Chereads / Married without Love / Chapter 24 - Bab dua puluh tiga

Chapter 24 - Bab dua puluh tiga

BYUR........

"LETHA" teriak sean langsung berlari dan melompat kedalam kolam berenang.

Senyum Aletha mengembang ketika melihat sean datang padanya,

"kalian selamat" guman Aletha lalu menutup matanya.

Aletha sedang malas berenang jadi ia membiarkan sean untuk membawanya keatas. Sean meletakan Aletha kelantai lalu memompa jantung Aletha.

"sayang bangun, kumohon. Maafkan aku" ujar sean terus memompa dada Aletha. Aletha menggigit bibirnya karena tidak tahan dengan rengean sean. Aletha mau langsung bangun ketika sean mengangkatnya tapi sean lebih dulu memompa dadanya.

Sean mendekatkan mulutnya memberikan Aletha nafas buatan,

"bertahanlah sayang, TUNGGU APA LAGI! PANGGIL DOKTER SEGERA!" teriak sean membuat Aletha mereasa telinganya akan segera tuli.

"sayang...kumohon tuhan" ujar sean terus memberikan nafas buatan untuk Aletha.

Aletha sungguh tidak tahan lagi, ia seperti orang sekarat saja. Aletha langsung bangun dan duduk sehingga dia dan sean saling berhadapan.

"syukurlah kau tidak apa-apa sayang" ujar sean senang langsung membawa Aletha kedalam pelukannya. Aletha menghela nafas dan melepaskan pelukan mereka, ini sudah seperti drama saja.

Aletha mengambil tangan sean yang tadi berdarah, Aletha menatap sean dengan tatapan tajam.

"ini tidak parah sayang" ujar sean tapi tidak ada sahutan dari Aletha. Aletha membawa sean berdiri,

"tolong bawa mereka keruang kesehatan dan minta dokter mengobatinya" ujar Aletha sebelum membawa sean kedalam kamar mereka.

"sayang, ganti pakaian. Dingin nanti sakit" ujar sean pelan ketika Aletha mengambil kotak obat untuknya.

"setelah mengobati lukamu" ujar Aletha mengobati luka sean, sean sama sekali tidak meringis atau pun mengeluh sakit padahal lukanya sangat parah, Aletha bahkan bisa melihat tulang jari sean.

Hiks..hiks...

Aletha mulai menangis membuat sean jadi serba salah salah sekarang,

"sayang kau kenapa? Sulit bernafas? Dingin? Sudah kubilang bukan ganti pakaian dulu" ujar sean membuat Aletha mendongak kearahh sean dengan air mata yang banyak bergenang dimata Aletha. Bisa-bisanya sean memikirkan dirinya sekarang padahal sean lah yang harus diobati.

"kenapa kau tidak mengeluh sakit ketika aku mengobatimu" ujar Aletha sambil memaskankan perban ditangan sean, sean menatap Aletha lalu tersenyum. Khawatir ternyata.

"karena memang tidak sakit" jawab sean sambil menunjukan tangannya pada Aletha. Bukannya tangia Aletha berkurang ketika sean menjawab Aletha tapi tangis Aletha semakin kencang.

"sayang, kau kenapa lagi" ujar sean panik sambil menghapus air mata Aletha yang tak kunjung berhenti.

"aku mewakilimu" ujar Aletha masih dengan terisak membuat sean mengerutkan keningnya.

"mewakiliku?" tanya sean bingung.

"kau ini bodoh sekali, tentu saja aku mewakilimu karena kau tidak meringis dengan luka separah itu" ujar Aletha membuat sean membuka mulutnya tidak percaya atas apa dengan penuturan Aletha tadi.

"tentu saja aku tidak menangis sayang, pria tidak menangis karena luka seperti ini" ujar sean hati-hati,

"mangka dari itu aku mewakilimu, karena kalian pria sok kuat dan gengsi untuk menangis" jawab Aletha menghapus air matanya.

Aletha berdiri dari duduknya dan mengambil pakaiannya, sekarang Aletha baru merasakan dingin.

Aletha pergi mengganti pakaian meninggalkan sean, sean yang ditinggalkan memiringkan kepalanya. tadi itu Aletha kenapa?

Sean menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian ia tersenyum karena Aletha khawatir terhadap dirinya.

Aletha tidur dipangkuan sean dengan melihat tangan sean yang baru saja ia pasangkan perban,

"kau kenapa begitu pada pengawal tadi, lihatlah tanganmu luka karena itu" ujar Aletha meneliti luka sean.

"karena mereka telah melihatmu berenang, itu membuatku marah" jawab sean jujur, Aletha menghela nafas. Sudah ia katakan tadi kalau kedua pengawal itu sama sekali tidak melihat dirinya berenang. Ia tidak bisa habis pikir dengan jalan pikiran sean yang rumit untuk ia pahami.

"maaf, lain kali aku tidak akan berenang lagi" ujar Aletha mencoba untuk memahami pikiran sean yang rumit untuk dipahami.

"kau tidak salah sayang, aku yang salah" ujar sean mengelus kepala Aletha dengan tangan kirinya.

"walaupun begitu aku minta maaf" ujar Aletha sambil menggenggam tangan kanan sean yangg sedang diperban.

"kau dimaafkan sayang selalu termaafkan" sean tersenyum hangat pada Aletha.

"ah iya" ujar Aletha bangkit dari tidurnya membuat sean sedikit terkejut.

"kenapa?"tanya sean menatap Aletha.

"aku sudah minta maaf padamu, sekarang aku harus minta maaf pada dua pengawal tadi karna aku mereka babak belur" ujar Aletha menatap sean sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya.

"aku pergi dulu" ujar Aletha lagi karena tidak dapat tanggapan dari sean, pria itu apa yang Aletha harapkan, ikut minta maaf? Tentu saja tidak.

"kemana?" tanya sean ikut berdiri membuat Aletha dengan malas memutar bola matanya.

"keruang kesehatan, kau ikut?" tanya Aletha mencoba sabar. Sean tidak menjawab ia menganggukan kepalanya dan mengikuti Aletha keruang kesehatan.

"bos, ada hal penting yang harus kau tahu" ujar dave menghentikan langkah sean dan Aletha. Aletha menatap dave dan sean bergantian.

"aku duluan, sepertinya kalian ada pekerjaan yang serius" ujar Aletha

"sayang tungguu" ujar sean pada Aletha membuat langkah Aletha terhenti,

"kita bahas nanti" ujar sean pada dave membuat pria itu menganggukan kepala. Sean dan Aletha kembali melanjutkan langkah mereka.

Karena penasaran, dave mengikuti Aletha dan sean. Bos nya itu tidak pernah mengabaikan pekerjaan kecuali ada sesuatu yang amat sangat penting.

Aletha masuk kedalam ruang kesehatan diikuti oleh sean, kedua pengawal itu yang mulanya berbaring langsung duduk ketika melihat bos mereka masuk.

"tidur lagi saja, kalian butuh istirahat" ujar Aletha namun tidak ada satu pun dari mereka yang kembali berbaring. Aletha menatap sean tajam,

"tidur" perintah sean dingin membuat Aletha kesal tapi Aletha menahan kekesalannya.

"aku kemari ingin minta maaf, karena aku kalian jadi begini" ujar Aletha penuh dengan penyesalan membuat kedua pengawal itu menganggukan kepala merasa tidak enak.

"itu salah kami nona, seharusnya kami tidak disana"

"mau kalian atau aku yang salah tetap saja aku minta maaf" ujar Aletha lagi.

"kau juga minta maaf" ujar Aletha menyenggol lengan sean, kedua pengawal itu geleng-geleng kepala pada Aletha.

"cepat, atau kalau tidak...."

"maaf" jawab sean setelah menghela nafas cepat. Aletha tersenyum pada sean lalu mengelus sayang kepala sean.

"kerja bagus" puji Aletha lalu mengajak sean pamit undur diri.

Kedua pengawal itu merasa ada sesuatu yang istimewa dari wanita itu sehingga membuat boss mereka yang tidak pernah mengucapkan kata maaf' sekarang wanita itu dengan berani menyuruh boss mereka mengatakan kata maaf'

Dave yang sedari melihat semuanya tidak heran lagi, itu semua hanya karena Aletha. Harimau buas menjadi kucing.

Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin/ poin. Terima kasih sebelumnya.

To be continue,