Dalam keadaan yang canggung, selama beberapa saat tidak ada seorangpun yang berbicara saat ini. Keadaan begitu hening namun mendebarkan hati Xu Qiaoqiao. Sebagai orang yang akan dikenalkan dalam keluarga tersebut gadis ini hanya diam saja. Ia justru menunduk malu saat mengetahui saudara laki-laki yang dimaksud oleh neneknya adalah pria itu.
Sebaliknya nenek keluarga Xu tidak menyadari adanya aura aneh diantara mereka berdua. Ia menatap sepintas cucu laki-lakinya itu lalu tiba-tiba berteriak memanggilnya, "Xu Mushen, kenapa dengan mulutmu?"
Semua orang di dalam ruangan itu langsung mengarahkan pandangan ke mulut Xu Mushen.
Sebaliknya, alis Xu Mushen menciut dan balik memandang semua orang yang melihatnya. Seketika semua orang satu persatu memalingkan pandangannya karena merasa takut, kecuali nenek Xu.
Nenek Xu jadi merasa cemas, "Nak, kemarilah tunjukan pada nenek, bagaimana mulutmu bisa bengkak seperti ini?"
Tatapan Xu Mushen melirik tegas pada gadis yang menundukan kepalanya dan tidak berani menatapnya langsung itu, lalu keluar sepatah kata dari mulutnya, "Digigit anjing!!!"
Xu Qiaoqiao seketika makin berdebar dan terbungkam karena ketakutan. Dengan perlahan ia melihat ke atas, menatap mata pria itu dalam-dalam. Hatinya pun langsung bergetar karena tatapannya yang menakutkan itu.
Ia segera menundukkan kepalanya lagi. Pikirnya, ia hanya perlu mengacuhkan hinaannya. Lagi pula dimaki sekali juga dapat dilupakan dengan cepat olehnya.
Xu Qiaoqiao mulai ingin membuka pembicaraan pada pria itu, namun….
Seketika nenek Xu langsung mendahului Xu Qiaoqiao dan bertanya dengan nada terkejut, "Bagaimana mungkin seekor anjing bisa menggigit mulutmu? Kamu harus divaksin! Bagaimana jika nanti terkena rabies?"
Keberanian Xu Qiaoqiao segera menciut karena mendengar pernyataan neneknya. Ia takut jika neneknya tahu kebenaran dibalik itu, sudah pasti pandangannya pada dirinya akan menjadi buruk.
Namun keteguhan hati sudah dibuatnya kuat-kuat, ia lalu memasang wajah berani dan berkata tegas, "Sepertinya, itu tidak perlu."
"Qiaoqiao, kau tidak mengerti, anjing liar di luar sana pasti tidak terawat, ada banyak bakteri di mulutnya, selain rabies. Mungkin saja ada lagi penyakit lain! Tapi bagaimana anjing itu bisa menggigit mulutnya?" Balas Nenek Xu yang masih mengkhawatirkan cucunya itu.
Xu Qiaoqiao hanya bisa terdiam malu untuk melanjutkan penyangkalannya. Dari sini ia menyadari jika harus segera menghentikan topik pembicaraan ini.
Pandangan matanya segera melirik ke sekeliling ruangan dan berusaha mencari topik pembicaraan yang lain. Setelah yakin, dengan tergagap-gagap ia bertanya pada neneknya, "Nenek, ba… bagaimana dengan ibuku?"
Mendengar pertanyaan itu, perhatian perempuan tua itu langsung teralih ke pertanyaan Xu Qiaoqiao, "Oh saat ini kesehatan ibumu sedang tidak baik, ia sedang beristirahat di halaman belakang, biar pelayan mengantarmu untuk pergi melihatnya."
"Nenek, aku akan mengantarnya." Xu Nanjia tiba-tiba menawarkan diri dan melangkah mendekati Xu Qiaoqiao, lalu memegangnya, "Ayo kita pergi!"
Xu Qiaoqiao sudah tidak sabar ingin pergi menemui ibunya, meskipun ia menyadari perubahan sikap Xu Nanjia begitu aneh. Meski demikian, ia tidak punya pilihan lain untuk tetap pergi mengikutinya.
Kedua gadis itu pergi meninggalkan ruangan ini, seketika ruangan tersebut langsung menjadi sunyi. Xu Mushen menyipitkan matanya pada gadis ini lalu berjalan menuruni tangga.
Di sisi lain, Nenek Xu memandangi punggung gadis ini, menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya, "Untungnya anak ini tumbuh dengan perilaku yang baik, jika tidak, bagaimana aku sebagai neneknya bisa meyakinkan bibimu? Semua ini dikarenakan aku yang tidak berguna.
mendengar perkataan itu Xu Mushen lalu menatap neneknya yang saat ini terlihat senang tapi juga ada perasaan bersalah.
Namun apa? Berperilaku baik? Kata 'berperilaku baik' itu seakan ingin diprotesnya pada neneknya. Mata Xu Mushen langsung melirik, seakan ada cahaya yang berkedip di matanya.
*****
Setelah berjalan cukup jauh dari ruangan tadi, Xu Nanjia tiba-tiba melepaskan pegangan tangannya dari Xu Qiaoqiao. Dengan sombongnya, ia menjulurkan tangannya dan berkata, "Berikan kembali gelang giok itu kepadaku!"
"Berikan kembali kepadamu?" Tanya Xu Qiaoqiao terheran-heran.
"Ya!" Jawab Xu Nanjia dengan jelas.
"Kenapa?"
Bukan hanya karena gelang giok ini, bahkan gadis ini sejak awal bertemu dirinya telah memandang rendah penampilan seseorang, perlakuannya ini membuatnya merasa sangat kesal
Padahal Xu Qiaoqiao dari awal sudah berusaha bersikap lembut dan tidak kasar.
Kalau saja ia meminta dengan sikap yang lembut, Xu Qiaoqiao juga tidak mungkin untuk tidak memberikannya. Tapi sikapnya ini... Sungguh melanggar norma sopan santun.
Sebaliknya Xu Nanjia mengerti jika saudaranya ini tidak ingin memberikan gelang itu, dia menjadi sangat marah, menunjuk ke hidungnya dan memakinya, "Aku sudah tahu kau adalah perempuan jalang sama seperti ibumu, tinggal di rumah kami hanya untuk mengambil barang-barang milik nenek!"
Xu Qiaoqiao menatapnya tajam, "Xu Nanjia aku peringatkan kau, bahkan jika kau memarahiku, ibuku tetap adalah bibimu!"
Xu Nanjia mendengar kata-kata itu, pandangan matanya bahkan lebih menghina, "Bibi yang seperti apa? Sudah untung bisa jadi anak angkat nenek!"