Chapter 12 - Chapter 12: Misi Pertama

*Dugg… Dugg...*

"Sudah sampai." Katanya membangunkan dari luar memukul-mukul kereta

"Hmmppph..."

Kurenggangkan badan terbangun dari tidur.

"Hoaammp—"

("Apa ini?")

Badanku terasa berat dan tidak bisa digerakkan, hanya tangan kanan yang leluasa kugunakan untuk mengusap-usap mata. Kucari apa yang membuat tubuh bagian kiriku tidak bisa bergerak dengan menggerakkan jari sedikit demi sedikit.

("Disini terlalu gelap, aku tidak bisa melihat apa-apa.")

Terasa telapak tangan kiriku tertahan sesuatu, saat kucoba dorong dengan jari tengah..

"Ahn〜♥♥..."

*!!*

Bagaikan tersengat listrik, aku langsung sepenuhnya sadar mendengar suara desahannya.

("S-Sensasi ini… Dia pasti sedang menduduki tanganku.")

Setelah berasumsi begitu, aku tidak gerakkan lagi tangan kiriku dan juga karena kesemutan.

*puff*

Kuubah dia jadi boneka sehingga bisa kudorong sebelum akal sehatku hilang.

"Dorong pelan-pelan.. dan.."

Tiba-tiba siluet pak tua terlihat dari luar ingin membuka tirainya dari luar.

("Duh.")

Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung menyelipkan boneka Zoker ke dalam tas.

*Sreet!*

"Ayo, kita sudah sampai." Ajaknya dari luar

"Aahahaha baiklah, aku akan segera keluar."

Dia menutup tirainya kembali lalu pergi.

("Untung Zoker versi boneka jauh lebih kecil dari tubuh aslinya, jadi bisa diselipkan dengan mudah.")

~~~

Aku turunkan semua barang-barangnya dan berpamitan.

"Terima kasih banyak sudah memberi tumpangan." Ucapku berterima kasih

"Anggap saja balas budi tempo hari, ahahaha." Balasnya santai

"Oh ya, aku belum memperkenalkan diri, namaku Toon."

"Ya, aku sudah tahu namamu karena kau cukup terkenal di kota, ahahahha."

"Tapi maaf, aku tidak bisa memberitahukan namaku pada sembarang orang karena beberapa hal." Lanjutnya naik lagi ke kereta

"Oh, baiklah. Tidak apa-apa."

"Sekali lagi, terima kasih banyak."

"Ya, sampai jumpa lagi." Dia melambai pergi

("Untung aku pernah membantunya dulu, meski sebenarnya dia tidak membutuhkannya.")

Setelah sampai di ibukota, aku harus segera mencari tempat istirahat sebelum pergi lagi ke guild.

"Nah sekarang ayo kita cari—"

("Eh? Sepertinya aku melupakan sesuatu.")

Setelah terdiam sebentar mengingat-ingat.

. . .

"AARRRHH!"

("Bodoh-bodoh, dasar bodoh!")

Tergesa-gesa aku mengaduk-aduk tas mencari Zoker yang terselip.

("Nah.")

Setelah kutemukan, kubawa tas yang ada Zokernya ke tempat yang sepi dan mengembalikannya jadi semula.

*puff*

"Hah.. hah.. hah.." napasnya terengah-engah setelah kukembalikan

"Tunggu sebentar, aku kembali bawa dulu semua barang-barang kita kesini." Kataku pergi mengambil barang bawaan yang kutinggal di depan gerbang

Secepat mungkin aku membawa semuanya dan kembali ke Zoker.

"Kau tidak apa-apa? Maaf aku seenaknya mengubahmu menjadi boneka dan memperlakukanmu seperti barang." Ucapku

"Tidak.. apa-apa.. tuan." Jawabnya masih terengah-engah

"A-Aku hanya tidak menyangka.. kalau terkena doll effect itu.. rasanya sesakit ini." Lanjutnya

"Aku tidak bisa bayangkan yang mereka rasakan saat disiksa oleh 'aku' saat itu."

("Kau sendiri lebih dari kata luar biasa karena bisa bertahan dari doll effect berkali-kali.")

"Kau bisa berjalan?" tanyaku melihatnya duduk bersandar di tembok rumah warga masih lemas

"Mungkin sebentar lagi tuan, tubuhku masih mati rasa." Balasnya mulai turun menyender ke pundakku

Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian, jadi kutunggu sebentar hingga dia pulih.

*Kruuykk*

Suara perutku sudah berontak minta diisi, aku juga baru ingat kalau kami belum makan malam. Meski terasa aneh kalau Zoker tidak merasa lapar, biasanya dia yang paling giat kalau soal makanan.

"Bagaimana kalau kita makan bekalnya sekarang? Karena setelah ini kita akan mencari penginapan dan langsung pergi ke guild." Ucapku mengajak

"A-Anu, bukannya aku tidak mau." Balasnya mengangkat kepala

"Tapi tanganku belum bisa digerakkan, jadi karena kondisiku yang sekarang..."

*glek*

("Aku rasa aku tahu apa yang selanjutnya akan dia katakan.")

"Kalau boleh, aku ingin tuan menyuapiku kali ini saja." Pintanya memelas

("Sifatnya sudah mulai terpengaruh dengan yang satunya.")

"Baiklah, tapi hanya kali ini saja." Jawabku bergegas mengeluarkan bekal

"Ehehe, tuan memang sangat baik."

"Aku mencintaimu, tuan." Lanjutnya lemas

"Berhenti bicara dan buka mulutmu." kataku menyodorkan sendok menyuapinya

Setelah makan dan menunggu Zoker bisa bergerak kembali, kami berjalan mencari penginapan.

Dan pada akhirnya aku memutuskan kembali di tempat yang sama yang pernah tempati saat turnamen dulu.

("Kali ini kupastikan kami dapat dua kamar, meski kuyakin Zoker pasti akan keberatan.")

~~~

*klenteng.. klenteng..*

Bel pintunya masih belum berubah, langsung saja aku masuk menemui pemiliknya.

"Tolong dua kamar."pesanku mengisyaratkan dengan tangan

Tiba-tiba terasa ada yang menarik pelan lengan bajuku.

"Dua? Kita tidak akan seranjang lagi, tuan?" tanyanya pelan memelas namun terdengar jelas

*Jeng!!*

("De Javu, itulah yang sedang kurasakan saat ini.")

Terasa tatapan semua orang tertuju padaku sekarang, semua karena mulutnya yang tidak bisa dikontrol itu.

"Ahh, ahahahaha kau ini bicara apa sih?"

"Kau itu adik tercintaku, tapi kau sekarang sudah besar."

"Aku nanti akan tetap menemanimu hingga kau tidur kok." lanjutku asal bicara

Bukannya improvisasi, dia malah terlihat bingung mendengarnya.

"Pokoknya, apa masih ada kamar yang tersedia? Dua?" tanyaku ke pemilik penginapan

Pemiliknya malah diam membandingkan wajahku dan Zoker, dan setelah yakin dia mulai bicara.

"Masih." Jawabnya singkat

"Baik, kami ambil itu."

Setelah itu aku suruh Zoker naik ke atas duluan, dan aku mengikutinya dari belakang melindunginya dari tatapan pelanggan lain yang memperhatikannya sejak kami datang.

~~~

Setelah menemukan kamarnya, aku berhenti dan menunjukkannya ke Zoker.

"Kamarmu disini, kamarku disana, mengerti?" tanyaku memperjelas

Dia tidak menjawab dan hanya mengangguk pelan.

"Baiklah sana masuk dan tata barang-barangmu setelah itu kita langsung pergi ke guild." Suruhku membuka kamarku dan masuk

*Tap.. tap.. tap.. tap..*

*sigh*

Aku balik badan menghadap Zoker yang malah ikut masuk ke kamarku.

"Jadi.. Kenapa kau malah ikut masuk?" tanyaku lelah

"A-Anu, aku takut jika sendirian tuan.. P-Paling tidak izinkan aku bersamamu sampai Crown-ku kembali." Jelasnya

"Tidak boleh?" tanyanya melas dengan mata kucingnya

("Curang sekali ekspresi dan tatapannya itu, membuatku tidak bisa berkata tidak.")

"Erh-mm-ehem, baiklah kalau begitu." Jawabku

Wajahnya langsung berseri mendengarnya.

"Tapi, saat mau tidur nanti kau harus kembali ke kamarmu, dan juga taruh dulu barang-barangmu disana." Jelasku menegaskan

"Baiklah, tuan."

Kami menaruh barang-barang sebentar dan segera keluar menuju guild.

~~~

Setelah bertanya pada banyak orang tentang guildnya, kami akhirnya sampai di depan markasnya.

"Crimson Army." Kataku bicara sendiri membaca tulisan besar di depannya

("Nama yang aneh.")

*Dakk!*

Kami masuk ke dalam guild salah satu guild terkenal yang bernama 'Guild Crimson Army', dengan lambang seperti burung api yang terpampang besar di depannya. Guild yang dari luar saja bangunannya sudah terlihat besar, tapi ternyata dalamnya tidak kalah hebat. Dipenuhi para petualang yang aku sendiri tidak mengerti kenapa mereka beramai-ramai berkumpul disini, bukannya melakukan misi atau apapun itu. Aku tidak peduli dengan mereka, langsung kucari papan misinya biar cepat keluar dari sini.

Saat aku melihat-lihat sekitar tanpa tujuan karena tempatnya yang terlalu luas, tiba-tiba salah satu wanita yang terlihat seperti petugasnya menghampiriku yang mungkin terlihat kebingungan.

"Ada yang bisa dibantu, tuan?" tanyanya ramah

"Aaa.. Mmm... Kami mau ke papan qu—"

*stare*

("Waw.")

Kalimatku terhenti melihat pakaian petugasnya yang terlalu terbuka.

*glek*

"Tuan." Panggil Zoker cemberut menarik baju menyadarkanku

("Fokusku hilang begitu saja begitu melihat 'milik'nya.")

"Ah ya, kami mau ke papan quest. Bisa kau tunjukkan tempatnya?" tanyaku

"Papan quest ya, silahkan lewat sini." Ajaknya menunjukkan jalan

("Pakaian seksi itu memang berbahaya.")

Kami pun mengikutinya dari belakang. Ternyata papannya tidak terlihat dari pintu masuk, karena memang ada di lantai dua.

Setelah sampai di depan papan questnya.

"Inilah papan questnya." sambil menunjukkan papan besar dipenuhi kertas permintaan yang menempel disana

"Jika ada lagi yang mau ditanyakan, silahkan menuju loket disana." Tambahnya menunjukkan sebuah loket tak jauh dari papannya

"Terima kasih, sepertinya kami mau melihat-lihat questnya dulu." Ucapku

"Apa kalian sudah pernah mendaftar menjadi petualang?" lanjutnya bertanya

"Mendaftar?" tanyaku menoleh bingung ke Zoker

"Ya, kalau belum, kalian bisa mendaftar terlebih dahulu di loket." Ujarnya

("Aku merasa kalau hal ini akan mengeluarkan uang.")

"Baiklah, kami akan melihat-lihat dulu sebentar, terima kasih."

"Sama-sama." balasnya pergi kembali turun ke lantai satu

Aku baru tahu kalau jadi petualang saja harus mendaftar dulu, kukira bisa langsung ambil quest, lalu membunuh monster dan dapat uang dengan mudah seperti di dalam game.

"Mmmm.."

"Apa kau tahu sesuatu tentang 'pendaftaran' seperti yang dia bilang barusan?" tanyaku ke Zoker

"Iya, tuan. Tapi aku baru tahu kalau kita mau menjadi petualang." Jawabnya

("Ha?? Jadi dari awal dia tidak tahu alasan kita kesini?")

"Memangnya aku belum bilang padamu kalau kita akan mencari uang dengan cara ini?" tanyaku

"T-Tidak, tuan. Aku hanya mengikuti saja kemanapun kau pergi." Balasnya

"Hmm, berarti aku yang lupa memberitahumu." Kataku menggaruk kepala

"Baiklah, ayo kita daftar dulu." ajakku jalan ke loket

"Baik."

("Semoga saja tidak ada biaya pendaftarannya.")

~~~

("Dan dugaanku salah.")

"Terima kasih, ini kartu petualang anda." Dia memberikanku semacam tanda pengenal

"Silahkan memilih quest yang tersedia disana." Ucapnya menunjuk papan quest

"Bila sudah, anda bisa membawa permintaan questnya kesini untuk diproses." lanjutnya menjelaskan

("Walau sedikit, keuanganku baru saja terkuras lagi.")

("Dan juga, untung saja Zoker sudah pernah daftar jadi petualang, jadi uang yang harus dikeluarkan lebih sedikit kalau kami daftar berdua.")

Aku teringat dengan surat dari walikota Omnius.

"Tunggu sebentar." Kataku menaruh kartu dan merogoh saku satunya lagi

"Aku ada pesan dari walikota Omnius tentang quest yang akan kuambil atas rekomendasi dia." Ujarku sambil memberikan amplop

Dia menyadari segel khusus di amplopnya, langsung membuka isinya.

"Quest ini..." dia terdiam sebentar setelah membaca suratnya

Dia memperhatikan wajahku sekali lagi seperti meyakinkan.

"Kalian berdua pernah ikut turnamen sayembara beberapa waktu lalu, ya?" tanyanya mengenali wajahku dan Zoker

"Iya, sangat membantu kalau kau sudah mengetahui kelayakan kami." Jawabku

("Kabar angin ternyata bisa menguntungkan juga.")

"Anda yakin mau mengambil quest ini?" tanyanya lagi meyakinkan

"Tentu saja, kami akan mengambil dan menyelesaikannya." balasku yakin

Dia memperhatikanku lebih serius dari sebelumnya dan juga Zoker yang berdiri di sebelahku pun ikut dilihatnya.

Aku ikutan serius membalas tatapan seriusnya.

("Hmmm, wanita yang berkacamata itu ternyata cantik juga.")

"Baiklah, tunggu sebentar." ucapnya pergi

Baru beberapa langkah, dia kembali lagi.

"Silahkan menunggu disana, datanya mungkin sudah tertimbun, jadi butuh waktu untuk mencarinya." Jelasnya menunjuk kursi di dekat sana

"Mohon maaf atas ketidaknyamanannya." Lanjutnya

Kami menuruti perkataannya untuk menunggu, dan juga karena tidak ada lagi yang mau kami lakukan.

~~~

Sekitar 30 menit menunggu duduk di depan loket, namun masih belum ada hasil. Hanya duduk diam memperhatikan orang yang berlalu lalang, membuatku bosan dan mengantuk.

Sedangkan Zoker yang duduk di sebelahku hanya diam terlihat kesal akan sesuatu.

"Ada apa Zoker? Kalau minta makan aku tidak ada uang lagi loh." Tanyaku basa-basi

"T-Tadi.."

"Kau memperhatikan petugasnya terlalu serius, tuan." Jawabnya tanpa melihat mataku

("Oh, dia menyadarinya.")

"Hmmm bagaimana ya.." balasku menyandarkan badan ke kursinya

"Aku sebenarnya hanya sedikit tertarik dengan penampilannya yang menggunakan kacamata, bukan pada orangnya." Jelasku melihat ke langit-langit

"Kau cemburu?" tanyaku dengan nada meledek

Dia tidak menjawab masih terlihat kesal mengalihkan pandangan ke arah lain.

("Meski bisa membaca bahasa tubuhnya, aku masih kurang paham dengan cara berpikir wanita.")

Karena bosan, aku coba ke loket lagi menanyakan hasilnya.

"Permisi, apa sudah ditemukan datanya?" tanyaku memasukkan kepala mengintip sedikit

("Wahh.. mirip seperti perpustakaan.")

Terlihat petugas yang tadi berjalan menghampiri membawa selembar kertas yang sudah terlihat usang.

"Maaf menunggu lama, ini questnya." Ucapnya menyodorkan kertas questnya

Aku ambil dan membacanya, sedangkan Zoker langsung menghampiri saat melihatku sudah dapat questnya.

"Questnya adalah memeriksa keadaan ilmuwan yang diasingkan di kastil yang ada di dalam hutan terlarang, Frankenstein, dan juga pusaka kerajaan yang ada disana." Ujarnya menjelaskan inti dari sekian banyak penjelasan di kertasnya saat aku sendiri sedang membaca questnya

"Dengan kata lain, ini hanya quest ekspedisi kastil di Hutan Terlarang?" tanyaku menyimpulkan

"Ya." Balasnya sambil menaikkan kacamatanya

"Tapi maaf sebelumnya, apa kau tahu tempat seperti apa Hutan Terlarang itu? Dan juga kenapa tempat itu disebut Hutan Terlarang?" tanyanya memastikan

"Tentu saja, aku sering berlatih dan berburu disana dulu." Jawabku menyembunyikan fakta pernah tinggal disana

"Dan juga, bagian mana dari quest itu yang membuatnya menjadi quest tingkat tinggi?" tanyaku penasaran

"Kastil itu.. dijaga oleh sesuatu yang kuat, sangat kuat hingga dijuluki 'Benteng Tak Tertembus'." Jelasnya

"Itulah yang meningkatkan tingkat kesulitannya." Lanjutnya

"'Benteng tak tertembus', ya?"

("Hmm, menarik.")

"Baiklah, kami ambil questnya."

Dia masuk lagi ke dalam mengambil suatu barang.

"Ini adalah item untuk menyimpan data questnya." Jelasnya menunjukkan item di tangannya

("Bentuknya seperti bola saku, tapi dengan ukiran-ukiran aneh.")

"Ini adalah item sihir, cara pakainya, tekan tombol kecil ini." Dia menunjukkan satu tombol kecil yang menonjol di permukaannya

"Lalu lempar pelan ke atas saat anda sudah sampai dan menemukan objektif misinya, benda ini akan otomatis terbang mengeluarkan cahaya yang akan menyimpan bukti gambar kalau anda sudah mendapatkan data yang diinginkan." Ujarnya menjelaskan detil cara penggunaan itemnya

("Cara kerjanya sama seperti suatu gabungan antara drone dan kamera 360, ya.")

Selagi petugasnya fokus berbicara padaku menjelaskan detil misinya, Zoker malah fokus memperhatikan wajah petugasnya.

"Baik, aku mengerti." Balasku mengantungi bola sihirnya langsung meninggalkan tempat

"Terima kasih banyak." Ucap Zoker ke petugasnya lalu mengikutiku pergi

"Semoga berhasil." Balas petugasnya

("Terima kasih untuk apa??")

Setelah semuanya selesai, kami kembali ke penginapan untuk bersiap-siap.

~~~

Setelah kembali ke penginapan, di kamarku.

*Kretek.. kretek…*

"Ahh.. Badanku sakit semua karena tidur di kereta dengan posisi seperti itu." Keluhku meregangkan badan

Aku duduk dipinggir kasur menggerak-gerakkan badan berusaha menghilangkan pegal, sementara Zoker diam memperhatikanku seperti ingin bicara sesuatu.

"Ada apa, Zoker?" tanyaku melihat dia terlihat gelisah sendiri

"A-Aku.."

"Aku ingin memijat badanmu.. untuk menghilangkan rasa pegalmu, tuan." Jawabnya ragu-ragu

("Sepertinya ngambeknya sudah reda.")

"Itu tidak perlu, hanya pegal-pegal biasa.. nanti juga sembuh sendiri." Balasku halus menolaknya

"Tapi tuan.."

"Mmm.."

Dia sampai berpikir keras mencari alasan agar bisa mewujudkan keinginannya.

"K-Kau tidak akan bisa bertarung dengan tubuh yang kurang fit, dan kita juga tidak tahu kapan sembuhnya juga." Lanjutnya bersikeras

("Kenapa dia mendadak jadi keras kepala begini?")

*sigh*

"Baiklah." Balasku mengizinkan

Aku duduk membelakanginya di ujung kasur. Meski sekilas, aku bisa melihat senyum kecil terpancar di wajahnya.

"Aku mulai ya, tuan."

Dia mulai memijat pundakku, dan seperti dugaanku.

*Kyut.. Kyut..*

("Ahh…")

("Pijatannya… TIDAK TERASA SAMA SEKALI!!")

"Bagaimana, tuan?"

"Mmm.. ya.. enak sekali." Jawabku datar

Dia masih berusaha, meski lebih seperti memijat bajuku saja.

"Tapi tuan, sepertinya aku hanya mengelus-elus pakaianmu saja dari tadi."

("Akhirnya dia sadar juga.")

"Ya, kau mengelusnya dengan lembut."

"Tidak boleh begitu, tuan." Tegasnya mendadak semangat

"Kalau begini, tidak ada gunanya aku memijatmu." Jelasnya

("Bagaimana kau melakukannya dengan kekuatan seperti itu!")

"Kalau begitu.. L-L-Le—"

"Le?" responku bertanya-tanya

"Le-Lepaskan bajumu, tuan."

..

"Maaf, bisa diulang lagi?" tanyaku memastikan

"Aku ingin kau m-melepas bajumu, tuan."

("Benar-benar deh, sebenarnya apa yang saat ini sedang merasukinya?!?!?")

"Pijatanku pasti terasa kalau aku langsung menyentuh badanmu, tuan." Jelasnya

("Ini hanya pijatan, hanya pijatan dari servant yang peduli dengan tuannya.")

("BERTAHANLAH AKAL SEHATKU!!")

"E-Ehm.. Baiklah, tapi kau tidak boleh bertanya apapun setelah aku buka baju." Balasku memberi syarat

Perlahan kulepas baju memperlihatkan tubuh setengah telanjangku pada servant pertamaku.

"Tuan, ini…" Ucapnya meraba pelan bekas luka di tubuhku

"Jangan bertanya apapun." tegasku mengingatkan

*pluk*

Terasa pelan dia memegang pundakku dengan kedua tangannya.

"Setidaknya.. hanya ini yang dapat kulakukan, dengan diriku yang sekarang." Ucapnya dengan suara yang terdengar bergetar

*pukk*

Disandarkan kepalanya di punggungku.

"Bagaimanapun juga aku.. ingin tetap berguna untukmu, tuan." Lanjutnya pelan hampir terdengar seperti isakan tangis

Kusilangkan tangan memegang tangannya di pundakku.

"Crown-mu pasti akan kembali." Ucapku menenangkan

Kenyataan Crown-nya yang hilang, telah mengganggunya sampai seperti ini. Tapi berdasarkan kondisinya yang sekarang, entah kenapa aku merasa yakin kalau Crown-nya pasti akan kembali dalam waktu dekat.

Malam itu kami habiskan untuk beristirahat menyiapkan tubuh demi perjalanan panjang besok menuju Hutan Terlarang.