Sajadah merah episode 6 : Pesta undangan
Duduk diam di depan teras sambil memeluk sebuah amlpop merah berisi undangan pernikahan seseorang yang dianggap sebagai suami masa kecilnya, muka merengut, air mata hampir tumpah sudah mirip di sinetron "kumenangis" .
"Kalau saja dulu aku tidak membiarkanmu pergi, mungkin sekarang kau sudah menjadi suamiku dalam kenyataan ini. Tapi, nasi sudah menjadi bubur, tidak akan lagi terasa enak bila dimakan." Fira sangat menyesali tidak dapat menjadi pendamping hidup pria itu, dia tidak tahu saja kalau ada pria lain yang menahan pilu dalam hati melihatnya menangisi pria lain sedang dirinya adalah suami sahnya baik secara hukum atau pun agama.
Tapi sebagai suami, sudah sepatutnya dirinya untuk membimbing seorang istri menuju cahaya yang diridhoi Ilahi, dengan langkan tenang ia mendekati istrinya tersebut lalu mendudukkan dirinya di samping sang istri,"Terkadang, penyesalan memang selalu berada diakhir cerita, tetapi tidak semua bubur itu tidak enak bila dimakan. Misalnya, bubur ayam, bubur sumsum."
Alis Fira berkerut mendengar ucapan seseorang di sampingnya tentang bubur, kenapa dirinya lagi berduka malah membicarakan masalah makanan si?! dengan muka mengkerut seperti kertas usang ia menatap sang suami yang tersenyum lembut padanya,"Siapa yang membicarakan bubur ayam dan bubur sumsum, aku ini lagi berduka, bukannya menghibur malah membicarakan tentang makanan," omelnya.
"Quran Surat An-Nur Ayat 26 ٱلْخَبِيثَٰتُ لِلْخَبِيثِينَ وَٱلْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَٰتِ ۖ وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Arti: Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga). Itu artinya dia tidak berjodoh denganmu karena kau adalah wanita baik-baik, jadi jodohmu tentu saja adalah seorang pria baik-baik.
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Ayat ini menjelaskan tentang seseorang itu hanya boleh menikahi seseorang yang masih sendiri, karena dia sudah menikah artinya kau tidak boleh mengharapkannya lagi.
Bersungguh-sungguhlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusan), serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, 'seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu'. Tetapi katakanlah, 'ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki'. Karena sesungguhnya perkataan seandainyaakan membuka (pintu) perbuatan setan". (HR. Muslim). Hadis tersebut menjelaskan tentang larangan mengatakan seandainya, itu artinya istriku tercinta, kamu tidak boleh menyesali yang telah terjadi, semua sudah diatur oleh Allah. Maka sebagai hambanya yang beriman, kita hanya wajib berusaha dan berdoa, lainnya itu sudah bukan menjadi tugas kita," jelas Maulana penuh kasih sayang, meski istrinya sering kali bersikap keras dan kasar bahkan sangat suka mengomel tetapi dirinya tetap sabar dalam menghadapi sang istri.
Seperti kepulan asap tak kasat mata di kepala Fira mendengar bacaan ayat al qur an dan hadis yang dibacakan oleh sang suami,"Aku tidak butuh ceramahmu itu! Kamu itu tidak tahu apa bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita cintai. Rasanya itu sangat sakit."
"Sayang, kenapa kamu harus sakit hati dengan apa yang tidak kamu miliki? Bagaimana mungkin kamu mengatakan kehilangan, kalau kamu saja tidak pernah memilikinya? Yang namanya kehilangan itu tentu saja sakit, tetapi artinya seseorang itu pernah memiliki, sedangkan kamu? Jangankan memiliki, bertemu dengannya saja hanya dua kali," balas Maulana dengan senyuman manisnya tapi terdengar sangat menyebalkan di telinga gadis itu, lihat saja ekspresinya yang semakin keruh.
"Sudah! Aku tidak mau mendengar ocehanmu yang tidak bermanfaat itu!" Fira sangat kesal, ia pun memutuskan untuk bangkit dari tempat duduknya lalu hendak meninggalkan sang suami, tetapi ketika dia berdiri dan hampir melangkahkan kakinya, sebuah jemari lentik memegang pergelangan tangannya lalu menariknya, dengan sekali sentak tubuh mungil gadis itu sudah jatuh di atas pangkuan seorang pria rupawan bermata biru.
"Mau apa kau?!" tanya Fira dengan jantung berdegup.
"Menurut istriku, apa yang akan dilakukan oleh seorang suami ketika melihat istrinya marah-marah tanpa alasan terhadapnya?" balas Maulana, pria itu memandang istrinya dalam.
Iris biru bertemu dengan iris kecoklatan, kedua mata saling memandang menyelami rasa yang terdalam namun tertutup oleh kabut,"Baiklah, aku tahu aku bersalah. Kau boleh memukulku, terserah kau saja," kata Fira memutuskan kontak pandang.
Maulana menaikkan sebelah alisnya, gadis itu selalu saja memiliki pikiran buruk terhadapnya, mana mungkin dirinya akan tega memukul seorang gadis yang telah dinikahinya, tapi mungkin sedikit digoda akan lebih menyenangkan. Ia pun mengangkat tangannya seperti orang yang mau menampar hingga gadis itu menutup matanya rapat, tapi tidak ada rasa sakit di dalamnya.
Cup…
Perasaan hangat kembali hadir dalam dirinya ketika bibir manis sang suami mendarat di keningnya, ciuman yang sangat lembut tanpa hasrat hanya ada sebuah kasih sayang di dalamnya,"Sayang, mana mungkin suamimu ini tega memukulmu. Aku akan berusaha sabar untuk menghadapi sikap manjamu itu." Maulana membelai lembut wajah manis istrinya hingga tak sadar dia menyentuh sesuatu yang membuat gadis itu memekik.
"Akh…dasar sialan! Apa yang kamu pegang?!" amuk Fira.
Maulana keharanan, ia pun memperhatikan tangannya, ternyata dia tidak sadar kalau telah menyentuh sesuatu yang membuat gadis marah,"Sayang, bukankah semua yang ada padamu adalah milikku? Jadi, bukankah suamimu ini bebas menyentuh bagian mana pun?"
"Iya, tapi juga tidak harus memencet hidungku, lepas!" Gadis itu terus memberontak, ia berusaha melepaskan tangan sang suami. Bukannya melepaskan Maulana justru terkekeh pelan melihat tingkah istrinya, siapa suruh dari tadi ngomel-ngomel, diberi pelajaran bukannya mendengarkan dengain baik justru mengatakn tidak penting.
"Panggil aku suamiku dulu," balas Maulana dengan seringai jahilnya.
"Nggak mau! Siapa yang mau mengakuimu sebagai suami?" tolak Fira keras.
"Ya sudah jika tidak mau, aku akan tetap memencet hidungmu, siapa tahu bisa semakin lancip," balas Maulana tdak mau kalah. Gadis itu mengumpat dalam hati, kenapa sekarang pria jadi menyebalkan begitu, dengan sangat terpaksa dia pun menuruti keingian sang suami.
"Suami," katanya tidak ikhlas.
Maulana pura-pura merengut mendengar panggilan tidak ikhlas dari istrinya, "Kurang mesrah, aku tidak akan melepaskannya."
Terpaksa deh Fira mengalah,"Suamiku tersayang, tolong lepaskan hidungku. Aku tidak bisa bernapas," katanya dengan selembut mungkin.
Pria itu melepaskan hidung sang istri, bibirnya tersenyum penuh kepuasan, sedang Fira merengut, ia segera bangkit lalu meninggalkan suaminya dengan sumpah serapah karena telah terkena kejahilan pria itu.