Chereads / Married without Love / Chapter 22 - Bab dua puluh satu

Chapter 22 - Bab dua puluh satu

"kerja bagus, berkat kau perusahaan semakin maju" ujar ayah sean pada sean.

Sean diam tidak menjawan ia hanya melihat gelas air yang sedang ia genggam, ayah sean menghela nafas pelan.

"kapan kau akan mengenalkan diri pada semua staf dan karyawan perusahaan?" tanya ayah sean membuat sean menatap ayahnya.

"untuk apa?" tanya sean menaikan satu alisnya

"segera lah duduk dikursi mu yang sesungguhnya"

"memangnya dengan tidak duduknya aku disana perusahaan akan bangkrut?" tanya sean sambil geleng-geleng kepala.

"bukan begitu...."

"lalu?"

"pulanglah dan tinggalkan pekerjaan sampinganmu" jawab ayah sean membuat sean mengepalkan tangan kirinya.

"kalau aku tidak mau?" tantang sean tersenyum sinis.

"ku bakar semua hutan itu" ujar ayah sean membuat amel tersenyum senang.

"bakar saja kalau kau bisa" jawab sean tidak peduli akan hal itu, karena sean bisa mengatasi itu semua. Kalau pun hutan dibakar apinya tidak akan sampai kemansionnya belum lagi orangnya sangat banyak, bukan hal besar untuk mengalahkan ayahnya.

"bukan hal sulit untuk membakar hutan itu"ujar ayah sean tampak meremehkan dan membuat sean hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.

"aku pergi, aku sudah selesai" ujar sean bangkit dari duduknya.

"duduklah kembali kau pasti akan senang mendengar ini" ujar ayah sean membuat sean dengan malas duduk kembali dan mulai mendengarkan ayahnya, apa yang akan dikatakan ayahnya sehingga membuatnya senang, sean mengambil gelasnya lalu minum.

"teman ayah mempunyai bisnis hotel and resort yang sangat berpengaruh disini, menikahlah dengan putrinya maka perusahaan yang sedang kau jalankan sekarang akan menjadi perusahan yang lebih besar lagi." Ujar ayah sean membuat tanpa sadar sedang memecahkan gelas dalam genggemannya.

"astaga kak, kau berdarah" ujar lyin panik lalu segera mengambil kotak obat.

"aku menolak" ujar sean dan menyerahkan tangannya yang langsung diobati oleh lyin, lyin diam saja sekarang ia sudah menangis karena luka sean lumayan dalam.

"kau tidak bisa menolak" ujar amel tersenyum penuh kemenangab.

"tentu saja bisa, lagian aku sudah menikah untuk apa aku menikah lagi" jawab sean santai lalu menghapus air mata adiknya.

"menikah? Jangan membual"

Sean tidak menjawab ia mengangkat tangan kirinya dan menunjukan cincinya, ayah sean yang melihat itu menjadi marah.

"memangnya cincin itu membuktikan kalau kau sudah menikah?"

Sean mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum sinis,

"ceraikan dia!" perintah ayah sean membuat amel menatapnya tidak percaya.

"sayang? Kau percaya pada nya kalau dia sudah menikah?"

"ceraikan, toh mereka tidak tau bahwa kau sudah menikah" ujar ayah sean lagi mengabaikan amel.

"bagaimana ya, aku tidak ada keiinginan bercerai sama sekali" jawab seab berdiri dari duduknya

"kalau begitu lyin akan tinggal disini untuk selamanya" ujar ayah sean lagi membuat lyin mengangkat kepalanya.

Sean tersenyum pada lyin sambil menganggukan kepalanya.

"masalah itu ada ditangan lyin, dengan siapa dia akan tinggal"

"kak..."

"kakak tidak memaksamu" ujar sean menatap lyin lembut.

"kakak tunggu disana" ujar sean sambil menunjuk pintu ruang makan,

"tanyakan lah" ujar sean pada ayahnya lalu memasang kembali jas nya dan pergi menuju pintu menungs gu lyin.

"lyin jawablah, dengan siapa kau akan tinggal?" tanya amel menatap lembuat pada lyin.

"lyin jawablah, dengan siapa kau akan tinggal?" tanya amel menatap lembuat pada lyin.

Lyin menatap kedua orang tuanya bergantian, lyin menghela nafas sebentar.

"tentu saja dengan kak sean" jawab lyin membuat amel membelakan mata tidak percaya.

"kau putri ibu, seharusnya kau tinggal disini bukan bersama dia" ujar amel tidak percaya pada putrinya.

"kenapa tidak, selama ini kak sean yang mengurus aku dari kecil. Kalian kemana? Sibuk dengan urusan kalian masing-masing, aku tanya umur berapa gigiku pertama kali muncul? Kapan aku mulai bisa membalik badan? Kapan aku tidak mengompol lagi?" jawab lyin tersenyum kecut.

"jawablah, aku ingin mendengarnya. Aku sangat penasarann untuk waktu yang lama" lanjut lyin lagi karena kedua orang tuanya terdiam.

"maafkan ayah, itu murni kesalahan ayah untuk menebus semua nya tinggal lah disini. Ayah dan ibu akan lebih memperhatikanmu lagi" jawab ayah dengan lembut.

"iya sayang, ayah benar" ujar amel menganggukan kepala. Lyin menatap kedua orang tuanya yang sedang menatap nya sekarang.

"kembalikan masa kecilku, maka aku akan dengan senang hati tinggal disini" ujar lyin sambil tersenyum polos membuat lagi-lagi kedua orang tuanya terdiam.

"tidak bisa kan, aku akan tinggal dengan kak sean karena kak sean adalah rumahku" ujar lyin lagi sambil menghela nafas.

"lyin.." panggil sean membuat lyin segera menghadap sean dan tersenyum.

"aku pergi dulu, kakakku bukan tipe orang yang menunggu lebih lama. Jaga diri kalian, ini mungkin kali terakhirku menginjak rumah ini" ujar lyin tanpa mendengarkan jawaban dari kedua orang tuanya lyin segara menghampirii sean yang telah menunggunya.

"kekampus atau langsung pulang?" tanya sean membuat lyin tampak berpikir sebentar.

"pulang saja kak, aku sudah tidak mood lagi"

"baiklah"

Angga pergi meninggalkan amel yang masih menatap kosong pintu dapur, angga menyadari kesalahannya selama ini hanya saja angga tidak akan menyerah untuk membuat sean menerima perjodohan yang telah ia siapkan sedari lama. Lyin, biarlah putri nya itu tinggal bersama sean toh kalau pun dia tinggal disini angga dan amel tidak akan sempat memperhatikan lyin karena urusan mereka masing-masing.

Amel, amel merasa putrinya telah jauh darinya amel bisa melihat dari lyin yang memilih sean dibandingkan dirinya. Putrinya itu lebih dekat dengan sean, wajar saja karena sean lah yang menjaga lyin ketika ia kecil hingga sekarang ini. tapi tetap saja amel adalah ibu biologis lyin seharusnya lyin mencoba dekat dengannya. Sean, anak itu hanya anak tirinya tapi begitu menyanyangi lyin seperti adik kandungnya membuat sesuatu didalam dada amel diremas kencang sehingga membuatnya susah untuk bernafas.

Lyin menatap sean yang sedang serius menyetir, bibir nya cemberut kesal.

"kenapa?" tanya sean yang menyadari sedari tadi adiknya menatapnya dengan tatapan kesal.

"lyin kesal dengan kakak,"

"kesal?"

"hm kesal"

"karena?"

"hanya kesal saja pada kakak" jawab lyin sambil menyilangkan tangannnya didada. Sean hanya bisa geleng-geleng kepala karena tingkah adiknya itu.

"terima kasih kak" ujar lyin pelan membuat sean menoleh sekilas pada adiknya itu

"untuk?"

"karena telah menerima dan mau merawat lyin" jawab lyin membuat sean langsung mengelus sayang kepala lyin.

"kenapa harus berterima kasih hm? Kau adik kakak tentu saja aku harus merawatmu"

"ais, pokoknya terima kasih"

"baik lah, tapi kalau kau nakal kakak tidak akan segan-segan menghukummu"

Lyin tersenyum mendengar candaan serius kakaknya,

Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin. Terima kasih sebelumnya.

To be continue,