Chereads / Sajadah Merah / Chapter 16 - Episode 16

Chapter 16 - Episode 16

Sajadah merah episode 16

Sejak kejadian malam itu, Fira jadi gugup setiap kali bertemu dengan suaminya. Pandangan matanya selalu saja tertuju pada satu tempat, di bawah pusat di atas lutut. Dia lebih sering menunduk dari pada tidak mampu menahan rasa penasaran dan hasrat tidak tentu dalam hati.

Diam-diam ia memperhatikan sang suami, pria itu duduk dengan tenang di meja makan bahkan setelah mendengar kalau adik tirinya buru-buru pergi ke kantor untuk menyiapkan presentasi.

"Van, kamu harus banyak makan makanan yang bergizi. Kamu juga jangan terlalu stress dan kelelahan, ingat kondisi tubuhmu tidak sama dengan yang lain." Cetrine mengingatkan putranya agar lebih memperhatikan kesetahan, ia mendongakkan pandangannya menatap sang menantu yang masih berdiri tanpa ada niat mengambilkan makanan untuk suaminya.

"Fira, kamu mau makan atau hanya berdiri? Sebagai seorang istri, harusnya kamu menyiapkan sarapan untuk suamimu. Mengambilkan makanan untuknya, atau apa gitu, bukan hanya berdiri sambil menatap celana suamimu," tegurnya.

Hampir saja Fira tersedak ludahnya sendiri mendengar teguran ibu mertuanya, untung saja wanita cantik itu salah alamat hingga mengira kalau dirinya memperhatikan celana suaminya padahal apa yang ada di dalam celana tersebutlah yang menjadi pusat perhatiannya. Ia mendudukkan diri di kursi yang ada di samping sang suami lalu mulai mengambilkan nasi untuk sang suami lalu lauk pauknya.

Pikirannya masih berkutat pada benda milik sang suami, hingga tak sadar kalau tangannya mengambil sambal terlalu banyak dan menaruh di piringnya sendiri. Cetrine mengernyit heran melihat menantunya menumpuk sambal sangat banyak di atas piring, ia pun menggelengkan kepala melihat sikap aneh sang menantu, makan saja pakai acara melamun.

"Aku selesai." Maulana bangkit dari tempat duduknya setelah menyelesaikan makannya, ketika hendak pergi, matanya menangkap piring sang istri penuh dengan sambal dan sepertinya istrinya juga tidak ada niat untuk menghentikannya.

"Sayang."

Barulah Fira tersentak, ia segera mendongak memandang sang suami yang menjulang tinggi di depannya.

"Apakah kau sangat tertarik?" tanya Maulana menatap piring penuh dengan sambal.

"Tidak, aku tidak bilang kalau aku tertarik dengan benda milikmu." Fira secara tidak sadar mengatakan apa yang ada di pikirannya bukan apa yang di tanyakan suaminya.

Maulana menaikkan sebalah alisnya mendengar jawaban sang istri, lagi-lagi gadis itu mengatakan sesuatu yang membuatnya bingung. Istrinya itu selalu saja menyebut kata benda, tapi tak pernah mengatakan dengan langsung benda apa yang dimaksud tersebut.

"Benda apa?"

Fira baru sadar kalau dirinya telah kelepasan bicara, ia pun tersenyum aneh,"Tidak apa, lupakan saja. Sebaiknya sekarang paman berangkat kekantor saja, kasihan kak Farhan sudah menunggu." Dia berusaha mengalihkan pembicaraan agar sang suami tidak banyak tanya lagi.

"Tidak apa, aku akan mengantarkanmu terlebih dulu. Kau ada kuliah pagi bukan?" balas Maulana. Fira mengangguk, memang benar apa yang dikatakan suaminya tersebut bahwa dirinya ada kelas pagi, alangkah lebih baik kalau dirinya ikut saja.

Gadis itu segera mengambil tangan sang suami lalu menggandengnya. Maulana juga tidak keberatan, ia justru membalas genggaman jemari mungil tersebut.

"Rasulullah saw bersabda, "Manakala suaminya merengkuh telapak tangannya, maka berguguranlah dosa-dosa suami istri tersebut dari sela-sela jari-jarinya," (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri r.a."

Kalau biasanya Fira akan mencak-mencak ketika Maulana membacakan suatu hadis, kali ini ia justru tersenyum bahkan semakin mengeratkan genggaman tangannya,"Sungguh, aku tidak menyangka. Ternyata pria yang kucari selama ini adalah suamiku sendiri."

"Apakah sekarang kau mencintaiku?" tanya Maulana manja. Gadis itu mengerucutkan bibirnya, bukankah itu semua tidak perlu dipertanyakan lagi. Karena selamanya dia akan tetap mencintai sang suami.

**

Farhan membereskan berkas hasil meeting bersama sekretarisnya, meski begitu jantungnya massih berdegub tidak karuan, padahal hanya akan presentasi di depan kakak tirinya. Ia bangkit dari kusri kebesarannya menuju kantor Mizuruky Corp, dia berharap sang kakak belum datang, kalau kakaknya itu datang lebih dulu sudah pasti bisa ditebak kalau dirinya akan gagal.

Begitu sampai di Mizuruky Corp, ia segera menuju keruang meeting. Di sana sudah banyak orang yang menunggu kedatangannya, bahkan saingan bisnis untuk mendapatkan tender pun sudah datang.

"Maaf, saya terlambat." Maulana tersenyum ramah ketika memasuki ruang meeting tersebut. Dia harus mengantarkan sang istri terlebih dulu barulah setelah itu berangkat kekantor, ia menutup mulutnya karena mendadak rasa mual menyerangnya.

"Tuan Mizuruky, sepertinya anda kurang sehat?" tanya CEO Arya group.

"Ah, tidak apa, tuan Arya Aggara. Mungkin saya hanya terlalu tegang saja menghadapi meeting hari ini." Maulana melirik adik tirinya, ia sengaja menyindir sang adik berharap adiknya itu tidak terlalu tegang.

Shit…

Kakak tirinya itu memang pandai menyindir, lihat saja, dia bahkan mencari alasan untuk menutupi kondisi tubuh yang sebenarnya. Farhan memalingkan muka, mulutnya komat kamit sendiri.

"Ah, benarkah? Rasanya tidak mungkin seorang boss besar seperti anda bisa tegang hanya karena meeting seperti ini." Arya Anggara tidak yakin kalau seorang Mizuruky Ivan bisa tegang hingga mengakibatkan kondisi fisiknya drop.

"Khkhk, maaf. Bagaimana kalau kita mulai saja presentasinya, siapa yang mau duluan?" balas Maulana.

"Saya." Arya anggara meengangkat tangannya. Maulana mengangguk mempersilahkan.

Farhan terus memperhatikan cara saingannya tersebut mempresentasikan proposal miliknya, sungguh sangat luar biasa. Bahkan dana yang akan digunakan juga sangat efisien, ia menjadi semakin tegang. Sudah dua kali dirinya berhadapan dengan Arya group dan dua kali juga dirinya gagal.

"Sekian hasil presentasi saya." Arya mengakhiri presentasinya, setelah itu Farhan memulai presentasinya. Dengan penuh percaya diri setelah memandang mata kakak tirinya, rasa takut dan ketegangan mendadak lenyap, sihir apa yang ada pada iris safir tersebut hingga mampu menenangkan setiap orang yang memandangnya, dirinya sangat berharap kalau prosalnya akn diterima.

"Baiklah, aku sangat menghargai keinginan kedua perusahaan besar yang ingin mengambil tender dari Mizuruky Corp. Tapi, saya rasa harus memilih salah satu di antara kalian. Saya memutuskan untuk memilih…."

Maulana sengaja menggantung ucapannya, sebenarnya dari awal dia sudah tahu kalau proposal milik adik tirinya itu sangat baik, tetapi rasa kepercayaan diri yang kurang itulah terkadang membuat dia selalu gagal mendapatkan tender. Sebagai seorang pemimpin, tidak seharusnya ketegangan itu diutamakan tetapi sikap positif thinngking itulah yang diperlukan.

"Afla group, dan mohon maaf untuk Arya group."

Rasanya Farhan sangat bahagia ketika mendengar keputusan kakaknya, ia bahkan kehilangan kontrol atas dirinya. Pria itu bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri sang kakak dan memeluknya erat, meluapkan segala kebahagiaan tidak perlu orang memangdangnya aneh.

Terimakasih telah membaca sajadah merah, jangan lupa masukkan libary, fove, follow akunnya serta berikan reviuw. Terimakasih.