Chapter 9 - Chapter 9: Melampaui Batas

*Grakk.. Grakk.. Grakk.. Grakk..*

Suara langkah kaki baju zirah dimana-mana, terlihat sekali balai kota sedang sibuk bersiap-siap untuk pertempuran nanti. Tapi, prajurit yang turut serta masih termasuk sedikit menurutku, mengingat pak walikota bilang jumlah monsternya sangat banyak.

Sedangkan aku dan Zoker hanya duduk diam memperhatikan mereka berlalu-lalang, karena tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan saat ini. Yang penting kami sudah makan malam dan hadir tepat waktu.

Selang sebentar, pak walikota datang dan langsung naik berdiri di atas podium memberikan kata-kata.

"Para kesatria yang ikut serta dalam misi kali ini, aku ucapkan terima kasih banyak."

"Dan juga tuan Toon yang kuundang langsung karena kemampuannya yang sudah tidak dipertanyakan lagi." Lanjutnya melihat ke arahku membawa semua perhatian prajurit lain bersamanya

("Aku mempertanyakan kemampuanku sendiri.")

"Sebentar lagi, para monster akan menyerang kota tercinta kita ini."

"Jangan biarkan mereka sampai menginjakkan kaki disini, berjuanglah mempertahankan kota sekuat tenaga kalian."

"SEMANGAT!!" teriaknya menyemangati

"OOOOOO!!!!!!!!!!" teriak para prajurit serempak

("Klasik.")

Aku tidak terlalu suka adegan kumpul-kumpul sebelum pertempuran seperti ini, menurutku tidak ada pengaruhnya.

"Ayo, Zoker." Ajakku

"Baik, tuan."

*!!*

Baru beberapa langkah keluar, entah kenapa aku merasa seperti ada yang mengawasiku.

("Hawa keberadaannya samar-samar, tapi terasa jelas kalau ada yang sedang memperhatikanku dari suatu tempat.")

("Kalau saja dia tidak terlalu jauh, aku pasti sudah menggunakan Crown dan menangkapnya.")

"Hmm, ada apa tuan?"

"Kau terlihat seperti sedang mencari sesuatu?" tanyanya menyadari tingkahku yang aneh

"Tidak apa-apa, aku hanya.. umm.. aku hanya berpikir.."

"Apa tidak apa-apa kau memakai pakaian seperti itu untuk bertempur nanti?" Balasku mengalihkan topik

"K-Karena aku ingin segera mengenakan gaun pemberian darimu, tuan." Jawabnya meregangkan gaun layaknya putri

"Mmm.. Oh ya, jalan ke posnya lewat mana?" tanyaku

"Lewat sini, tuan." Balasnya menunjukkan arah

~~~

Di luar dinding kota. Entah bisa disebut sebagai pos atau tidak, kami sampai di pos kami yang hanya diberi tanda sebuah tongkat berbendera bertuliskan namaku yang ditancapkan ke tanah.

"Ini tempatnya?" tanyaku

"Sepertinya.. begitu, tuan." Jawabnya

("Ada sesuatu yang sedikit menggangguku.")

"Aku baru kepikiran sekarang, kenapa kau berdiri jauh dariku?"

"A-Anu.. Emm…. r-rahasia, tuan."

*Sniff-sniff*

"Apa badanku bau?" tanyaku setelah mengendus-endus badanku sendiri

"Tidak, kau tidak bau, tuan, sungguh." bantahnya cepat

"Mmm, oh ya.. Omong-omong, kenapa hingga kini kau masih gagap dalam berbicara? Sedangkan kau yang satunya tidak pernah seperti itu?" tanyaku iseng-iseng

"I-Itu juga rahasia, tuan." Jawabnya lagi membuatku jengkel

"Tidak-tidak, sudah terlalu banyak hal yang kau rahasiakan dariku." Ucapku mulai berjalan mendekatinya

"Ehh, tolong jangan sekarang, tuan. Saat ini kita harus fokus menjalankan misi." Balasnya melangkah pelan menjauh

*Kresek.. Kresek.. Kresek..*

*Rwaar!!!*

*puff*

Tiba-tiba seekor monster singa atau kambing dengan ekor ular besar lompat ke arahku dari hutan, tapi mereka langsung kuubah jadi boneka.

"Tenang saja, monster kecil seperti ini tidak akan bisa mengganggu pembicaraan kita." Lanjutku tetap mendekatinya yang terus menjauh

Tak lama setelahnya, sekarang muncul banyak sekali monster jelek bermata satu, goblin, anjing yang berapi-api dan juga beberapa jenis monster terbang.

"Apa-apaan ini? Katanya monster sekelas goblin semua, lah ini ada anjing api segala." Ucapku protes dengan info berbeda dari yang walikota katakan

"Hellhound?!" kata Zoker terkejut melihat kemunculan anjing yang berapi-api

("Hellhound? Apa itu?")

"Kita lanjutkan lagi nanti pembicaraannya, sekarang habisi mereka dulu." Kataku

"Kau bagian kanan, aku ambil—"

"Tidak, tuan." ucapnya memotong

"Hah??" responku

"Kumohon biarkan aku menghabisi mereka semua, tuan tidak perlu turun tangan hanya untuk ini." Ucapnya sudah menggunakan Crown

"Sejak kapan kau berani memerintahku? Aku akan melakukan apapun yang kumau." Balasku meregangkan badan

*Swoofhh*

"Jangan pernah meremehkan lawanmu bagaimanapun juga." Lanjutku melompat ke gerombolan monster

"Dan paling penting.." ucapku masih mengambang di udara

"..jangan sekali-sekali berani memerintahku." Lanjutku memperingati masuk ke kerumunan monster

"Maaf, tuan." Jawabnya segera berlari menuju ke sisi lain

"Hyaa!!!"

Zoker mengayunkan scythe-nya dengan cepat menebas monster-monster itu dengan lincah, sedangkan aku menghajar mereka satu persatu dengan tangan kosong.

~~~

*Slash.. Slash..*

*puff.. puff..*

*Bakk.. Bukk.. Bughh!!*

Pertempuran berlangsung membosankan bagiku, karena monster yang kutemui dulu jauh lebih kuat dibanding yang ini. Hanya saja cukup lama dengan jumlah mereka yang tidak ada habisnya.

Meski lemah, kalau begini terus kami akan kalah karena kelelahan.

"Zoker!" panggilku masih menghajar monster

*Buakk!!*

"Ya, tuan?"

*Srang.. Sring..*

"Berapa lama lagi kau bisa bertahan?"

"Em.. hahh... sekitar 30 menit untuk mode bertarung." Jawabnya mulai kehabisan napas

*Slash.. Slash.. Slash.. Slash..*

"Tenang saja tuan, aku pasti akan menghabiskan mereka semua sebelum waktuk—"

*Sreb!*

Sebuah anak panah mendarat di paha Zoker menembus gaunnya, membuatnya pergerakannya terhenti melihat busur yang bersarang di pahanya.

("Sial, perhatiannya teralihkan karena aku ajak bicara.")

Saat itu aku merasakan kemarahan yang sangat besar keluar dari tubuhnya. Dia tidak bergerak lagi sejak itu dan pandangannya kosong tertuju ke anak panah di pahanya, mengabaikan monster-monster yang sudah dekat dengannya.

"ZOKER!! MENGHINDAAARRR!!" teriakku

("Percuma, dia tidak mendengarku.")

Aku ingin membantunya, tapi tidak bisa karena tertahan serangan anjing-anjing api ini dan banyaknya anak panah yang berterbangan

*Bugh.. Bukk..*

("Gawat, kalau begini terus tidak akan sempat.")

("Aku harus menggunakan Crown dengan area lebih besar sebelum dia—")

Saat dia sudah terkepung…

"RrrRWAAAAAARRGHHH!!!!"

*Duarr!!*

Mendadak dia berteriak dengan kekuatan dahsyat menghempaskan semua monster di sekitarnya.

("Kekuatan apa itu?!")

"BERANINYA KALIAN MELUBANGI GAUN PEMBERIAN TUANKU!!"

("Eh?? Dia marah karena itu??")

Raut mukanya berubah kembali seperti dulu, tapi dengan kekuatan yang jauh berbeda dan jauh lebih kuat. Lalu muncullah dua tanduk cahaya di kepalanya, dan sekilas kulihat matanya berbeda dengan mata pengguna Crown, yang ini seperti huruf 'V' merah gelap menyala-nyala.

"MATI KALIAN SEMUA!!!"

*FWOOOSHH!!*

("Kalau tetap disini, aku akan jadi korban salah tebas olehnya.")

Aku menjauhi medan pertempuran mengamankan diri darinya.

Serangan dan pergerakannya lebih cepat dari biasanya, dan scythe-nya yang berubah warna jadi merahnya menyala menggebu-gebu seperti beresonansi dengannya dan menjadi semakin kuat.

*Slash.. Slash… Slash…*

"HAHAHAHAHA!!!"

Dia terus-menerus menebas semua monster yang ada sambil tertawa mengerikan.

Bagai lautan darah, mereka semua habis dibantai olehnya yang lepas kendali, merubah warna gaun hitam putihnya jadi sepenuhnya berwarna merah darah.

Setelah tidak ada musuh tersisa,

*puff*

Kuubah dia menjadi boneka untuk menghentikannya dan dia langsung jatuh tak sadarkan diri.

Aku mengembalikannya lagi dan berlari menghampirinya, luka panah di pahanya hilang tak berbekas, dan scythe yang dipegangnya masih berdetak kencang seperti pompa jantung. Tanduk cahaya di kepalanya juga perlahan-lahan hilang, pertama kalinya aku melihat yang seperti ini.

Aku bawa dia kembali ke kota secepat mungkin, dan kembali ke penginapan. Kututupi tubuhnya dengan jubah dan kugendong agar darahnya tidak berjatuhan kemana-mana. Sampai penginapan, kubiarkan dia beristirahat semalaman.

~~~

"Tuan…. tuan…."

Terdengar pelan suara Zoker memanggilku dari alam mimpi.

"Tuan.. bangunlah tuan."

Kuusap-usap mata mencoba bangun dan melihatnya.

"Selamat pagi, tuan."

"Pagi." Jawabku setengah sadar

"Kenapa kau tidak tidur di kasur, tuan?" tanyanya melihatku tertidur duduk di pinggiran kasur

"Aku tidak mau mengganggumu, dan jughwaa— aaahhm.." balasku sambil menguap ngantuk

"B-Bagaimana dengan misinya tadi malam tuan?" tanyanya

"Kau tidak ingat?" tanyaku heran

"M-Maaf.. aku tidak mengingat apa-apa setelah terkena panah di kakiku." Jawabnya pelan menunduk

"Hmm… Ya sudah tidak apa-apa."

*Kretek.. kretek..*

"Intinya kita berhasil, jadi sekarang kau istirahat saja." Balasku mulai berdiri bangun meregangkan badan

"Aku akan keluar mencari sar—"

"Tu-Tuann…." Panggilnya dengan suara bergetar

"Ada apa?"

"Aku.. tidak bisa menggunakan Crown-ku."

"Ha?? Apa maksudmu tidak bisa?"

"A-Aku tidak bisa merasakan 'aku' yang lain.." Ujarnya dengan tangan bergetar memeluk dirinya sendiri

"Tenang dulu, kau rasakan dulu yang benar perlahan." Kataku coba menenangkannya

("Kondisinya sudah kembali normal, tapi kenapa dia tidak bisa menggunakan Crown-nya?")

"B-Bagaimana ini, tuan?"

"Kalau aku tidak bisa berganti lagi, maka aku tidak berg—"

"ZOKER!" teriakku menggenggam pundak menyadarkannya

"Lihat aku."

Kutatap dalam matanya yang mulai terlihat putus asa penuh kepanikan.

"Tenanglah."

"Crown-mu pasti kembali, aku yakin." Lanjutku meyakinkan

"B-Baik, tuan." Jawabnya

"Kita tidak bisa berpikir jernih dengan perut kosong, aku keluar dulu sebentar."

"Kau jangan kemana-mana, jangan bukakan pintu untuk siapapun kecuali aku."

"Baik, tuan."

Aku pergi keluar mencari makanan, tapi begitu sampai pintu keluar penginapan aku berpas-pasan dengan pak walikota.

"Wah, kebetulan sekali tuan Toon." sapanya dengan senyum khas-nya

"Aku sedang me—"

"Maaf, aku sedang buru-buru sekarang, permisi." Balasku mengabaikan melewatinya

*Sring*

"Hei, dengarkan jika Pak Walikota sedang berbicara." Ucap seorang prajurit mengancam menghunuskan tombaknya ke arahku

"Beginikah sikap prajurit kerajaan terhadap orang yang sudah bersusah payah melindungi kota menghadapi PULUHAN MONSTER TANPA BANTUAN?!" bentakku kesal dengan perlakuannya

"Sudah-sudah, biarkan tuan Toon melakukan apa yang dia inginkan." Suruhnya menurunkan perlahan tombak anak buahnya

"Kami akan menunggumu disini, tuan Toon." Lanjutnya tersenyum

"Tunggu saja di kantormu, aku akan kesana nanti." suruhku menyingkirkan tombak yang menghalangi dan meninggalkannya

"Baiklah, akan kutunggu." Dia berjalan meninggalkan penginapan beserta para prajuritnya

~~~

Di jalan aku melihat warga yang rumahnya sedang diperbaiki membuka kios makanan, jadi aku menghampirinya.

Dia menyadari aku menuju ke arahnya.

"Oh tuan Toon, sedang jalan-jalan?" sapanya ramah seperti biasa

("Sejak kapan namaku tersebar seperti ini?")

"Ah, iya.. belum selesai diperbaiki juga?" tanyaku basa-basi

"Ahahaha, kami tidak punya uang untuk beli bahan-bahannya lagi, jadi aku membuka usaha untuk mengumpulkan uangnya." Jelasnya semangat

"Ini kau ada uang untuk membuka usaha?" tanyaku

"Tidak, kami meminjam bahan makan untuk dibuat jadi makanan dan dijual sehingga jadi uang." Jelasnya

"Aku akan berusaha membuka usahaku lagi seperti sedia kala dan membangun kembali rumah kami." Lanjutnya

Perkataannya membuatku salut dan terkesan pada kegigihannya.

"Memangnya walikota tidak memberikan kalian bantuan untuk hal seperti ini?" tanyaku mendekat

"Tidak, setahuku beliau tidak mengurusi urusan seperti ini." Jelasnya

"Hmm, baiklah aku akan beli yang banyak sehingga kau bisa memperbaiki rumahmu lebih cepat."

"Terima kasih tuan, bantuanmu yang dulu-dulu saja sudah sangat berarti."

Aku membeli berbagai makanan untuk Zoker, dan dia malah melebihkan jumlahnya.

"Sepertinya sudah kelebihan." Kataku mengingatkan

"Tidak apa-apa, anggap saja bonus untuk Nonanya, tuan." Ucapnya sambil tersenyum

"Baiklah, terima kasih." kataku meninggalkan tempatnya

Sekarang semuanya sudah jelas, tapi untuk saat ini aku harus fokus pada kesembuhan Zoker terlebih dahulu. Aku bergegas kembali ke penginapan.

~~~

Di depan kamar penginapan.

*Tok.. Tok..*

"Zoker, ini aku."

*Ceklek*

Pintunya dibukakan dan dia langsung kembali menutup dirinya dengan selimut di kasur.

"Hmm, ada apa?" tanyaku menaruh makanan di meja

"Tu-Tuan."

"Katakan saja ada apa." Balasku penasaran

"A-Apa… tuan yang…. menggantikan… bajuku tadi malam?" tanyanya dari balik selimut

*Badump*

"T-T-T-T-T-Tentu saja bukan!! Aku meminta pemilik penginapan yang melakukannya! Sungguh!" Jawabku terbata-bata salah tingkah

"Benarkah?" tanyanya lagi mengintip sedikit

"Benar, aku tidak mungkin berani melakukan itu padamu."

Dia menyibak selimut.

"T-Tapi tuan dulu pernah mem—"

"AAAAAAA!!! Lupakan yang sudah berlalu, mari kita isi perut dulu, ya? Ya?" Potongku

"Baiklah, tuan." Dia menurut dan mengambil makanan

Dan setelah kami coba.

"Mmm, rasanya enak sekali, tuan."

"Mirip dengan masakan pela—" dia spontan menutup mulutnya

"Bu-Bukan apa-apa, mungkin hanya kebetulan.. ahahaha."

"Ah iya, tuan. S-Sebenarnya monster yang kita lawan semalam adalah monster kelas menengah, dan bahkan sampai ada hellhound dan chimera." Jelasnya mengalihkan pembicaraan

[Note: Hellhound = Anjing neraka, sedangkan Chimera = Monster campuran bertubuh kambing, berkepala singa, dan berekor ular]

"Setahuku mereka itu makhluk mitos yang hanya ada di hutan terlarang, dan kalaupun ada disini, mereka pasti telah sengaja di-summon." Lanjutnya

[Note: Summon = panggil]

"Jadi kau mau bilang kalau kita ditipu dan dipaksa menghadapi monster semalam?" kataku menyimpulkan

"Sudahlah, mereka tidak ada apa-apanya dibanding monster yang pernah kuhadapi." Balasku

("Tapi kenapa aku belum pernah bertemu anjing api seperti itu di hutan terlarang dulu, ya?")

("Apa namanya, ya? Hellbound?")

"Dan juga, maaf karena aku tidak bisa menjaga gaun pemberianmu tuan." Ucapnya mulai murung

"Bisakah kau fokus makan dulu?"

"Lagipula itu hanya barang, barang masih bisa dibeli lagi."

"Yang terpenting sekarang adalah, kau tidak apa-apa." Lanjutku menenangkan

"B-Baik, tuan." Balasnya lanjut makan

~~~

Setelah itu kami pergi menemui pak walikota di kantornya, tapi di perjalanan aku mampir lagi ke kios tadi.

"Tuan Toon dan Nonanya." Sapanya melihat kedatangan kami

Aku merogoh saku dan mengeluarkan uang.

"Mau beli apa tuan Toon, yang ini masih hangat dan barus—" tanyanya sibuk menawarkan dagangan

"Ini, sedikit bantuan dariku agar rumahmu bisa diperbaiki sedikit lebih cepat." Ucapku menyodorkan beberapa koin emas

Dia terkejut dan langsung menolak pemberianku.

"Tidak, aku tidak bisa menerimanya tuan Toon." Balasnya mendorong kembali tanganku

"Biar sesulit apapun aku tidak bisa menerima bantuan seperti ini, maaf." Lanjutnya tersenyum menolak bantuan dariku

"Hmm.."

Aku memikirkan cara lain agar dia mau menerimanya.

"Bagaimana kalau investasi? Anggaplah aku menginvestasikan uangku karena aku percaya dengan usahamu ini, bagaimana?" Tanyaku mengusulkan

"A-Anda yakin tuan?" tanyanya balik

"Iya, ah maaf.. boleh kutahu siapa namamu?" balasku menanyakan namanya

"Namaku Joseph."

"Aku… Aku tidak akan melupakan kebaikanmu… tuan Toon." Tambahnya terisak-isak

"Aku pasti akan kesini lagi saat bisnismu sudah besar, aku pergi dulu." Ucapku pergi

"Sekali lagi terima kasih tuan." Balasnya sampai menunduk melepas kepergianku

Aku membalas dengan lambaian tangan dari kejauhan.

Sekarang kami menuju kantor walikota untuk memperjelas semuanya, aku tidak terima dipermainkan seperti ini. Aku penasaran apa yang sebenarnya direncanakannya sampai memberi kami informasi palsu tentang misi berbahaya seperti itu.