POV BEY
setting
Di dalam kamar. Duduk di sisi ranjang dengan tatapan kosong. Kedua tangan yang menahan di sisi tubuh. Bey menggerakkan kakinya perlahan. Pikirannya melayang jauh. Dia masih berusaha berpikir tentang pria tampan dan si wanita. Bersama satu pria lagi yang ikut bergabung
-
-
-
Aku masih tertegun. Banyak hal yang masuk dalam pikiranku. Aku merebahkan diri di sofa. Di kepala ini penuh dengan tanda tanya.
Pukul sebelas malam ini.
Aku masih terdiam duduk di sisi ranjang. Wanita itu, pria bertato dan kamar sebelah.
" ada apa di sana? " Aku penasaran. Suara sayup tak bisa ku dengar lagi. Apa yang sedang mereka lakukan? Apa yang sedang mereka bicarakan?
Bukan hanya wanita itu dan lelaki bertato tapi dia ! ada hubungan apa diantara mereka? dan suara wanita malam itu. Ah, aku tidak bisa lupa.
Ku tarik cardigan dari dalam lemari dengan cepat. Kepala ku sedikit pusing. Terlalu banyak hal dengan tanda tanya yang ada di otak ku. Hal-hal yang tidak bisa dicerna dengan pikiran ku saat ini. Aku akan mencari tahu, begitulah pikir ku
Aku terhenti tepat di depan pintu kamar. Kaki ku berhenti melangkah dengan tiba tiba. Rasa penasaran di dalam pikiran ku berubah terkejut
Seseorang berjongkok. Punggungnya berseder pada tembok. Tidak jauh dari pintu kamar ku. Dia mengangkat kepalanya. Melihat ke arah ku yang seketika terdiam. Matanya menatap dingin. Raut wajahnya datar
Ada tas hitam backpack menggantung di bahu kiri nya. Beberapa saat kami terdiam saling menatap saja hingga aku memberanikan diri mendekati nya. Dengan segera aku berjongkok di sisinya. Dia hanya menundukan wajah. Seperti ada senyum di sudut bibirnya. Senyum yang ditarik seperti smirk, apa itu ?
Aku berjongkok di sebelah nya dan ikut menyenderkan punggung ke tembok. Kaki kanan ku menepuk- nepuk lantai. Aku berusaha mengurangi tegang yang menerpa ku
Dia hanya diam. Aku pun begitu. Lama kami saling terdiam hingga aku menengadahkan kepala saja. Menatap langit-langit lorong kamar yang sepi. Malam kian melarut
" sudah malam, masuk sana " Aku menoleh ke arah nya. Lercaya tidak percaya dengan pendengaran sendiri. Apa dia memulai obrolan ? yaa, walaupun itu terdengat seperti mengusir ku (lagi)
" Aaahh... uughh... "
Aku menangkap suara dari kamar nya. Sepertinya dia pun begitu. Wajah Kami saling menatap. Tatapan terkejut juga cangguh. Tak lama kemudian aku dan dia hanya tersenyum kecil tertunduk malu. Kami mendengar suara sayup dan semakin jelas. Erangan, desahan dan suara seperti itulah
Ya ampun aku menutup mulut. Berusaha menahan tawa dan juga cangguh. Sesuatu menggelitik perut ku. Antara lucu juga malu dan suara mereka itu jelas sekali
Terbayang olehku apa yang terjadi di dalam sana. Suara pasangan itu. Suara ranjang yang berderit semuanya memasuki otak ku. Wajahku terasa panas. Ini membuat ku malu dan juga membuat tawa ku ingin pecah. Situasi ini agak lucu. Aku seperti sedang menguping hal tak pantas bersama orang asing. Duh rasanya campur aduk di dada ku
Sosok di sebelah ku segera berdiri. Dia menarik tangan ku. Jelas aku melihat wajahnya juga memerah. Dia juga sama seperti ku. Bibirnya tersenyum walau dia berusaha menutupinya. Dengan cepat tangannya sedikit memaksa aku untuk masuk ke kamar. Dia segera meraih handle mendorongku masuk dan akan menutup pintu kamar ku. Apa dia papa ku. Dia seperti papa yang sedang memergoki putrinya pergi malam hari? tingkah cemas dan salah tingkahnya terlihat lucu
" jangan perdulikan mereka " gumamnya pelan. Aku menggeleng saja
" masuklah dan tidur " tapi rasanya enggan. Aku menahan pintu yang akan dia tutup penuh. Aku tidak ingin hanya sebatas ini aku mengabaikan perintah nya
Aku masih berdiri di depan pintu yang terbuka setengah. Dia pun berdiri diam. Kami saling berhadapan diantara sisa celah pintu
" sudah malam, nanti ada yang pulang " aku menarik lengannya cepat. Entah apa yang keluar dari mulutnya tidak begitu aku perdulikan. Jika seperti ini maka tak akan ada yang akan melihat kami kan ? tidak ada yang akan bertanya, kenapa remaja itu masih menghabiskan malam bersama di lorong kos ? aku menutup pintu kamar dengan cepat. Pintu ini akan menjadi penghalang jika ada yang datang
Dia berdiri mematung dan aku pun sama. Suasana kami berdua jelas sangat cangguh. Suara pasangan dari kamar sebelah terdengar lagi. Mereka sedang berbagi kecupan mesra. Mungkin melanjutkan ke level selanjutnya. Jelas sekali itu terdengar. Aku menahan tawa dan wajah yang memanas. Yang benar saja!
Suara mereka lagi. Kenapa tembok ini sangat tipis. Hingga semua terdengar jelas. Suara itu membuat aku merinding. Darah yang mengalir terasa panas dan mulai mendidih. Belum lagi keberadaan pemuda di hadapan ku kini. Apa kami sedang menonton film dewasa bersama? Kenapa rasanya jadi semakin akward. Suhu di sini seketika terasa dingin dengan tubuh yang memanas
" a, aku Mario, di, dia.. " Mario menggaruk tengkukknya pelan. Dia berusaha mengangkat kepalanya perlahan, kini jelas terlihat wajah merahnya
" dia Sofia, sepupu. ka,kami. Kami sodara.. "
Mario berusaha menyembunyikan wajahnya. Dia terlihat malu dan kaku. Tingkahnya membuat bibir ku tersenyum. Kalimatnya yang terbata jelas terasa grogi yang dialaminya.
Dia menyadari senyuman ku. Atmosfer cangguhnya seperti berkurang. Dengan perlahan wajahnya mendekati ku. Dengan tubuh yang sedikit membungkuk. Tangannya menggapai rambut sebahu ku. Dia menyisir lembut dengan jarinya. Hati ku berdegub kencang dan kian cepat
Wajah ku seketika tegang dan semakin panas. Apa yang kau lakukan ? Mata ku melirik arah jemarinya yang masih mengelus lembut. Kau membuat perasaanku bergetar hebat. Kau membuatku hilang akal.
Aku menengadahkan kepala. Walau dengan gugup tapi aku ingin melihat wajahnya dengan jelas. Wajahnya yang sangat tampan. Rambut nya yang hitam, mata yang tajam, bibir yang merah dan hidungnya yang mancung. Dia sungguh mempesona di mata ku
Matanya menatap dalam bola mata ku. Aku bisa merasakan nafasnya menerpa kulit wajah ku. Karena kini wajah kami kian dekat. Nafas beratnya yang hangat menyentuh kulitku, berulang ulang
" aku, benar-benar menginginkanmu Bey "
Suaranya lirih menggelitik telinga ku. Sentuhan mu, bisikan mu, semua itu membuat ku merinding. Tangannya menggapai leher dan telinga ku. Rasa hangat dari telapak tangannya menjalar seujung tubuh. Sentuhannya membuat desiran hebat.
Hidungnya yang menyentuh hidung ku. Nafasnya yang semakin hangat dan tak teratur. Aku sudah tidak bisa menahan diri. Wajahnya begitu dekat dengan ku. Hingga mata ku hanya bisa menyorot bibirnya yang sedikit terbuka. Nafasnya yang hangat membuat kulit tipis itu kian menggoda berwarna merah jambu
Aku mengerat kan genggaman di pergelangan tangannya. Dia berhenti menyisir rambut ku. Matanya menatap tajam tapi aku sudah tak bisa membalasnya. Mataku jadi layu melihat guratan tegas otot lehernya. Bibirnya yang bergetar seolah membakar hasratku. Nafas ku sudah tak teratur lagi. Begitupun dia, sepertinya
Aku sedikit mengangkat kaki. Berjinjit. Nafas kami yang beradu. Kini aku bisa merasakan bibirnya yang hangat dan lembut. Darahku terasa panas mengaliri tiap sudut tubuh ku. Rasa yang pertama kali aku rasakan. Rasa yang indah. Perasaan yang tak menentu semua berbaur jadi satu. Membuat ciuman lembut kami terus saling mencoba merasakan tiap sentuhan dengan sangat pelan dan hati hati. Ahh.. aku menyukai ciuman pertama ini
Bibirnya masih bergerak pelan di atas bibir ku. Kini dia sedikit membukanya membuat semua terasa basah dan hangat, lembut dan.. Aku tak tahu harus berkata apa. Aku hanya terus mengikuti pergerakan kami secara naluriah
Tangannya yang meraba pelan di leherku pun hangat menyentuh kulit yang sedikit sensitif. Pergerakannya yang teratur membuat bulu kuduk ku terus meremang. Aku seperti terbang bersama dengannya
Perlahan aku membuka mata. Wajahnya sangat dekat. Bibirnya merekah, menahan tawa, aku tersenyum. Kedua tangannya menyentuh pipiku. Dia mencubit pelan dengan gemas
" Aku menyukaimu Bey " ucap nya
" Aku juga.. " balas ku cepat tanpa perlu berpikir lagi
Aku memang belum mengenalnya tapi aku sangat yakin jika aku menyukainya. Rasa suka yang tak mampu aku kontrol. Rasa yang membuat dada sesak. Membuat tingkah tak terkontrol.
Mario menyingkap rambutku. Membuat bahuku terlihat jelas. Dia menyentuhnya dengan lembut. Bibirnya mendarat di lekukan tulang ku. Berlanjut bibirnya mencium sepanjang bahuku. Aku merasakan bibirnya yang hangat dan basah menyentuh kulitku. Aku hanya bisa menerima pasrah menahan gejolak di dada. Aku menggigit bibir tak mau mengeluarkan desahan seperti suara di kamar sebelah
Rasanya hangat dan membuat pijakan kakiku seperti melayang. Kaki ini seketika melemas, Mario menuntunku duduk di sofa dan aku mengikutinya
Aku memiringkan kepala mungkin supaya mempermudah gerakan Mario. Dia masih menciumi leher ku perlahan tapi enggan berhenti membuat seluruh tubuhku merinding. Seperti ini rasanya, rasa yang aneh. Rasa yang memabukkan
Mario masih terus memberi kecupan di bahu dan leherku. Hingga menyentuh daun telinga, ah itu terlalu geli. Membuat ayunan jantung ku seperti akan copot. Aku tak bisa menahan sensasi sentuhan bibir lembutnya. Aku sedikit menjauhkan kepalaku. Membuat dia terhenti dan menatap wajah merona ku
" kenapa " bisiknya
Suara lirihnya menusuk di telinga ku. Membuat rasa geli dan indah. Aku meresapinya, menikmati rasa yang dia berikan, aku hanya bisa menahan senyuman malu
Sentuhannya, kecupannya dan bisikannya semua menghancurkan diriku. Aku sangat menyukaimu, Mario
Kedua tangannya mendekap ku. Memeluk erat. Aku menepuk punggungnya pelan membalas pelukan erat yang menyesakkanku. Ah kau membuat ku melayang dan kian tanpa kendali. Mengapa kau bisa melakukan semua ini ? apakah ini cinta. Cinta pada pandangan pertama ? entahlah aku hanya tak mau kau pergi dari ku. Aku sudah terlalu jatuh hati pada mu. Hingga akal ku sepertinya tersingkir dengan ciuman panas kita
" Aku benar-benar menyukaimu Bey " dia mengulanginya lagi dengan suara lirih dan bergetar
" Aku tak bisa menahan diri saat melihatmu "
Mario merenggangkan pelukannya hingga aku bisa melihat wajahnya yang memerah dan ekspresi yang berubah. Wajah yang larut dengan percintaan kami kini berubah dengan ekspresi yang dingin. Dia seperti menyimpan kesedihan, kenapa ? wajahnya berubah seperti ini
Aku masih diam dan memperhatikan wajah Mario. Dia seperti menahan sesuatu, entah apa. Wajahnya tidak bahagia, berbeda denganku, berbeda dengan tadi. Apa yang salah?
Dia segera bangkit dari posisi duduk saling berhadapan kami. Tangannya menggapai tas back pack yang ditaruh di sisi sofa
Pukul 01.00 malam ini.
Mario berdiri. Dia menyandang tas hitamnya. Tangan kirinya menggapai leherku sekilas sekali lagi. Aku berusaha menahan tangannya. Meminta sentuhannya lebih lama lagi. Aku menyentuh jari-jarinya dan semua itu terasa dingin
" Aku harus pergi " ujarnya
Dia mencium bibirku dengan cepat hingga aku saja belum sempat merasakan apalagi meresponnya. Amu menahan ujung kaos nya dari belakang. Mencegah tubuhnya yang akan melangkah pergi. Aku ingin Dia di sini ! Dia membalikkan badannya. Bibirnya memaksakan senyum
" Biar aku mengingatnya dengan jelas " ujarnya tak bisa ku pahami
Aku tidak mengerti dengan kata-kata Mario dan aku pun tak ingin mengajukan pertanyaan. Aku hanya ingin menikmati malam ini dengannya. Aku mohon jangan pergi
Dia mencium pipi ku dengan dalam. Penuh irama lembut dengan penuh perasaan. Matanya terpejam perlahan. Nafasnya tertarik panjang. Matanya menatap wajahku lama, menyisir rambut ku dengan jarinya dan menyunggingkan senyum yang indah. Aku menarik bibir membalas nya
Kau melangkah meninggalkan kamar kos ku. Kau kian melangkah jauh, meninggalkan bayangan yang semakin memudar, hilang diujung lorong malam yang remang dan dingin
Sunyi..
Sepi..
Kamar sebelah pun telah hening. Mario hilang bersama malam yang berganti fajar. Aku terdiam memasuki kamar. Bersender di balik pintu hingga berapa lama. Dadaku masih terus bergetar hebat. Apa yang terjadi diantara kami ? Aku mengingat pergulatan kecil tadi. Ah bagaiman kami bisa melakukan itu ! semuanya begitu cepat dan penuh perasaan.
Aku melangkah perlahan menjatuhkan diri di sofa. Ah di sini, aku dan dia.. duh, aku sudah tak bisa melepas bayang bayang kejadian tadi. Semuanya akan terus tertempel dalam memori ku
Malam ini indah. Malam ini tidak akan pernah aku lupakan. Aku mengingat ciuman kami dan sentuhannya. Semua membuat senyumku tak berhenti sepanjang malam
Aku menyukaimu ... suara Mario yang hangat terus mengiang di telingaku, bagaimana ini? aku tak tahan dengannya, omg! ini benaran kan. Semuanya terasa panas
***** *****
POV MARIO
Setting
di dalam kereta yang sudah lengang. Sisa sisa penumpang tinggal sedikit hingga bisa tertidur pulas tanpa gangguan. Mario duduk diantara salah satu nya
-
-
-
Suara kereta malam terdengar jelas. Mungkin karena sepi. Alunannya seperti melodi sedih, seperti dia yang duduk dalam diam di peron yang kosong
Mario Duduk sendiri di peron kosong, matanya pun kosong, bahunya terlihat bergetar, wajahnya memerah. Dia sepertinya menangis
Terburu-buru dia menyeka airmata dengan ujung lengan kaosnya, dia menggigit bibir menahan gejolak di dadanya, entah apa yang ada di pikirannya. Semua terasa berat dalam pundaknya.
*** ****
POV MARIO
Dia masih dalam perjalanan yang cukup panjang di kereta malam yang lenggang. Matanya menatap lantai kereta. Suara mesin yang terdengar jelas di malam sunyi membuat suasana pas untuk mengulang kilas balik bayangan di dalam otak
-
-
-
Aku meninggalkan dirimu dalam malam yang dingin ini. Aku melepaskan mu dalam kecupan malam ini. Aku benar-benar menyukaimu Bey
pukul 03.00
Dini hari
Aku berdiri mematung di depan pagar. Rumah yang besar tapi dingin. Mungkin lebih rendah suhunya dari udara malam ini. Aku ragu untuk melangkah memasuki rumah ini
Seseorang membuka pintu. Wajahnya memerah. Sorot matanya tajam melihatku seperti pedang yang menusuk tepat di dada, aku memahami kemarahannya
" BAWA SEMUA INI !! " beberapa tas dan koper dilemparkan keluar
" lu ga tau di untung ! " Aku hanya bisa mematung. Mengenggam erat sandangan di bahuku
" nikahi Sofia atau KELUAR !!!!! "
BRAAAK !!!!
Om Alfa membanting pintu dengan kencang. Aku hanya bisa mematung. Entah apa yang aku rasakan. Entah apa yang akan terjadi, aku hanya ingin hidup yang hangat
Bey.. Aku menginginkan kehidupan mu. Aku ingin menjadi diri mu. Aku paham itu hanyalah harapan ku, Mario.
***
terima kasih sudah membaca sampai disini..
terus dukung dengan memberi review dan komentar berikut 5bintang di depan..
Komentar tiap tiap babnya..
Kirim power stone sebanyak2nya
beri hadiah sebanyak banyak ya agar penulis terus bersemangat dalam berkarya