Chereads / Married without Love / Chapter 29 - Bab dua puluh delapan

Chapter 29 - Bab dua puluh delapan

Sudah dua hari dalam kejadian jatuh dari tangga sekarang kondisi kaki Aletha sudah baik-baik saja, kakinya hanya tinggal pakai perban saja dan Aletha sudah tidak memakai tingkat atau dipapah untuk pergi kemana-mana. Itu sungguh merepot orang lain, terutama sean.

Aletha tersenyum menyambut matahari pagi didepan jendela kamarnya, Aletha menatap sean sekilas pria itu masih tertidur pulas karena sean ada pekerjaan malam harinya.

"kenapa sudah bangun hm?" tanya sean memeluk belakang Aletha, Aletha awalnya terkejut tapi ketika mendengar suara sean ia menjadi biasa saja.

"karena sudah waktunya bangun" jawab Aletha memegang kedua tangan sean yang memeluk pinggangnya.

"ini masih sangat pagi sayang" ujar sean masih dengan suara mengantuk.

Aletha tersenyum lalu membalik badannya, Aletha memegang wajah sean yang masih mengantuk.

Cup,

Aletha mencium gemas bibir sean membuat sean tersenyum hangat pada Aletha,

"kalau masih mengantuk harusnya jangan bangun" ujar Aletha mengajak sean kembali ketempat tidur.

"aku harus bangun karena kau sudah bangun sayang" jawab sean masuk kedalam pelukan Aletha, Aletha geleng-geleng kepala alasan macam apa itu walaupun begitu Aletha tetap mengelus sayang kepala sean agar sean kembali tidur, sama hal yang selalu Aletha lakukan pada alex adik bungsunya jika sedang kesulitan tidur.

Aletha dengan susah payah mengambil ponsel sean yang berada diatas nakas, setelah berhasil mengambil ponsel sean, Aletha mengirim pesan pada kepala yun kalau hari ini ia tidak membuat sarapan yang artinya kepala yun dan pelayan yang lainnya yang akan membuat sarapan.

Aletha meletakan ponsel diatas kepalanya lalu kekembali mengelus kepala sean, Aletha menatap wajah sean yang sangat indah dipandang mata.

Tangan Aletha menjelajahi wajah sean dengan sangat hati-hati agar sean tidak bangun dari tidurnya. Saat Aletha menyentuh bibir sean tangan kirinya juga memegang bibirnya sendiri teringat kembali kejadian diair terjun tempo lalu. Dan ketika itu juga mata sean terbuka membuat Aletha langsung melepaskan tangannya dari wajah sean.

Aletha segera bangkit dari tempat tidur tapi dengan cepat sean menahan Aletha hingga Aletha jatuh kedada bidang sean.

Cup,

Dengan gemas sean mengecup bibir Aletha,

"morning kiss sayang" ujar sean dengan tatapan menggoda membuat Aletha sedikit tersipu.

Sean kembali mendekatkan wajah mereka membuat Aletha sedikit menjauh, ia tertawa menggoda sean.

Aletha mencium sean membuat senyum diwajah sean mengembang, dengan senang hati sean membalas ciuman Aletha. Lidah mereka saling bertautan, sean bahkan menjelajahi mulut Aletha. Aletha meremas rambut sean sehingga sekarang posisi mereka sangatlah intim, sean membalik badan Aletha sehingga sekarang Aletha dibawahnya. Mereka terus berciuman seolah dunia adalah milik mereka berdua.

Tok..tok....

Aletha melepaskan ciuman mereka dan menoleh kearah pintu, sean tidak memperdulikan itu sama sekali ia kembali mencium Aletha.

"pintu tidak dikunci" ujar Aletha berbisik pada sean, sean menghela nafas lalu mengangkat kedua bahunya tidak peduli membuat Aletha tersenyum nakal. Lalu membawa wajah sean lebih dekat dengannya dan mereka kembali berciuman dan sangat berciuman sangat panas.

"boss.....ups, aku akan keluar lanjutkan kegiatan kalian boss" ujar dave langsung keluar dari kamar sean.

Aletha menyingkirkan badan sean dari atasnya, lalu menatap sean dengan senyuman.

"kau temui dia sepertinya ada yang penting, aku harus kedapur sekarang" ujar Aletha membuat sean mengangguk kaku, dave sialan. Umpat sean kesal.

Aletha melewati dave begitu saja dan berjalan menuju dapur, tak lama kemudian sean keluar dan menatap dave dengan tatapan membunuh.

"maaf boss, aku tidak tahu kalau kalian lagi anu.." ujar dave mencoba menahan tawanya.

Sean kembali menatap dave dengan tatapan membunuh,

"awas saja kalau info yang kau bawakan tidak penting! Kepalamu jadi santapan harimau lyin!"

"hahaha" bukannya takut dave malah tertawa lucu membuatnya mendapat pukulan kepala dari sean.

Dave dan Aletha duduk berdampingan sambil melihat sean mengajari lyin bela diri, walaupun lyin sudah nampak bisa bela diri gadis itu sebenarnya belum terlalu bisa. Selama ini sistem bela diri yang digunakan lyin adalah bela diri gaya bebas sehingga membuatnya kerap kali salah menggunakan jurus dan membuatnya kalah. Seperti sekarang, sean berhasil menjatuhkan lyin. Lyin adalah orang yang keras dia tidak mengeluh kesakitan ketika sean sedang mengajarinya. Walaupun tulangnya ada yang patah atau pun retak lyin tidak akan mengeluh sakit, ia akan terus belajar sampai ia bisa. Watak keras ini sama persis seperti sean, tentu saja mereka adalah kakak adik.

"berdiri" perintah sean, membuat lyin langsung berdiri dan memasang kuda-kuda.

Aletha tidak sanggup melihat kakak beradik itu latihan, Aletha berdiri hendak menghentikan latihan kakak beradik itu namun dave dengan cepat mencegah tangan Aletha.

Aletha menatap dave meminta melepaskan tangannya,

"percuma menyuruh mereka untuk berhenti, mereka sama-sama keras kepala. Jadi lupakan dan nikmati saja dari sini" ujar dave membuat Aletha membuka mulutnya tidak percaya.

Alih-alih menghentikan sean dan lyin, Aletha kembali duduk dan melihat mereka latihan.

"sean mendidik lyin dengan caranya sendiri" ujar dave tiba-tiba membuat Aletha menoleh kearah dave sebentar.

"walaupun keras boss sangat menyanyangi lyin seperti adik kandungnya sendiri" ujar dave lagi pada Aletha.

"kau termasuk wanita yang spesial bagi boss, karena kau boss bisa mengatakan kata-kata haram yang tidak pernah terucap dari bibirnya" ujar dave membuat Aletha mengerutkan keningnya.

"kata-kata haram bagaimana?" tanya Aletha meminta penjelasan dari dave.

"seperti maaf, terima kasih dan tolong" jawab dave

Aletha tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari dave, mana mungkin ada orang yang tidak pernah mengucapkan kata maaf, tolong, dan terima kasih. Pasti pernah walaupun tidak begitu sering.

"becanda" ujar Aletha akhirnya.

"itu benar, selama kau disini kami baru mendengar kata haram itu terucapkan" ujar dave menyakinkan Aletha,

"tanya saja pada yang lainnya kalau tidak percaya" ujar dave lagi membuat Aletha sedikit percaya dengan apa yang diucpakan dave.

"jadi sudah berapa lama kau kenal sean?" tanya Aletha

"em, sekitar umurku 8 tahun sekarang aku 30. Sekitar 22 tahun" jawab dave sambil mengingat-ingat kapan ia bertemu dengan sean.

Aletha mengangguk-anggukan kepalanya,

"apa yang kau mengerti?" tanya dave ketika Aletha menganggukan kepalanya.

"kalian sudah lama berteman, dan kalian pasti sudah saling mengenal luar dan dalam" jawab Aletha.

"tentu saja, 22 tahun bukan waktu yang sebentar" ujar dave

"kau benar dan aku iri pada kalian"

"iri?" tanya dave mengerutkan keningnya

"hm"

"kenapa?"

"ya begitu" jawab Aletha lagi membuat dave semakin penasaran.

"ya begitu bagaimana?"

"yayaya, seperti itulah" jawab Aletha membuat dave langsung melihat kedepan, percuma saja menanyai Aletha. Membuat kesal saja, pikir dave.

Sebenarnya yang membuat Aletha iri adalah, persahabatan Aletha sean dan dave sudah lama terjalin dan dave sudah mengetahui semua tentang sean dari hal terkecil sekalipun hingga hal terbesar. Apalah Aletha hanya butiran debu yang hanya mengenal sean dalam beberapa minggu.

"sedang memikirkan apa?" tanya sean membuat Aletha tersadar lalu tersenyum pada sean.

"sudah selesai?"

"sudah, dave antar lyin keruang kesehatan sepertinya kakinya terkilir" ujar sean pada dave.

"siap boss"

Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin/ poin. Terima kasih sebelumnya.

To be continue,