POV BEY
Setting : Bey bersiap meninggalkan kelas kampusnya. Wajah nya memaksa kan senyuman kecil mengingat hubungan barunya dengan Ailee dan Reo. Gadis itu segera beranjak meninggalkan kampusnya
-
-
-
Aku bisa melihat kehangatan dalam sorot mata Reo. Apalagi saat kedua bola matanya itu menatap dalam ke arah wajahku seolah menanti tatapan balik dari mata ku. Dia terlihat jelas menyimpan rasa untuk ku. Aku bisa merasakannya
Tapi aku hanya bisa terus mengabaikannya. Aku masih belum bisa membuka pintu hati yang mungkin masih terkunci ini. Kisah pria pertama dalam hidup ku membuat ku masih enggan mencoba mengenal pria lainnya. Apa aku masih berharap ? entahlah aku sendiri pun masih tak mengerti. Yang jelas perasaan ku padanya, sepertinya masih sama tak berubah
Aku melirik jam tangan
jam 03.00
-
-
-
Sejak dahulu. Mungkin saat masa kecil aku sudah menyukai hangatnya matahari. Aku juga senang menikmati suasana hangat pelukan kedua orang tua walau hanya berjalan jalan di taman sekitar rumah kami dulu. Bahkan hingga kini, aku menyukai menelusuri jalanan. Melewati kafe-kafe tempat anak muda nongkrong dan aku juga menyukai toko buku. Aku suka mengunjungi tempat itu dengan berjalan pelan menyusuri trotoar. Menikmati sinar mentari hangat menerpa kulit ku
Aku melihat mu beberapa hari yang lalu di area sini. Walaupun aku berusaha melupakan mu tapi pertemuan itu membuat hatiku terus berharap. Aku sudah berdiri di depan pintu toko buku ini lagi. Tempat dimana kita kemarin bertemu. Dengan ragu aku melangkah kian dekat, memperhatikan setiap individu dari balik dinding kaca. Ah apa yang sedang aku harapkan saat ini ?
Perlahan aku mendorong pintu. Udara sejuk menerpa kulit ku yang jelas perbedaan suhu nya. Aroma toko buku yang khas menyegarkan pikiran ku. Aku menyukai bau khas toko buku dengan rak berjejer rapi. Aku menyusuri rak favorite ku dengan koleksi roman best seller. Ada seseorang berdiri di ujung rak. Aku bisa melihat ujung sepatunya yang mengarah pada ku tapi aku tidak ambil peduli.
Ketika aku tersadar ujung sepatunya sudah tepat di balik buku yang aku pilih. Seseorang itu sudah tepat berada di hadapan ku. Aku mengangkat wajah mencari tahu sosok nya. Mata ku seketika membesar. Tidak mungkin ? aku mengerutkan dahi. Mengerjapkan mata beberapa kali. Meyakinkan penglihatan ku sekali lagi
Aku tak percaya mendapati sosoknya kini di hadapan ku. Sudut bibirnya sedikit ditarik. Dia mencoba mengukir senyuman. Aku menyeka rambut di sisi wajah ku dan menyelipkannya di telinga. Mungkin akan membuat penglihatan ku akan bertambah awas. Apa penglihatanku tidak keliru ? aku sendiri sulit percaya. Wajah ku sedikit miring memastikan sekali lagi supaya semakin yakin dengan kehadirannya
Tangannya meraih pergelangan ku. Menarik cepat. Seolah meminta aku untuk mengikuti langkah cepatnya. Hingga kami melangkah keluar dari toko buku. Aku melepaskan buku ditangan ku secepat mungkin di meja kasir dan terpaksa mengikuti tarikan tangannya juga langkah panjangnya
Aku mengikuti langkahnya yang cepat. Aku terus menatap punggungnya dengan wajah yang tak percaya. Tubuh ku pasrah di tuntun oleh tarikan tangannya. Dia sedikit menarik pergelangan ku dengan tenaga. Walau meninggalkan rasa nyeri dan gurat merah. Aku terus mengikutinya
Kami terus berjalan menyusuri trotoar di bawah hangatnya matahari. Aku menatap punggungnya. Teruslah berjalan, terus gandeng tangan ku, teruslah kemanapun. Aku hanya ingin dengan mu
Aku tidak bisa melihat apapun selain dia di mataku. Di mata ini hanya punggung nya yang bidang, tangannya yang kokoh, langkah kakinya yang panjang yang tampak jelas. Sementara yang lainnya terlihat kabur di mata ku
Aku ingin waktu berhenti seperti ini. Meninggalkan kebersamaan dalam genggaman hangat mu. Seperti mimpi untuk ku. Apa aku sedang bermimpi saat ini. Kehadiran mu di hadapan ku saat ini membuat perasaan ku ingin meledak. Dadaku terus berdebar kian lama kian tak beraturan. Langkah ku terasa sangat ringan. Aku hanya ingin dengannya
Langkah kami terhenti. Kaki ku mengikuti irama langkah Mario dengan sepontan. Tangan ku yang masih terus kau genggam, perasaan yang berdebar hebat ini. Dengan seperti ini saja sudah membuat ku bahagia. Aku terlalu bahagia bisa mengikuti langkah mu seperti ini. Bisakah kita terus seperti ini ?
***
POV Bey
Setting : di sebuah gang kecil yang sepi. Bey yang bersender pada tembok tinggi sebuah gedung berwarna abu tua. Gadis itu terus menatap wajah Mario. Pemuda itu masih mengatur nafasnya. Kedua tangannya bertumpu pada lutut. Sepertinya Mario sedikit kelelahan
Aku memperhatikan sekeliling, tempat yang sepi. Sepertinya kami sedang berada di belakang pertokoan
Mario menarik nafas panjang. Dia menatap wajah ku sekilas lalu melepas genggaman eratnya di lengan ku. Mario memutar badannya. Dia ikut bersender pada tembok bangunan
Aku bisa melihat jelas wajahnya saat tangannya melepas hoodie di kepalanya. Keringat memenuhi dahinya. Rasanya tanganku ingin segera menyeka buliran air yang membanjiri dahi nya. Bahkan ada yang menetes menelusuri hidung dan jatuh di cuping bibirnya. Dia menyeka dengan punggung tangannya. Nafasnya masih sedikit berat. Dia jelas masih kelelahan
Sementara mata ku masih terpaku menatap dan takjub akan wajah di hadapan ku saat ini. Dahinya yang berkerut. Matanya yang menyipit. Dia kembali ke posisi awal. Menghadap ke arah ku. Dengan sedikit berjongkok dia menyamakan tinggi badan kami
Dia menyeka keringat di dagu ku dengan punggung tangannya. Menutup pelan mulut ku yang dari tadi terbuka. Ini sedikit memalukan tapi aku tak peduli ! Tangannya terasa dingin di wajah ku yang bersuhu lebih tinggi. Kami lumayan jauh berjalan cepat tadi
Ujung jarinya yang terasa dingin membuat lamunan ku tersadar. Tiba tiba ingatan kemesraan dia dan Sofia melintas di kepala ku. Aku mundur beberapa langkah. Jelas wajahnya terlihat terkejut. Matanya yang hitam pekat seperti tidak percaya melihat ku yang seolah menghindarinya. Aku hanya bisa menunduk. Menahan gejolak rasa antara bahagia dan resah
" Maaf.. " gumamnya mencuri perhatian ku
Aku menatap lurus kedalam matanya. Ku cari jawaban disana. Di wajah nya yang meraut datar. Dia menjatuhkan badannya. Jongkok di hadapan ku. Kau membuat pikiran ku merasa seperti deja vu. Aku pernah melihatmu begini sebelumnya. Aku dan kau pernah di posisi seperti itu kan
" Aku benar-benar pria yang buruk " ucapnya lirih. Kedua tangan nya menjambak rambut. Jelas wajahnya tertunduk sedih
" Kenapa ? " Aku bertanya dengan suara bergetar. Mata ku rasa nya panas. Kenapa kau terlihat seperti ini di hadapan ku. Kau terlihat tertekan dan tak bahagia
Aku sudah tidak ingin menangis lagi tapi mengapa. Ada apa Mario ? apa ada sesuatu yang mengganggu mu
" Aku sudah menikah " ujarnya cepat
Seperti petir di siang bolong. Petir yang menyambar tubuh ku dan membuat mata ku seketika terbelalak . Kaki ku seperti hilang tenaga. Seluruh tubuh ku melemas seketika. Dunia seperti runtuh dan menimpa tubuhku saat ini. Sakit !
Mario memegang bahu ku. Menahan badan yang akan terjatuh ini. Dia menyenderkan ku ke tembok. Aku menahan dadanya untuk menjaga jarak dengan ku. Aku tak ingin kau sedekat ini pada ku
Dia masih menahan tubuh ku supaya tidak jatuh dengan telapak tangannya dan aku masih menekan dadanya untuk tidak mendekati ku. Aku menangis walau sudah coba ku tahan tapi aku terus saja menangis. Terisak di hadapan nya. Aku terisak. Semuanya terasa amat menyesakkan dada ku
Entah seperti apa wajah ku saat ini. Aku sudah tak peduli lagi. Rasa kecewa dan sakit di hatiku terus menjadi jadi. Sangat kecewa dan sangat sakit. Aku melihat ada bulir di sudut matanya. Dia juga menangis ?
Menapa dia menangis?
Mengapa harus dia ikut menangis. Aku yang sedih. Mengapa wajah Mario yang lebih penuh beban? Mengapa badannya yang gemetar. Seolah tak mampu menahan gejolak yang berontak di dalam dada. Hey, kau yang mencampakkan ku! Kau meninggalkan ku dan menikah!
Mario menggigit bibirnya. Dia sedang berusaha menahan tangisannya tapi sepertinya sudah di ambang batas. Tangis ku berhenti karena mu. Aku bahkan tidak bisa lagi menangis. Aku hanya bisa meraut bingung akan diri mu. Kenapa kau menangis
Kesedihan di wajahnya mengiba perasaan ku. Perlahan tubuh ku ikut turun berjongkok di hadapan nya. Tanpa sadar aku mengangkat tangan. Menghapus air matanya. Kulit wajahnya yang terasa dingin persis seperti air wajah nya. Aku tak ingin jarak kita sedekat ini. Tapi hatiku tak bisa mengabaikan mu. Saat ini otak dan hati ku tak sinkron
Otak di pikiran ku menentang harapan palsu yang kau sematkan. Tapi hati ku terus dan terus saja berharap akan ending yang indah antara kita berdua
Dia menunduk dalam. Aku meraih pundaknya. Membenam kan kepala nya di bahu ku. Airmatanya hangat membasahi bahu ku. Dia benar-benar menangis.
Badannya masih terus gemetar. Aku merasakan kesedihan yang dalam dan kini malah aku mempererat pelukan ku para mu. Sungguh, apa yang sedang aku lakukan. Semua ini sangat mengesalkan
Aku mencium rambutnya. Wangi yang pernah ku kenal. Wangi yang bisa menenangkan perasaan ku. Wangi yang memberi rasa lain dihati ku. Aroma yang pernah ku kenal, aroma kamar mu dan aroma yang mampir di kamar kos ku dulu
Kau menyimpan banyak cerita
Mario..
Berbagilah kisah dengan ku.
Please..
*** ***
POV BEY
Setting : Bey dan Mario sudah menempati sebuah meja di dalam cafe. Mereka memutuskan untuk sedikit menenangkan diri sambil menikmati minuman segar. Keduanya masih terlihat cangguh dan kaku
-
-
-
Aku menatap sekeliling, sepi. Cafe ini lenggang sekali pikir ku. Mario melepas hoodie nya sekali lagi. Dia segera memesan minuman. Yaa kami memang sangat haus, tenggorokan terasa amat kering
Aku melihat sedikit ketenangan di wajahnya kini. Senyum tipisnya pun sudah bisa mengembang. Walau masih tersisa rona merah disana
Aku merasakan hangat genggaman tangan nya yang menggandeng ku. Wajahnya pun kini telah berubah. Aku melihat kebahagian terpancar disana. Wajah terbebani nya sudah sedikit berkurang
" Tempat ini sepi " bisik ku sambil mencondongkan badan. Mario mengangguk pelan, bibirnya tersenyum kecil
" makanya Aku mengajak mu kesini " balasnya ikut berbisik
" Kita sedang apa sih ? " Aku meraut wajah heran mendengar jawabannya
" makan " jawabnya singkat sambil mengedipkan mata. Ya ampun dia tetap saja menggoda ku, padahal kau sudah menikah. Tingkahnya membuat ku jengkel dan gemas
Mario memilih beberapa makanan dan aku mengikuti saja. Aku memangku dagu dengan punggung tangan ku. Memperhatikan detail wajah tampan nya yang penuh pesona. Dia benar-benar Mario
Dia adalah pria yang sama di masa itu. Aku mengibaskan rambut ku pelan. Menaruhnya di belakang punggung
" Kau sudah menjadi gadis " Aku mengerutkan dahi mendengar kalimat Mario.apa maksudnya. Ah, dia menyadari rambut panjang ku ya. Terakhir kau melihat ku sebagai pelajar dengan rambut sebahu
Mario mengambil rambut yang menghalangi dahi ku. Dia mengambil dengan jarinya. Mengawasi dari wajah ku dan merapikannya ke belakang kepala ku. Dengan gerakan yang sangat lembut. Kau ini. Aku hanya berdecak saja
" Kamu cantik sekali " pujinya dengan senyuman menawan. Sontak wajah ku mendadak panas mendengar pujiannya
" tapi maaf, aku sudah menjadi suami orang "
Raut wajah ku seketika berubah mendengar kalimatnya. Kau tahu kalimat itu sepertinya lebih tajam dari pedang. Mampu menusuk hatiku dan mencabik tanpa perasaan di dalam sini. Kau tega Mario
Aku menegakkan punggung. Mengatur posisi duduk. Kami mengambil jarak. Mario mengetuk-ngetukkan jarinya di meja menanti pesanan datang. Jelas kami sedikit canggung. Dada ini tak bisa kompromi
Rasa diantara kami jelas tak bisa di sembunyikan. Sesekali pandangan kami bertemu. Saling melempar senyum kecil dan mengalihkan pandangan cepat. Dia sesekali menggigit bibirnya
Aku mencuri lirik dengan sudut mata ku. Aku bisa memperhatikan dengan jelas kini. Sweater hitam santai nya sangat kontras dengan warna kulitnya yang cerah. Rambutnya lebih panjang dan sudah sedikit menutupi dahi. Bibirnya, aahh.. aku menggelengkan kepala
Apa sih Bey ? Dia melihat tingkah ku. Mungkin dia bisa menyadari tatapan mata ku yang jelas terpesona oleh sosok nya
Wajah ku terasa panas. Aku harus mencari obrolan pikir ku. Dia tak boleh menyadari kalau aku sungguh tak tahan bersama dengannya berlama lama seperti ini
" Sofiaaa " kami berbarengan menyebut nama wanita itu. Aku mengangguk seolah mempersilahkan Mario bicara lebih dulu
" Sofia hamil " ujarnya cepat. Aku membelalakan mata. Wajahku jelas membatu. Aku tak percaya dengan ucapan singkatnya
" Dan.. aku pahlawannya ! " Apa. wajah terkejut ku berubah jadi melongo, aku tidak percaya dengan apa yang ku dengar tapi kau malah mengucapkannya dengan santai. Dengan wajah yang datar. Bahkan dengan bibir menahan tawa sinis. Mario mengangkat kedua tangannya. Menatap lama ke wajah ku yang masih melongo tak percaya
Pahlawan ! dia bahkan mengulang kata itu. Suara nya sedikit bergetar. Kini sorot mata nya terlihat sedih. Walau dia berusaha memaksakan tersenyum
" Lalu " selidik ku penasaran
" Aku tak punya pilihan Bey " tangannya meraih jemari ku. Aku membiarkannya. Tangan yang menyentuh jemari ku kini mulai sedikit menghangat karena genggamannya semakin erat. Suhu dingin ujung jarinya perlahan memudar
Rasa hangat seperti saat itu. Seperti malam itu. Masa yang telah berapa tahun berlalu. Walaupun sudah lama aku masih mengingat jelas hangat sentuhan dari mu. Hangat mu tetap sama untuk ku. Aku menghela nafas panjang
" Bagaimana dengan ku, Mario ? " dengan wajah memelas aku meminta tanggung jawab mu atas perasaan yang telah lama terbengkalai ini. Mario menatap dalam mata ku. Cukup lama dan semakin masuk kian dalam. Wajahnya terlihat semakin tampan dalam sorot mata ku. Wajah yang mampu melelehkan seluruh tubuh ku.
Dia masih terus menatap ku tanpa kata-kata tapi sorot mata itu penuh makna untuk ku
" Ayo berpacaran ! " gumam ku membuat matanya membulat. Kini giliran Mario yang tak percaya dengan kalimat ku. Tangannya mengenggam erat jemari ku. Kian erat dan kian hangat. Kehangatan yang mengaliri hampir ke seluruh sendi tubuh ku
Dia tidak menjawab kalimat dari bibirku tapi aku bisa mengerti dari genggaman nya yang tak pernah dilepaskan. Sesekali dia meremas tangan ku. Hanya seperti ini saja mampu membuat jantung ku tak beraturan. Membuat darah ku mengalir panas
Aku hilang akal !
Kami makan bersama kali ini untuk pertama kalinya. Berbagi sedikit cerita. Tersenyum dan tertawa bersama berdua. Hari ini seperti mimpi untuk ku. Entah indah atau buruk, aku hanya ingin terus bermimpi. Dengan mu
" aaa.... " Mario mengulurkan sesendok puding. Meminta ku menerima suapan kecilnya. Aku melahapnya sambil meraut wajah paling gembira dalam hidup ku. Terima kasih Mario
Tangannya mengelus pipi ku dengan lembut. Aku menangkap tangannya. Menahan nya di pipi ku. Meresapi sentuhannya. Aku tak ingin telapak itu terlalu cepat pergi dari permukaan kulit ku. Aku menyukai sentuhan hangat telapak tangan mu Mario
Aku memegang tangannya yang besar. Mencium nya dan kami tersenyum. Mengukir senyum yang indah.
" Aku selalu menyukai mu Mario... " bisik ku
Dia tersenyum, mendekatkan wajahnya. Aku menurunkan wajah mengikuti tubuh nya yang sedikit condong. Kami terhalang meja hingga tak bisa lebih dekat lagi. Dia seolah ingin berbisik aku memasang telinga
" Bey, aku tak pernah sehari pun melupakan mu.. " bisiknya membuat jantungku terayun cepat. Wajah ku segera berpaling dari wajahnya. Kau membuat ku merona sepanjang sore ini
Aku juga masih mengingat jelas bisikan nya walau dengan suara yang amat pelan. Kalimat terakhir kami hingga gelap malam memisahkan diriku dengan dia sekali lagi
Dia memakai hoodie nya meninggalkan punggung dan bayangan dalam kegelapan. Aku terus menatap nya. Berharap kami segera bertemu lagi
terima kasih sudah membaca sampai disini..
terus dukung dengan memberi review dan komentar berikut 5bintang di depan..
Komentar tiap tiap babnya..
Kirim power stone sebanyak2nya
beri hadiah sebanyak banyak ya agar penulis terus bersemangat dalam berkarya
ig @anyun yun yun yun (jng pakai spasi)