Chereads / Sajadah Merah / Chapter 2 - episode 2: Hatiku untukmu

Chapter 2 - episode 2: Hatiku untukmu

Sajadah merah episode 2: Hatiku untukmu

Sebuah plastik putih berisi berbagai macam obat menjadi pusat perhatian bocah kecil 8 tahun dari pada sebuah nasi kotak dan sebotol air mineral,"Suamiku, itu obat apa? Kok banyak seklai," tanyanya penasaran.

Maulana menggelengkan kepala mendengar gadis itu masih memanggilnya suami,"Itu obat untuk paman, kan tadi paman sudah bilang, paman sedang menjalani pengobatan untuk penyakit paman."

"Oh, aku pikir itu obat-obatan terlarang, seperti sabu-sabu, ganja dan banyak deh aku lihat di tv tetangga." Fira masih belum beralih dari obat-obatan tersebut. Pria itu hanya bisa menepuk jidat, belum apa-apa saja sudah dikira pengedar narkoba, begitukah kepada yang katanya suami?

"Tidak, adik. Mana mungkin kakak membawa obat semacam itu, kakak masih takut dosa. Ugh…" Maulana menghentikan ceritanya ketika nyeri mulai terasa di perutnya, ia pun meremat bagian yang sakit.

Fira hanyalah gadis kecil yang polos, dia tidak mengerti kalau pria yang disukai itu sedang kesakitan jadilah ia hanya menikmati duduk di pangkuan pria itu saja,"Memangnya membawa obat itu tidak dosa ya, sayang?"

"Ya tergantung, adik. Obat apa yang kamu bawa, kalau obatnya untuk obat kesehatan ya tidaklah, karena itu sudah dari resep dokter," jawab Maulana sambil menahan sakit.

"Nabi saw bersabda, "Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh memberi bahaya (mudharat) kepada orang lain." (HR. Ahmad, Ibnu Majah)

Sebagai barang yang bisa dianggap racun karena membunuh manusia, Rasulullah saw dalam riwayat lain kembali menegaskan tentang buruknya narkoba yang akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

Dari Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad saw bersabda, "Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga meninggal, maka dia di neraka Jahanam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung dalam) neraka itu dan kekal selama-lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenggak racun hingga mati, maka racun itu tetap di tangannya dan dia akan menenggaknya di dalam neraka Jahanam dalam keadaan kekal selama-lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan ada di tangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka Jahanam dalam keadaan kekal selama lamanya. HR. Bukhari dan Muslim. Paman tidak akan melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah, narkoba sangat berbahaya untuk manusi, karena itu narkoba dilarang dan diharamkan," jelasnya lagi.

Maulan memejamkan matanya menahan sakit yang semakin menjadi, tapi dia juga tidak tega untuk memindahkan gadis kecil itu untuk kembali duduk di kerasnya aspal, apa lagi Fira itu anak yatim, pastilah ia kurang kasih sayang seorang ayah.

"Suamiku, ternyata kau sangat pintar, aku semakin cinta kamu." Fira membalikkan tubuhnya lalu memandang Maulana, ia terkejut melihat pria itu terlihat manahan sakit sampai wajahnya pucat dan berkeringat dingin. Biasanya orang kalau ada orang sakit akan dibantu berdiri untuk dibawa ketempat yang lebih nyaman, tapi berbeda dengan Fira kecil, dia malah mendorong tubuh pria itu lalu menduduki perutnya, ia pikir Maulana sedang sakit kepala, atau jantungan karena itu dirinya ingin memeriksanya, berlagak menjadi dokter.

Lagi-lagi Maulana dibuat bingung dengan tingkah konyol gadis itu, apakah tidak lihat ini ada di tepi jalan raya, untuk jalanan sepi kalau tidak bukankah orang akan salah paham.

"Fira, kamu mau apa?"

"Suamiku, aku hanya ingin memeriksa detak jantungmu saja, kau terlihat seperti menahan sakit, aku khawatir kau akan akan seperti ayahku. Dia meninggal karena terkena penyakit jantung, kami hanya keluarga miskin jadi tak mampu membawa ayah kerumah sakit." Fira menundukkan kepala sedih, matanya bahkan sudah berkaca-kaca mengingat semua kenangan bersama sang ayah.

Maulana sangat memahami perasaan anak kecil itu, hanya saja perutnya semakin tidak nyaman dengan adanya Fira duduk di atasnya, mana tubuh gadis itu tidak kurus lagi, mungkin ketika ayahnya masih hidup meski dalam kemiskinana tapi dia bahagia. Meski begitu ia tidak menyuruh gadis kecil itu turun, tak tega rasanya melihat seorang anak kecil menangis,"Menangislah jika itu membuat hatimu merasa lega. Paman, akan menemanimu, kalau sudah selesai, paman mintak tolong kamu jangan duduk di atas perut paman. Paman ini tidak memiliki penyakit jantung tapi penyakit hati, jadi kalau penyakit paman sedang bereaksi begini, perut paman terasa sangat sakit, kalau kamu duduk di atasnya akan terasa semakin sakit. Arrg…" pria itu bahkan hampir tak bisa menahan rasa sakitnya hingga sebelah kakinya sedikit ditekuk.

"Perut paman sangat sakit, tolong kamu turun dulu ya?" meski begitu dia berusaha untuk tidak menakuti gadis kecil itu.

Fira sangat panik melihat pria itu sangat kesakitan, ia pun berniat turun tapi karena terlalu panik kaki pendekanya malah tidak mampu menopang tubuh gendutnya hingga dia hampir saja oleng, untung saja Maulana dengan sigap manangkap tangannya agar tidak terjatuh.

Uhuk…

Pria itu terbatuh ketika sebuah hantaman cukup keras mengenai hatinya,"Adik, hati-hati. Paman tidak akan mati meski kau tidak segera turun, karena kalau paman belum waktunya mati ya belum saja."

Fira mengangguk, meski begitu ia merasa sangat bersalah karena telah menambah rasa sakit pria itu, matanya beralih padi pendeknya, terkejut ketika melihat kakinya masih menginjak tubuh Maulana, segera saja dia turun lalu membantuh pria itu untuk kembali duduk.

"Paman, tadi kau bilang, kau sakit hati? Bagaimana cara menyembuhkanmu, aku ingin menolongmu."

Maulana segera mengambil beberapa obat yang dia butuhkan lalu memasukkannya kedalam mulut, ia tidak segera menjawab baru setelah rasa sakitnya mulai reda dia menjelaskannya,"Paman menjalani pengobatan, tapi itu untuk mengulur waktu sampai paman menemukan orang yang bersedia memberikan hatinya pada paman."

"Paman, demi cintaku padamu, aku bersedia memberikan hatiku padaku. Kau adalah suamiku, jadi aku akan melakukan apapun yang bisa membuat suamiku dalam keadaan baik-baik saja." Fira menggenggam tangan Maulana dengan kedua tangannya, entah kenapa Maulana merasa seperti adegan romance yang sering ditonton oleh ibunya, hanya saja dia merasa ini terlalu aneh, dirinya dilamar gadis 8 tahun. Apakah dunia ini masih sehat?

"Adik, kamu ini masih kecil, mana bisa memberikan hatimu untukku. Seminggu lagi paman akan pergi ke Jerman, paman akan berobat di sana, kamu doakan ya, semoga paman segera sembuh dan bisa ketemu kamu lagi." Lebih baik ia mengalihkan pembicaraan soal menikah, bisa tidak akan ada habisnya kalau bicara dengan gadis kecil itu.

Fira mengangguk antusias,"Aku pasti akan berdoa untuk paman, kalau paman sudah sembuh, kita nikah ya?"

Ha?????

Masak iya seorang Ivan Maulana rizky menikahi anak kecil?

"Sudah-sudah, kamu ini dari tadi ngomongin nikah terus." Pria itu mengeluarkan sejumlah uang ratusan ribu lalu diberikan pada gadis itu.

"Ini untuk kamu, ambillah. Sekarang sudah hampir gelap, kau harus segera pulang, paman juga mau pulang dan istirahat. Insya Allah, jika ada kesempatan, paman akan bawa kamu ke toko. Kamu bisa beli apa saja," kata Maulana.

Fira tersenyum dan mengambil uang yang diberikan pria itu.

Cup…

Dengan seenaknya gadis kecil itu mencuri ciuman, meski hanya di pipi tapi tetap saja, untung masih kecil, kalau sudah dewasa gitu, lebih baik diceramahi. Lihatlah, sekarang gadis kecil itu berlari dengan riang,"Ya Allah, ampuni segala dosa hamba. Lindungi gadis kecil itu, sayangi dia, berikan dia kesabaran dalam menjalani cobaan hidupnya, berikan pula seorang suami yang sholeh ketika dewasa, sesungguhnya, engkau adalah Tuhan yang maha pengasih dan penyayang."