MARIO
" aku senang perkembanganmu semakin pesat "
Aku membalas kalimat Sofia dengan segaris senyum, dia baru saja pulang dari Australia, saat ini selain menjadi seorang ibu, Sofia juga seorang mentor tari yang memukau entah berapa lama sahabat kecilku ini merawatku, Sofia dan keluarganya sangat baik padaku, kadang aku bingung bagaimana aku harus membalas perlakuan baik mereka.
Sofia mengganti bunga kamar, dia merapihkan sedikit buffet kamar rawatku, gadis pemberontak yang penuh emosi telah menjelma menjadi seorang wanita dewasa yang penuh perhatian, aku menyukai perubahan nya. Tidak kusangka seorang bayi mungil mampu merubah watak yang sudah membatu.
" ah Sofia, ada seorang gadis yang selalu membantuku akhir-akhir ini "
" Suster Meta ? " tebak Sofia
" bukan, suster Meta sedang cuti saat ini " jelas ku singkat
" oh ya aku lupa, lalu siapa suster itu ? " mata Sofia penuh tanya
" dia menyebut dirinya Princess "
Kalimat terakhirku mengundang keryitan di dahi Sofia, dia berhenti mengelap meja, serius menatap ke arahku, Aku membalas dengan anggukan meyakinkan ucapanku barusan. Sofia mencoba menerima baik kalimatku, oh iya , aku jadi teringat sesuatu.
" dia meninggalkan ponselnya, apa kau bisa mengembalikannya Sofia ? "
" tentu, aku juga harus mengucapkan terima kasih, apa hari ini dia tugas ? "
" dia sedang pulang ke Indonesia Sof, jadi beberapa hari ini tidak kesini, Ponselnya selalu berbunyi tapi aku kesulitan menjangkaunya, suster lain menyimpannya di loker "
Sofia terlihat kaget, tapi dia menurut saja, dengan segera dia bangkit menuju loker yang aku tuju. tapi wajah Sofia seperti nya penuh dengan tanda tanya.
" dia dari Indonesia ? " Aku mengangguk, mengiyakan.
" iya dia orang Indonesia, kalau kau melihatnya pasti tidak percaya kalau dia seorang suster "
Masih dengan wajah bingung Sofia membuka loker di dekat pintu masuk, mencari benda yang aku maksudkan, dia mengambil ponsel gadis itu, ponselnya sangat imut sama seperti pemiliknya, berwarna merah muda dengan gantungan kecil berisi gliter yang berwarna - warni.
Sofia mengangkat ponsel itu, aku mengangguk, bertanda mengiyakan bahwa itulah yang aku maksud. Kulihat Sofia mencoba menghidupkannya tak selang berapa lama wanita itu mematung, wajahnya menegang, dia terus menatap layar ponsel itu, hingga beberapa saat tak sadar mematung di sana, itu membuatku kawatir.
" kenapa Sof ? " Dia bergegas menghampiriku.
" Mario kami yakin tidak mengenalnya ! " Aku hanya bengong, terdiam tidak mengerti dengam ucapan Sofia.
" dia ini gadis yang kita temui di cafe Mario ! Dia yang waktu itu , gadis itu, wanita itu ahh... " Sofia terlihat kesal sendiri, Aku tertegun dengan ucapan Sofia, tidak mungkin.
" Dia gadis yang mengaku teman Bey ! "
tidak mungkin! Aku meraih ponsel itu, merampasnya dari tangan Sofia, menatap wallpaper dengan wajah pemiliknya, sekali lagi aku mencoba mengingat kejadian hari itu, tapi tak ada yang bisa ku ingat, hanya rasa sesak kecewa yang aku rasakan saat itu seolah kembali muncul, hari itu rasa kecewa memenuhi dadaku sampai aku tidak peduli dengan gadis yang mengaku sebagai teman Bey.
Wajah Sofia berubah penuh emosi, entah apa yang ada dalam pikirannya yang pasti bukanlah hal yang menyenangkan, begitupun denganku.
Apa maksudnya semua ini, apa yang diinginkan gadis itu, kenapa dia melakukan semua ini, aku bertanya sendiri.
kenapa Bey tidak menemuiku hari itu, mengapa hanya temannya yang datang. Dan gadis itu, ada apa dengannya, mengapa dia membantuku disini, mengapa dia mau repot-repot menjagaku, kemana Bey? apa mereka sengaja melakukan ini semua? apa yang sebenarnya terjadi. Semua pertanyaan itu berputar memenuhi otakku, Aku tidak punya clue untuk jawabannya, rasanya sangat mengecewakan.
Triiiing....
pesan singkat muncul di layar ponsel. Kami tidak bisa melihat rinci apa yang tertulis disana, hanya saja sekilas tadi aku dan Sofia melihat nama gadisku.
BEY ku
Begitulah nama kontaknya, itu pasti Bey! tidak salah lagi, aku mencoba membuka code ponselnya, tapi gagal. Aku terus berusaha menerka-nerka angka apa yang menjadi password di layar ponsel ini, lagi-lagi gagal. Ada banyak pesan dan panggilan menumpuk di layar ponsel itu, Aku hanya ingin membaca pesan dari wanitaku, apa yang dia kirimkan barusan, aku ingin menelpon dan mendengar suaranya, aku terus berusaha mencoba code ponsel itu berkali-kali, dan terus gagal hingga terkunci. Aaakkkk rasanya Aku ingin berteriak kesal, apa yang mereka bicarakan, siapa gadis itu? ada hubungan apa diantara mereka.
Mataku seketika menjadi panas, dadaku rasanya sesak, Aku tidak bisa membendung perasaan yang berkecambuk menjadi satu memenuhi dada dan pikiranku.
" Bey... Bey.. Aku sangat merindukanmu.. "
Pria itu menumpahkan semua emosinya hingga tersedu-sedu, isak tangisan yang sesak memenuhi ruangan, segukan nya menandakan betapa berat dia menahan perasaanya, Sofia menepuk pelan pundak Mario, dia mencoba menenangkan pria itu, baru kali ini Mario se-emosional dan tak terkontrol, dia adalah laki-laki yang penyabar selama ini.
Hari itu awan berwarna kelabu, padahal hari masih siang, matahari tidak membuka diri dengan sempurna hari ini, Sofia masih berusaha menenangkan sahabat kecilnya, dia menuangkan segelas air putih, sesekali dia menyeka pelan airmata yang terus turun.
" kau berhak bahagia Mario " gumamnya dalam hati.
Entah perasaan apa yang Mario rasakan, seperti sesuatu yang berharga akan menghilang dari hidupnya, seperti cuaca hari ini, semangat nya menjadi mendung.
****
Ailee keluar menuju balkon hotel, awan kelabu mulai menurunkan hujan halus, gadis itu termenung memperhatikan tetesan air hujan, perasaanya gamang, dia tidak tahu apa yang dia rasakan, dalam hatinya ada rasa bimbang dan takut, dia tidak tahu harus bagaimana kedepannya nanti, dia sudah terlanjur berbohong.
Bey menarik kimono handuknya dari sisi kolam, tetesan hujan membuatnya berhenti berenang, tetapi lelaki dibelakangnya menarik lengannya paksa, hingga gadis itu kembali tercebur ke dalam dinginnya air kolam yang penuh kelopak bunga.
" hey, ada Ailee di balkon.. " bisik Bey malu-malu, Pria itu tidak peduli. Dalam dinginnya air kolam, rintik hujan yang jatuh berlahan di atas tubuh mereka membuat keduanya larut dalam cinta.
Reo meraih rambut yang mengganggu di dahi Bey dengan lembut, sesekali dy mengelusnya, mereka masih saling menatap satu sama lain,
sorot mata yang menghangatkan badan
Reo menjalankan telapak tangannya menjangkau kulit lembut istrinya, dia menghirup udara segar yang menguap, merasakan kebersamaan mereka
pandangan penuh arti, senyuman penuh makna kedua insan
mereka sedang dimabuk cinta yang baru saja menyatu.
Bey mengangkat tangannya lebih berani kali ini, dia membalas pergerakan suaminya, tangannya mulai menjangkau pinggang suaminya di dalam air kolam
" Sayang, Aku mencintaimu.. " bisik Reo dengan nafas hangat kontras dengan suhu kolam pagi ini, Bey membalas tatapan penuh makna itu dengan senyuman malu
Mereka merapatkan wajah menjadi tanpa jarak, dengan gerakan cepat dan intens, keduanya membenamkan diri dalam dinginnya air kolam.