tadi, datar. Walau telinganya panas mendengar kalimat dari mulut Reo dia tidak terpancing emosi, Mario berusaha memberikan senyum kecil.

" selamat.. " ucapnya singkat.

" gue ga suka pura-pura, jadi langsung to the point aja! " senyuman itu membuat Reo menjadi seketika tak mampu menahan kesal.

" jangan ganggu istri gue, jangan pernah temui Bey, jangan main-main sama gue ! " ancam Reo.

Dalam keangkuhan tingkahnya, sudut mata pria itu mencuri tahu respons dari lawannya itu, tapi Mario melanjutkan merapihkan barangnya, menutup erat ranselnya, pria itu mengangkat ransel dengan satu bahu, dia akan pergi meninggalkan Reo begitu saja, Reo sedikit kecewa, dia terlalu menganggapku remeh, gusar Reo.

tepat saat sisi tubuh mereka bertemu, tangan Reo menangkap pergelangan tangan Mario, mencekalnya erat.

" Kau pengecut! "

Kalimat yang keluar dari mulut Reo memaksa Mario menoleh, menatap dalam ke bola matanya, pria itu kembali memberi senyuman tipis tapi kali ini dengan sinis.

" Kau merebutnya dariku... saat kau mengetahui seperti apa perjuanganku, berapa kali aku diberi nyawa untuk kembali kesini, maka pengecut bukanlah untukku! "

Reo menelan ludah, kalimat Mario mengingatkannya pada cerita Ailee, dia juga sedikit mendengar dari informasi yang dia gali, pria itu selalu mencari tahu keberadaan Mario dibelakang Bey, tapi beberapa tahun ini dia lalai, dia fikir saat Bey sudah menjadi miliknya dan Mario terbaring koma maka posisinya telah aman, tapi dia mencoba menepis itu semua.

" Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan, dan aku hanya mengambil apa yang menjadi milikku ! " lanjut Mario dengan nada datar, dia menepis genggaman tangan Reo dan berlalu.

DAMN!! seperti pisau yang menghujani jantungnya, Reo tak mampu berkata-kata, dia hanya menatap punggung yang menjauh dari ruangan itu, tubuhnya seperti melemas, tangannya menggapai kursi di dekatnya, dia terduduk di ruangan itu sendirian.

Tak terbayangkan oleh Reo pria itu bisa melumpuhkan pertahanannya, kekwatirannya semakin menjadi, tangannya gemetar menandakan ketakutan yang mendera saat ini.

" Aku kehilangan sahamku karena kembali kesini, dan dia ingin membuatku kehilangan istriku.. " Rasa frustasi menghampirinya, membuat matanya memanas, bertanda emosinya sudah tak bisa di redam lagi. Reo menjangkau gelas kaca dan membantingnya ke lantai.

PRAAAAAANGGG!!

Dia tak mampu lagi menahan semua luapan emosinya.

***************** ****************

POV BEY

Aku tak berani bertanya saat suamiku masuk tanpa mengucapkan salam, wajahnya merah padam, pasti sesuatu yang buruk terjadi padanya, aku segera bangkit mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas, aku menyodorkannya di balik punggung bidang itu, dia tak menoleh, tangannya menjangkau pemberianku, aku bisa merasakan kekesalan yang membuat deru nafasnya begitu berat.

Aku memeluk punggung itu dengan perlahan, menyandarkan kepala disana, mungkin sentuhanku bisa membuat nya sedikit nyaman. Reo mengahabiskan minuman yang kuberi dengan sekali dongak. Reo menatap botol kosong ditangannya beberapa saat, membuat aku bertanya-tanya ada sesuatu yang melintas di pikiran nya, entah apa.

Reo melepas kancing kemejanya perlahan, tadi beberapa tetes air yang dia minum ikut turun membasahi pangkal dadanya, badannya kini berbalik arah membuat kami saling berhadapan. Dia tersenyum lebar, aku membalasnya dengan senyum tipis, saat wajahnya seperti ini , wajah yang ceria, itulah Reo yang kukenal, aku memeluk dada bidang itu, menempelkan pipiku disana.

************* *********

POV REO

Gadis cantikku sedang berusaha menghiburku saat ini, pasti amarahku melampaui batas, sampai aku tak bisa menahannya lagi, pria tadi sungguh membuatku kesal, ingin rasanya sekali lagi aku mengirimnya ke rumah sakit, aku heran kenapa dia begitu beruntung.

Aku ingin memeluk erat istriku, menghirup aroma tubuhnya, dia lah yang membuatku gila. Apa yang aku lakukan , aku tidak boleh membuatnya kecewa, bagi nya aku adalah sosok yang manis dan periang.

Aku menatap botol plastik kosong di genggamanku, Aku hanya bisa tersenyum tipis, selintas diingatanku teringat akan kejadian dahulu, berapa aku mengeluarkan uang untuk bocah yang menaruh perangsang di minuman Bey? dia sampai terluka parah malam itu, aku memukulinya tanpa ampun.

Aku membalikkan badan, menatap dalam wajah dihadapanku, aku terlalu mencintainya sampai membuatku ingin gila. Aku bahkan meninggalkan cacian orangtua dibelakang punggungku, aku kehilangan berapa banyak saham karena keputusan konyolku kembali kesini, itu hanya untuk bisa terus bersama denganmu, istriku.

Aku menangkap pinggang rampingnya, mendudukannya di atas meja, Aku berjongkok dengan kedua tangan menumpu tubuhku, wajahnya sangat cantik, senyum tipisnya selalu menggodaku, Aku mencubit ujung hidungnya, dia menangkap kedua pipiku, telapak tangannya terasa hangat, cukup melegakan hingga ke dalam hatiku.

Aku melepas kemeja kerjaku

senyumannya membuat ingatan buruk kejadian hari ini berlahan memudar, wajah itu kini terlihat semakin menawan,

" sayaaang... " bisikku lembut ditelinganya.