Sean memberhentikan mobilnya ditepi dan turun mengambil peralatan berburu mereka, Aletha mengikuti sean.
"mau ditaruh dimana?" tanya sean ketika hendak memasangkan anak panah ke Aletha.
"disini saja" jawab Aletha menunjuk sampingnya dan sean dengan cekatan langsung memasangkan anak panah kesamping Aletha.
"terima kasih" ujar Aletha tersenyum ketika sean memasangkannya sesuai dengan keingan Aletha.
Sean memasangkan punyanya sendiri lalu mengambil panahnya dan juga memberikan satu panah pada Aletha.
"jangan jauh-jauh dariku!" peringat sean sebelum mereka masuk kedalam hutan, tentu saja Aletha menganggukan kepalanya.
Aletha tanpa berkata-kata langsung mencari mangsanya, tak jauh darinya Aletha melihat rusa dan kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Aletha. Aletha mulai memanah dan panahan nya selalu meleset. Aletha berlari mengejar rusa itu ketika rusa itu menyadari keberadaan Aletha.
Sean mencari Aletha karena Aletha hilang dari pandangannya, sean bahkan tidak berpikir untuk mencari buruan karena Aletha hilang dari pandangannya. Yang ada dipirikan sean sekarang adalah mencari Aletha, bagaimana pun wanita itu tidak mengetahui selak beluk hutan sebaik sean.
Sedangkan entah dihutan bagian mana Aletha menghela nafas berat karena anak panahnya sudah habis tapi hewan buruannya belum juga ia dapatkan. Jadilah Aletha hanya melihat rusa itu dari kejauhan tanpa memanahnya sama sekali. Ternyata memanah papan target lebih mudah dari pada memanah hewan buruan dan itu tentu saja membuat Aletha kesal sekali.
Aletha memperhatikan sekitarnya, Aletha bahkan tidak tahu dimana ia sekarang. Aletha tanpa sadar telah pergi jauh dari sean karena terlalu fokus pada buruannya.
Sedangkan dari kejauhan sean menghela nafas lega karena bisa melihat Aletha, sean menghampiri Aletha yang sedang duduk memandangi rusa dari jauh.
Sean duduk disamping Aletha tentu saja membuat Aletha terkejut karena kehadiran tiba-tiba sean,
"syukurlah kau disini, aku bahkan tidak tau jalan pulang" ujar Aletha tersenyum lega pada sean.
"bagaimana berburumu?"
"tidak menyenangkan karena berburuu tidak semudah seperti yang aku bayangkan" jawab Aletha berdiri dari duduknya.
"masih mau berburu?"
"mau, tapi anak panahku habis dan rusa disana sangat menyebalkan. Mari pulang saja" ujar Aletha mengalurkan tangannya pada sean. Sean menggelengkan kepalanya menolak ajakan pulang dari Aletha.
"pakai punya ku saja" ujar sean memberikan semua anak panahnya pada Aletha.
"kau?"
Sean tidak menjawab ia hanya mengangkat kedua bahunya.
"terima kasih"
Aletha mulai berburu lagi sedangkan sean mengikutinya dari belakang, panahan Aletha selalu meleset dan Aletha sama sekali tidak menyerah ia tetap mengejar rusa itu dan terus memanah.
Aletha menghela nafas berat, anak panahnya tinggal satu sementara anak panahnya yang lain habis karena hasil panahannya sellau meleset.
Sean yang melihat itu langsung menghampiri Aletha, lalu berdiri dibelakang Aletha. Aletha yang semula nya terkejut menjadi canggung sekarang karena sean tepat dibelakangnya.
"sebelum menarik anak panahmu pastikan kalau rusa itu adalah targetmu dan kau harus percaya diri karena sekarang hanya kau yang memanah dan rusa itu adalah target utamamu" ujar sean tepat ditelinga Aletha, Aletha menganggukan kepalanya mengerti.
Sean langsung melepaskan tangannya dari belakang Aletha ketika Aletha akan membidik panahannya.
Aletha menyipitkan matanya dan arah panahan nya tepat pada leher rusa, dengan keyakinan yang sangat yakin Aletha membidik rusa itu dan boom, rusa itu terpanah oleh Aletha.
Dengan girang Aletha memeluk sean dan mengajaknya berputar-putar karena kegirangannya, sean ikut tersenyum senang karena kesenangan Aletha.
"aww" Aletha meringis ketika ia hendak mandi lututnya terasa sangat perih,
"kenapa ini disisni?" tanya Aletha pada dirinya sendiri ketika menemukan ada luka dilututnya, ah Aletha meningatnya luka itu ia dapatkan sewaktu berburu tadi katika ia mengejar rusa yang terus berlari darinya.
Aletha membiarkan saja lukanya lalu masuk kekamar mandi untuk mandi, luka kecil seperti itu tidak masalah bagi Aletha.
Aletha sudah berpakaian lengkap dan tak lama kemudian sean masuk kekamar, pria itu juga ingin membersihkan dirinya.
"lututmu terluka" ujar sean langsung berjongkok didepan Aletha, Aletha mengerutkan keningnya karena tingkah sean.
"oh, ini terluka sewaktu mengejar rusa buruan tadi. Tidak apa-apa ini hanya luka kecil" ujar Aletha kemudian membuat sean langsung berdiri mengambil kotak obat yang memang tersedia dikamar mereka.
"duduk" ujar sean membawa Aletha duduk diatas kasur,
"lututku sungguh tak apa" ujar Aletha mencoba berdiri namun ditahan oleh sean,
"aku tahu, tapi tetap saja harus diobati agar tidak infeksi" ujar sean lembut dan lagi-lagi Aletha terdiam sesaat karena sekarang jantungnya berdetak tak karuan hanya karena sean mengobati lukanya.
"terima kasih" ujar Aletha tulus ketika sean meletakan plaster diatas lukanya, sekarang Aletha jadi merindukan ayahnya. Biasanya ketika Aletha luka begini ayahnya dengan sigap mengobati lukanya sama seperti yang sean lakukan sekarang.
"hm, lain kali kalau luka jangan dibiarkan saja sekecil apapun luka itu" jawab sean meletakan kotak obat ketempatnya semula lalu kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Aletha sudah dibawah terlebih dahulu membantu kepala pelayan yun serta pelayan yang lainnya memasaka. Karena Aletha menyukai masak jadi Aletha harus ikut andil dari memasak makan malam untuk semuanya.
"kak" panggil lyin membuat Aletha memberhentikan mengiris bawangnya.
"kenapa?" tanya Aletha membuat lyin dengan ragu mengatakannya pada Aletha. Aletha menghela nafas pelan lalu menghampiri lyin yang berdiri didepan pintu dapur.
"kalian tolong lanjutkan" ujar Aletha lalu membawa lyin keluar dari dapur.
"ada apa? Mau cerita em?" tanya Aletha benar karena lyin ingin bercerita pada Aletha. Lyin menganggukan kepalanya membuat Aletha tersenyum lalu mengajak lyin menuju kamar gadis itu.
Lyin menatap Aletha dengan gelisah, antara ingin bercerita atau tidak dan Aletha tersenyum akan itu.
"tentang dave?" tebak Aletha membuat lyin melototkan matanya, dari mana Aletha tau? Lyin tidak pernah bercerita pada orang lain termasuk kakaknya sean tapi kenapa Aletha bisa tahu?
"dari mana kak letha tahu?" tanya lyin penasaran bukan sangat penasaran lebih tepatnya.
Aletha hanya mengangkat kedua bahunya membuat lyin mengerutkan bibirnya lucu,
"kak letha" rengek lyin kembali tertawa, rengekan lyin barusan sangat mirip dengan rengekan alex ketika pria muda itu sedang menginginkan sesuatu darinya.
"kakak hanya tau saja" jawab Aletha membuat lyin cemberut jawaban Aletha sama sekali tidak seperti dugaannya. Tapi tetap saja lyin ingin curhat pada Aletha, karena tidak mungkin lyin bercerita pada sean kakak prianya itu karena sean tidak mau terlibat dengan urusan cinta orang lain termasuk urusan rachel dan dave apalagi urusan cinta dirinya. Disaat seperti ini lyin sangat membutuhkan sosok kakak perempuan yang akan mendengarkan dan memberikan masukan pada ceritanya.
Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin. Terima kasih sebelumnya.
To be continue,