Sajadah merah episode 13
Diam-diam Fira memperhatikan sang suami, beberapa waktu yang lalu dirinya duduk di atas pangkuan suaminya. Pria itu menceramahinya tanpa bisa dirinya untuk pergi, entah kenapa sekarang rasanya tidak ingin pindah, maunya duduk di pangkuan sang suami. Rasa hangat dan nyaman membuat hati terasa betah untuk tak rela ketika ada seseorang mengganggu dan membahas masalah pekerjaan, jadi sekarang suaminya malah membahas masalah pekerjaan sedang dirinya duduk sendirian di atas sofa mewah panjang.
"Kak Fira, bosan?" tanya seorang pria. Gadis itu merengut hanya dengan pertanyaan pria itu, bagaimana tidak kesal, ketika sedang suasana romantis malah diganggu.
"Farhan, bisa tidak kalau datang itu lihat sikon dulu. Tadi itu paman Maulana lagi ceramah, kau malah datang dengan pembicaraan tidak masuk akal," omelnya.
Farhan memandang langit-langit, ia merasa heran dengan omelan istri kakak tirinya tersebut. Bagian mana pembicaraan dirinya yang tidak masuk akal? Semua yang dikatan adalah masalah pekerjaan, tentu saja semua itu sangat masuk akal. Tapi dia tidak menyangka kalau ternyata kakak iparnya itu sangat suka mendengarkan ceramah, kalau bagitu sebagai rasa penyesalannya, alangkah lebih baik kalau dirinya mengajak sang kakak ipar menghadiri sebuah pengajian. Dengan begitu, mungkin gadis itu tidak akan kesal lagi.
Pria itu kembali memandang Fira, sambil menunggu kakak tiri sedang memeriksa proposal lebih baik mengajaknya menghadiri pengajian,"Kak Fira, aku sungguh kagum pada kakak. Zaman sekarang ini, kebanyakan gadis usia muda itu sangat jarang mendengarkan ceramah agama. Mereka lebih suka mendengarkan lagu pop, dangdut atau Korea. Tapi, kak Fira malah marah karena aku datang disaat kak Ivan sedang berceramah, sungguh wanita sholehah," pujinya. Dia tidak tahu saja kalau yang disukai Fira bukan ceramahnya tetapi posisi ketika berceramah dan siapa yang berceramah.
"Kak Fira, aku mintak maaf karena telah mengganggu waktu kalian. Sebagai gantinya, bagaimana kalaun aku ajak kakak menghadiri pengajian. Sepertinya, kak Ivan akan sangat sibuk. Proposal yang harus diperiksanya lumayan banyak, banyak perusaan yang ingin bekerja sama dengan Mizuruky Corp, termasuk juga Alfa group," lanjut Farhan.
Fira mengerutkan keningnya, ia melirik tanpa minat adik iparnya tersebut. Siapa yang perduli dengan proposan dan semuanya itu, lagi pula dirinya bukan suka mendengarkan pengajian tetapi suka perlakuan lembut sang suami, pria itu sangat lembut dan penuh kasih sayang, dalam penyampaiannya pun dapat diterima dengan baik.
"Aku tidak mau, aku akan menunggu suamiku saja. Kau pergi saja sendiri," usirnya sinis.
Ha?
Farhan tercengang mendengarnya, yang dia tahu kakak iparnya itu sangat tidak perduli bahkan terkesan sangat ingin berpisah dari sang suami. Tapi dari jawaban yang didengarnya sekarang, sangat berbanding terbalik.
"Kak Fira serius ingin menunggu kak Ivan? Bukankah kak Fira sangat tidak suka pada kak Ivan?" tanyanya memastikan.
Fira menoleh pada adik tirinya tersebut dengan tatapan tidak suka,"Adakah seorang istri yang tidak menyukai suaminya?" Gadis itu bahkan bertanya dengan intonasi penuh penekanan hingga membuat Farhan menelan ludahnya sendiri, sepertinya kakak iparnya itu tidak menyukai pertanyaan darinya.
Maulana menutup proposal terakhir setelah membacanya, ia meregangkan ototnya. Duduk berjam-jam dengan pekerjaan menumpuk membuat dirinya merasa lelah, dianatara ratusan proposal tersebut hanya beberapa yang menurutnya menarik untuk diizinkan melakukan presentasi.
"Farhan." Ia memanggil sang adik, ketika melihat adik tirinya itu seperti membuat istri kecilnya terlihat kesal.
Farhan mengalihkan perhatiannya pada sang kakak, ia segera bangkit ketika kakaknya tersebut memegang proposal miliknya. Bibir pria itu tersenyum, karena sepertinya pemilik Mizuruky Corp itu tertarik dengan proposal miliknya.
Farhan bangkit dari tempat duduknya lalu melangkahkan kaki menghampiri sang kakak,"Kak Ivan, apakah kak Ivan setuju dengan pengajuan proposal yang ku buat?" tanyanya penuh harap.
Maulana menghela napas membuat Farhan sedikit cemas, tapi sebagai seorang pria dan pimpinan dirinya harus berani menghadapi segala macam resiko terburuk sekali pun.
"Farhan, kau siapakan presentasi untuk menguatkan proposalmu ini. Ku harap kau mampu bersaing sehat dengan Arya Corp. Aku sudah menandai beberapa yang harus direvisi, sebaiknya kau tidak mengecewakanku."
Farhan mengangguk, kalau saja tidak mengingat hubungan kekeluargaan mungkin saja kakaknya itu tidak akan pernah repot-repot untuk menandai tempat yang harus direvisi. Kalau tidak cocok langsung ditolak saja, tapi karena dirinya adalah seorang adik maka sebagai kakak Maulana sedikit memberikan arahan.
"Baiklah, ini proposalmu." Maulana menyerahkan proposal milik adik tirinya tersebut.
Farhan mengambil propsal tersebut dari tangan kakaknya, alisnya mengernyit ketika noda merah merah berada di atas proposal miliknya. Tidak mungkin bukan asistennya tadi mencetak tanpa memeriksa, atau mungkin…
Pria mendongak menatap wajah kakak tirinya, matanya membulat ketika melihat cairan merah merembes dari hidung mancung sang kakak, wajah pria itu pun terlihat pucat seperti menahan sakit.
"Kak Ivan, kau mimisan."
Maulana segera mengabil tisu di atas meja lalu menghapus noda darah tersebut sebelum sang istri menyadari keadaannya.
"Kak Ivan, kakak belum minum obat ya?" tanya Farhan khawatir melihat wajah kakak tirinya semakin pucat.
Maulana tidak menjawab, dia sibuk merasakan sakit di bagian tubuhnya serta membersihkan darah di hidungnya.
Sepertinya kakaknya itu sudah tidak mendengarkan ucapannya, ia pun segera mencari obat di laci meja kerja sang kakak, setelah menemukan dia langsung mengeluarkan isi obat tersebut lalu memberikannya pada kakak tirinya.
"Kak Ivan, minum obat ini dulu."
Maulana menerima butiran obat tersebut lalu segera menelannya,"Terimakasih."
"Tidak perlu berterimakasih, kak. Kita ini sudara bukan? Jadi tidak perlu berterimakasih. Kak Ivan, kau sudah banyak membantuku," balas Farhan.
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
Tidak dikatakan bersyukur pada Allah, siapa yang tidak tahu berterima kasih kepada sesama manusia. (HR. Tirmidzi dan Abu Daud; shahih)
Dalam hadits yang lain disebutkan:
مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ
Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, dia tidak berterima kasih kepada Allah (HR. Ahmad)
Kalau aku tidak berterimakasih kepadamu meski hanya dengan sebuah ucapan, sama saja ku tidak bersyukur kepada Allah. Dengan perantarmulah Allah mengirimkan bantuan terhadapku. Oleh karena itu, hendaklah kita selalu bersukur ketika dengan mengucapkan kata terimakasih ketika ada seseorang yang membantu kita, meski kita tidak memintak bantuan darinya," jelas Maulana setelah rasa sakitnya sedikit berkurang.
Farhan menganggukkan kepalanya dengan senyum di bibirnya meski dalam hati ia sangat menyesalkan ucapannya tadi. Mungkin saja kalau dirinya tidak melarang pria itu berterimakasih, dirinya tidak akan diceramahi. Mana ceramahnya ada hadisnya, sudah tidak akan bisa jawab. Kalau pun ada manusia yang masih menjawab dengan ngeyel seperti orang yang menyombongkan diri seakan tidak butuh bantuan orang lain, maka orang itu pastilah sudah hilang kewarasan otaknya.
Terimakasih karena telah membaca novel Sajadah Merah, semoga bermanfaat bagi sahabat semua. Ucapan adalah cerminan dari hati, ketika ucapan kita buruk maka sesungguhnya kita telah menunjukkan terhadap semua orang bahwa buruklah hati kita yang sesungguhnya. Di bulan suci ramadhan semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang baik. Senantiasa selalu menjada hati, ucapan dan tingkah kita.
Tidak lupa untuk selalu memberikan komentar dan reviuw serta dukungan, mohon maaf apa bila ada kesalahan, baik dalam penulisan atau isi cerita.