Chereads / Sajadah Merah / Chapter 11 - episode 11

Chapter 11 - episode 11

Sajadah merah episode 11

Setiap manusia tentunya selalu mengingikan sebuah kehidupan rumah tangga yang indah serta harmonis, tak seorang pun ada manusia yang menginginkan hidupnya berantakan. Fira mulai membuka pintu hati untuk sang suami setelah mengetahui kalau pria itu adalah orang yang telah dicari selama 10 tahun ini, terkadang ia tersenyum sendiri menyadari betapa rupawannya sang suami.

"Fir, kau masih waras bukan?"

Gadis itu melirik sinis sahabatnya, Anti Lestari merupakan sahabat terbaiknya, selain dia orang yang sangat baik Anti juga tidak pernah memandang seseorang dengan status sosial atau finansial.

"Masihlah, kau pikir aku ini sudah sinting?!" balas Fira sewot.

"Ya nggak usah sewot begitu juga kali. Lagi pula, siapa yang tidak akan mempertanyakan kewarasanmu kalau dari tadi kau senyum-senyum sendiri sambil membaca buku terbalik," gerutu Anti, dia selalu saja salah di mata temannya itu. Perasaan dirinya itu tidak pernah ada baiknya kalau sudah berhadapan dengan seorang Firanda Firdaus.

Fira membulatkan matanya ketika menyadari kalau buku yang dibacanya memang terbalik, kenapa dirinya bisa mempermalukan dirinya sendiri? Ini semua gara-gara tingkah sang suami yang selalu jahil dan suka menggodanya.

"Eh, kamu jangan salah Ti. Kamu belum tahu saja, aku ini punya kemampuan membaca buku secara terbalik," kilahnya.

Anti mencebik mendengar kilahan temannya itu, siapa yang akan percaya dengan ucapan tidak masuk akal manusia satu itu, kalau melamun ya bilang saja tidak usah ngeles segala.

"Apa-apaan bibirmu itu?! dengar ya Ti, kamu jangan sampai menebar gosip sembarangan, aku akan meenghajarmu kalau kamu sampai berani!" ancam Fira.

"Iya-iya."

"Lagian siapa yang mau menebar gosip murahan tentangmu, palingan juga tidak ada yang mau dengar. Jangankan manusia, bahkan lalat busuk saja ogah mendengar cerita konyol tentangmu," batin Anti. Bibirnya tersenyum ramah tapi hati meremehkan.

Sret…

Fira terkejut ketika buku di depannya tiba-tiba melayang dan berpindah di tangan seorang gadis bersurai panjang berwarna blonde,"I did not expect, it turns out that in this campus there is a girl who likes to see naked men like this."

"Aku tidak menyangka, ternyata di kampus ini ada seorang gadis yang suka melihat pria telanjang seperti ini."

Fira mendongakkan kepalanya, ia memandang kesal gadis itu. Datang-datang main ambil saja, mana dirinya tidak tahu apa yang dia katakan pula. Fira mengalihkan perhatiannya pada Anti yang juga terlihat kesal dengan gadis blonde itu, mungkinkah temannya itu tahu apa yang dikatakan di blonde?

"Ti, dia ngomong apa si?" bisiknya.

"Dia menggunakan bahasa Inggris," balas Anti tanpa mengalihkan perhatiannya dari si blonde.

"Tidak ada yang bilang dia menggunakan bahasa Madura," jawab Fira kembali memandang blonde.

Antri melirik temannya dengan ekor matanya, kenapa dirinya harus punya teman semenyebalkan itu.

"Dia bilang kamu suka melihat gambar pria telanjang."

Ha?

Fira sock mendengarnya, ia pun bangkit dari tempat duduknya lalu segera merebut kembali buku miliknya. Mana boleh ada wanita lain yang memandang tubuh sang suami tanpa baju, meski hanya telanjang dada tetap tidak boleh. Tidak tahukah kalau dirinya mengambil foto itu secara diam-diam?

"Mbak kuning, kamu jangan sembarangan main ambil buku orang tanpa permisi! Lagi pula ini gambar hanya boleh dipandangiku, yang lain nggak boleh!" matanya menatap tajam gadis blonde itu.

""Whatever, I only care if the man in the photo, will be mine."

"Terserah, aku hanya perduli kalau pria dalam poto itu, akan menjadi milikku." Gadis blonde itu segera berbali seakan sedang mengejek seorang Firanda Firdaus,"Sebenarnya dia dari mana si?! seharusnya kalau datang ke kampus kita'kan menggunakan kerudung, bukan baju mirip lepet begitu." Fira menggerutu kesal, meski tidak tahu maksud ucapan si blonde tapi melihat dari ekspresinya, ia tahu bahwa dirinya sedang diejek.

"Aku juga tidak tahu, Fir. Sepertinya dia orang luar, jadi mungkin belum tahu peraturan kampus ini," sahut Anti juga ikut kesal, gadis itu tahu maksud ucapan si blonde jadilah dirinya ikut kesal karena si blonde sepertinya ingin mengambil sesuatu dari sahabatnya tersebut.

"Memangnya foto siapa si yang kau lihat?" tanya Anti penasaran, setahu dirinya temannya itu tidak akan tertarik melihat gambar pria telanjang meski hanya telanjang dada, itulah yang membuatnya penasaran.

"Suamiku," balas Fira dengan wajah memerah karena malu.

"Ha?" Anti terkejut mendengarnya, kenapa juga temannya itu lagi-lagi melakukan perbuatan aneh. Masak foto suami harus dibawa ke kampus, mana foto telanjang pula? Lagi pula kenapa kalau ingin melihat seorang suami telanjang tidak di rumah saja? Bukankah bebas kalau di rumah apa lagi di dalam kamar? Tidak perlu sembunyi-sembunyi dengan wajah memerah begitu.

"Tidak perlu terkejut begitu kali. Sudah deh, dari pada kau terkejut seperti itu, lebih baik sekarang kita masuk. Pak Ishaq akan marah kalau kita terlambat menghadiri kelasnya." Fira kesal melihat Anti terkejut, ia pun segera menarik tangan gadis itu lalu menyeretnya menuju kelas semester 1 dari pada nanti sang teman harus banyak cincong lagi lebih baik masuk kelas, duduk dengarkan pelajaran.

**

"Ini tidak mungkin, bagaimana bisa saham perusahaan kita bisa anjlok di pasar saham?!" seorang pria menatap grafik pasar saham dengan ekspresi antara terkejut, sock dan tidak percaya. Kalau kakak tirinya mendengar kabar tentang berita ini, pria itu akan habis kenak omelan sang kakak.

"Pak Farhan, tapi ini memang kenyataannya. Apakah kita harus memintak bantuan Mizuruky Corp, mungkin presdir Mizuruky bersedia membantu kita." Seorang pria mengenakan jas hitam, kemeja putih memandang bossnya itu penuh harap.

"Kak Ivan akan menceramahiku, dia akan bilang" Farhan, mangkanya sebagai seorang manusia hendaknya kau itu mengeluarkan zakat dari hasil kerjamu, bersedakah, menyantuni anak yatim" setelah itu tidak akan lupa dengan dalilnya. Satu jam aku harus mendengar ceramah itu," balas Farhan membayangkan bagaimana kakak tirinya itu mulai berceramah.

Pria berjas hitam itu menutup mulut menahan tawa, tidak menyangka bossnya itu paling takut kalau turunnya saham perusahaan miliknya sampai ke telinga kakak tirinya,"Tapi, pak." Ia hendak protes tapi di potong dulu oleh sang boss.

"Sudah, begini saja. Kevin, sekarang kau pergi untuk mendapatkan tender dari perusahaan Thailand. Jangan sampai gagal, itu tender besar," perintah Farhan berharap dengan mendapatkan tender tersebut perusahaan miliknya akan mampu bertahan hingga saham di pasar saham perusahaan miliknya bisa kembali normal.

"Baik, pak." Kevin mengangguk, setelah itu dia segera meninggalkan ruang kerja bossnya tersebut.

Farhan mendudukkan dirinya di kursi kebeasarannya, ia mengacak rambutnya prustasi,"Hah! Kenapa jadi begini, ya Tuhan, tolong jangan biarkan berita ini sampai ke telinga kakakku. Bisa habis telingaku mendengar ceramahnya," doanya.

Terimakasih telah membaca karya Maulana, semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar, jangan lupa untuk masukkan ke libary. Ambillah yang baik-baik saja dari novel ini dan tinggalkan yang tidak baik.