Chereads / Suamiku mantan gay / Chapter 10 - Pembalut wanita

Chapter 10 - Pembalut wanita

Aldo menguap sambil mengeliatkan badannya di atas ranjang

kamar kosnya, sedangkan Diana yang sedari tadi dalam mood buruk masih saja

ngomel dan marah-marah. Ada saja hal yang ia jadikan masalah untuk melmpiaskan

emosinya.

"Sayang, apakah semalam itu kamu masih kurang puas? Kok,

marah-marah terus sih, dari tadi?" goda Aldo sambil tertawa melihat pacarnya

yang cemberut.

"Kamu ngapain sih harus berterimakasih dengan pengamen

jalanan itu? Uda gitu nyuruh aku meminta maaf lagi, ya kalau apa yang dikatakan

itu adalah benar, jika tidak?" Gadis itu memutar kedua bola matanya dan membuang muka dari tatapan Aldo, lalu menghempaskan badan di tepi ranjang.

Aldo duduk dan merangkul pundak Diana dari belakang, lalu

menyelipkan wajahnya di leher jenjang gadis itu dan berkata dengan sangat lebut,

"Sayang, jangan suka berburuk sangk, ya? Masa sih dia bohong? Kan semua benda-benda

berhargaku utuh tak ada yang hilang. Dan seperti yang kamu tahu memang jendela

mobilmu tadi terbuka, loh."

Diana menoleh cepat ke arah pacarnya. Dengan muka

bersungut-sungut ia berkata, "kok kamu jadi belain dia? Apa seleramu sedang

turun menyukai gelandangan tadi?"

Aldo menepuk jidatnya karena merasa salah lagi di mata

Diana, ia hanya mengajarkan tentang hidup agar selalu berprasangka baik, dan

membudayakan bertemikasaih dengan bantuan orang lain, sekecil apapun itu. Tapi, malah

dituduh yang bukan-bukan sama pacar sendiri.

"Al, kayaknya ada yang aneh, deh."

Aldo melihat kea arah Diana yang bukan hanya posisi duduknya

saja yang berubah, melainkan juga ekspresi wajahnya pun ikut berubah.

"Ada apa,sayang?" Aldo mulai cemas saat Diana mulai membungkuk dan memegangi perut-nya.

Gadis itu tidak menjawab, melainkan langsung berlari ke toilet dalam kamar kosnya.

Tak lama kemudian gadis itu berteriak, "Sayang, tolong dong ambilin

pembalutku di dalam tas!"

"Apa? Pembalut?'' sahut Aldo berusaha meyakinkan

pendengarannya, agar tidak salah.

"Iya, Al, pembalutnya aku, ambilin di dalam tas aku."

"Sebentar." Aldo pun membuka tas Diana dan mulai

mengorek-orek isinya. Tapi, tidak ada satu pun pembalut di dalamnya selain tisu

basah dan tisu biasa.

"Aldo, cepetan! Deres, nih darahnya!''

Karena panik dan tak menemukan apapun selain tisu, ia pun

akhirnya berlari menuju toilet dan memberikan tisu itu kepada Diana.

"Al, aku minta apa dan kau kasih apa?" teriak Diana dari

dalam toilet begitu menerima sebungkus tisu yang diberikan Aldo dari luar.

"Sudah kucari dan kubongkar tasmu tapi, tetap saja tidak

ada.  Kamu pakai saja itu sementraa, aku

keluar belikan buat kamu," ucap Aldo secara spontan. Ia baru saja sadar kalau

yang dibutuhkan Diana adalah pembalut wanita.

'Astaga… Barusan aku bilang apa sama Diana, mana kasirnya

cewek lagi, mau balik dah terlanjur masuk, mau beli malu abis,' umpat Aldo

dalam hati. Akhirnya sebagai ganti, Aldo pun membeli sebuah minuman mineral dan

cemilan lalu membayarnya, ia keluar dari mini market dengan hati bingung.

Terlebih saat pacarnya mengiriminya pesan chat menunjukan gambar merk pembalut

yang biasa ia pakai.

"Sialan banget, sih hari ini." Aldo mengedarkan pandangannya

ke sekitar, tanpa sengaja ia melihat gadis yang tadi berdiri menjaga mobil

Diana karena kaca jendelnya terbuka. Tanpa ragu-ragu ia pun menghampiri dan

menunggu gadis muda itu selesai bernyanyi, 'Oh, rupanya pengamen jalanan ya?'

batin Aldo sambil tersenyum simpul.

Begitu Elis selesai bernyanyi dan kembali duduk di di bawah

pohon karena penat dan suasana siang hari yang begitu terik, Aldo pun

menghampirinya, lalu menyodorkan sebotol minuman dingin yang baru saja

dibelinya. "Kamu pasti haus, kamu minum, gih!"

Elis mendongakkan kepalanya ke belakang dan melihat pria yang baru

beberapa jam lalu ia temui di depan sebuah plaza. Tapi, memang dasar Elis yang

tidak mudah mengenali wajah seseorang kalau ia tidak benar-benar terkesan, baru

beberapa jam saja, sepertinya ia sudah lupa dan tak ingat.

"Kenapa anda memberikan ini pada saya?" tanya gadis itu

dengan santun, dan tak langsung menerimanya, meskipun ia benar-benar merasa

sangat haus.

Aldo terpaku dengan pertanyaan dan ekspresi santun yang dimiliki

gadis di depannya itu. Mungkin ini pertama kalinya bagi dia menemui gadis

seperti Elis, biasanya wanita manapun saat keadaan seperti Elis begini, pasti

langsung menyambarnya lalu pergi, yang ingat mengucapkan terimakasih saja juga

dua dari sepuluh.

"Ok, anggap saja aku minta tolong sama kamu, plis, ya?''

"Minta tolong apa?" tanya gadis itu dengan lugu. Lalu berdiri, berhadapan dengan pria itu.

"Tolong, belikan pembalut seperti ini untuk pacarku, dia

datang bulan dan tidak bawa pembalut, cepetan ya kalau bisa, kau tahu pacarku

tadi suka marah-marah meskipun sudah kau jelaskan apa tujuanmu berdiri di dekat

mobilnya, kan?'' ucap Aldo sambil memberikan selembar uang seratus ribuan. setelah menunjukkan gambar kemasan pembalut wanita dari ponselnya.

Elis diam sesaat, ia berusaha mengingat kejadian yang

berlalau pagi tadi, ia ingat. Tapi tidak ingat dengan wajah dua sejoli itu, yang

ia ingat adalah cewek pemarah dan cowok yang baik dan sabar.

Dengan segera Elis pun menerima uang ratusan ribu itu dari

Aldo dan segera masuk membeli pesanan Aldo tadi, saat ia melihat-lihat bebagai

merk pembalut yang tertata rapi pada rak tersebut, tiba-tiba saja ia teringat

kalau wanita datang bulan kebanyakan mengalami nyeri di bagian tertentu, jadi,

sekalian ia membelikan minuman kusus wanita untuk pereda nyeri datang bulan

yang biasa ada di toko-toko, dan bahkan minimarket sekalipun. Mau bilang super

market, Elis sendiri belum pernah masuk Mall. Jadi, ia tidak tahu.

Sepuluh menit kemudian Elis keluar dari mini market dan

membawa tas kresek berwarna putih dan memberikannya kepada Aldo. "Ini minuman

pereda nyeri hait, berikan padanya, dan sudah biasa wanita kalau masa PMS itu

emosinya tinggi." Elis pun langsung pergi setelah memberikan tas kresek

tersebut kepada Aldo, beberapa langkah beranjak gadis itu berhenti lalu menoleh

dan berkata, "Kembaliannya ada di dalamnya."

Aldo segera membuka kresek yang ada di tangannya. Ternyata benar, ada uang kembalian dan nota

tergulung di dalamnya, Aldo pun berusaha mengejar gadis itu dan berkata, "Hey,

kembaliannya buat kamu saja ini," ucapnya. Tapi, Elis yang memang gesit saat

berjalan saja, Aldo sudah tak bisa mengejar dan kehilangan jejak gadis itu

ketika ia pun juga berlari saat sadar pria itu mengejarnya.

''Gila, tu cewek larinya gesit kaya kuda balap saja," umpat

Aldo sambil membungkuk dan terengah.

Akhirnya ia pun memutuskan kembali ke kos-kosan saat Diana

berkali-kali menelfon dan mengiriminya pesan chat. "Nanti kalau jodoh juga

bakal ketemu lagi," gumam Aldo tanpa sadar dan memutar badan berjalan menuju

kosnya yang hanya berjarak sekitar seratus limapuluh meteran dari mini market

tersebut.

"Kok, lama banget, Al?" tanya Diana yang sudah menunggu

kekasihnya di depan pintu kamar kos-kosan Aldo.

"Maaf, Sayang, tadi aku tuh bingun milih dan nyariin merk

yang kamu mau, jadi harus meneliti satu demi satu yang ada di raknya."

Diana pun langsung menyambar tas kresek yang ada di tangan

Aldo dan membuka isinya. Gadis itu terkejut dan merasa surprise saat melihat

minuman dengan label jamu berbotol kaca dengan berwarna kuning dengan bahan

dasar dari asam dan kunyit. "Al, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku selalu nyeri

saat datang bulan, bahkan kau mebelikan aku ki****i. Terimakasih, ya?" ucap

Diana segera membuka segel dan meminumnya beberapa teguk dan masuk ke toilet

untuk mengganti tisu dengan pembalut yang sebenarnya.

"Ya, Cuma nebak saja, kan kamu sedari tadi marah

terus kupikir kamu sakit," jawab Aldo, berbohong. Namun dalam hati ia sangat

berterimakasih pada gadis pengamen jalanan tadi. Hanya saja ia lupa dan tak

sempat menanyakan siapa namanya. Apalagi berkenalan.