Hari ini perban dikaki Aletha dilepas, Aletha sangat senang karena sekarang kakinya sudah baik-baik saja.
"bagaimana kakimu?" tanya sean membuat Aletha menggerak-gerakan kakinya.
"sudah tidak apa, oh iya sudah beli yang aku minta?" Aletha balik bertanya pada sean membuat sean menganggukan kepalanya.
"sudah, nanti dave akan mengantarkan keruang kerjamu" jawab sean membuat Aletha tersenyum ceria.
"terima kasih" ujar Aletha mencium pipi sean.
"sama-sama sweety" jawab sean ikut tersenyum senang.
"dimana lyin?" tanya Aletha
"kekampus diantar dave, nanti pulangnya dave membawa pesananmu" jawab sean
Aletha menganggukan kepalanya mengerti, gadis itu kapan ia akan memberi tahu dave tentang perasaannya yang sebenarnya.
"kenapa?" tanya sean membuat Aletha menggelengkan kepalanya.
"tidak apa-apa, aku ingin makan tomat" jawab Aletha
"kau segera mendapatkannya sayang" ujar sean, saat sean ingin kedapur Aletha mencegah sean.
"biar aku saja, kau bekerja saja" ujar Aletha membuat sean menganggukan kepalanya, pekerjaannya belakangan ini semakin menumpuk saja.
"baiklah, kalau ada apa-apa panggil saja aku"
"baik lah"
Setelah sean pergi barulah Aletha pergi kedapur, ia mengambil tomat dan memotongnya kecil-kecil. Aletha sangat menyukai tomat sebagai cemilan.
Aletha masuk kedalam ruang kerjanya yang berada satu ruangan dengan sean hanya ada sedikit pembatas saja. Aletha membawa tomat cemilannya dan juga kopi untuk sean.
"terima kasih sayang" ujar sean tersenyum membuat Aletha menganggukan kepalanya.
Selagi menunggu peralatannya sampai Aletha memakan cemilan tomatnya sambil membaca majalah.
"dave belum datang?" tanya Aletha mengakat kepalanya sehingga bisa melihat sean.
"sebentar lagi sayang, nanti kalau dia datang dia langsung kemari" jawab sean membuat Aletha kembali duduk dikursinya.
Aletha menghela nafas ketika melihat cemilan tomatnya sudah habis, Aletha mengambil piring kosongnya dan berjalan keluar menuju dapur. Aletha bahkan melewati sean begitu saja.
"kau datang" ujar Aletha ketika keluar dapur ia berpas-pasan dengan dave.
"ini pesananmu" ujar dave memberikan sebuah kardus ukuran sedang pada Aletha.
"bawa keatas, kau tidak lihat aku sedang memegang apa" ujar Aletha cemebrut dan berjalan melewati dave begitu saja.
Dave tidak punya waktu untuk berdebat ia mengikuti Aletha dari belakang,
"terima kasih dave" ujar Aletha ketika dave sudah meletakan pesanannya diatas meja kerajanya.
"iya sama-sama" jawab dave dengan senyum yang dibuat-buat membuat Aletha tersenyum sambil geleng-geleng.
Aletha membuka paketnya, senyum diwajahnya mereka karena yang dibelikan oleh dave sesuai dengan keinginannya.
Aletha mulai menngeluarkan benang-benang dan bahan dasar dari dalam kardus, yap hari ini Aletha akan membuat gaun untuk lyin. Sebenarnya Aletha akan membuatnya setelah sketsa nya sudah jadi tapi kakinya cidera jadilah sekarang ia baru bisa membuat gaun untuk lyin.
Sean pria itu sesekali melihat pekerjaan Aletha disela-sela pekerjaannya yang menumpuk.
Aletha sudah berada didunianya sehingga tidak menyadari sean yang sesekali datang padanya, Aletha bahkan melupakan cemilan tomatnya karena ia sudah berada didunianya sekarang.
Sean, geleng-geleng kepala melihat Aletha yang tidak menyadari keberadaannya. Sean tersenyum karena sekarang Aletha sudah menemukan dunianya. Sean tersenyum pada Aletha lalu kembali ke pekerjaannya.
Malam nanti ia harus mengirimkan presentasi pada orang tangan kanannya dikantor, semua memang perlu orang kepercayaan agar bisa melakukan pekerjaan dengan baik.
$$$
Aletha meregangkan kedua tangannya dan mengerakan badannya kekanan dan kiri, hasil jahitan bajunya belum selesai tapi perutnya sudah terasa keroncongan minta diisi. Aletha menoleh kekanan kirinya dan ia tidak menemukan keberadaan sean. Tadi seingat Aletha, sean masih sibuk berkutik dengan pekerjaannya. Aletha mengangkat kedua bahunya, mungkin sean keluar untuk menemui dave urusan pekerjaan yang belum selesai.
Aletha sampai diruang makan dan tidak menemukan orang disana, Aletha tersenyum mengejek dirinya sendiri karena sekarang memang bukan waktunya untuk makan siang.
Aletha membuka lemari yang tersusun atas rak dapur lalu mengambil mie instan dari sana. Karena memang bukan waktunya makan Aletha lebih memilih mengganjal perutnya dengan mie instan.
Aletha mengambil bahan-bahan yang lainnya didalam kulkas seperti telur dan sayur untuk tambahan mie instannya.
Aletha memasak dengan senang karena sebentar lagi makanan kesukaannya akan segera ia santap,
Lima menit selesai mie Aletha telah siap untuk disantap, Aletha memakan mie nya dengan lahap sesekali matanya mengamati sekitar mencari sosok sean yang menghilang dalam sekejap dari pandangannya tadi.
Setelah menganjal perut Aletha pergi kembali keruang kerjanya, melihat kembali apakah sean sudah kembali ke ruang kerja atau belum.
Sunyi dan kosong, sean tidak ada diruang kerja. Aletha menghela nafas lalu menutup kembali ruang kerja dan mencari sean ketempat lain.
"melihat sean tidak?" tanya Aletha pada kepala yun yang sedang memberi arahan pada pelayan yang lainnya.
"bukannya tuan sedang berada diruang kerja bersama nona?" tanya kepala yun membuat Aletha dengan spontan memuncungkan bibirnya. Aletha menggarut kepalanya yang tidak gatal sama sekali lalu pergi begitu saja meninggalkan kepala yun.
Aletha masuk kedalam kamar mereka berharap menemukan sean disana, tapi hasilnya nihil. Sean tidak ada dikamar maupun dikamar mandi.
Aletha membaringkan dirinya dikasur, Aletha sendiri tidak menemukan alasan kenapa dia mencari sean. Kalau Aletha pikir-pikir lagi nanti jika ia sudah bertemu dengan sean apa yang harus ia katakan? Membeli bahan menjahitnya, tidak, bukan seperti itu.
Aletha mencari alasan yang cocok dahulu baru ia mencari sean, jika tidak menemukannya maka ia harus tidur siang.
Aletha menatap langit-langit kamar sambil berpikir keras, Aletha mendesah kasar karena tidak menemukan alasan yang tepat.
Aletha membenarkan posisinya menjadi tidur menyamping dengan melihat jam weker yang berada tepat disampingnya diatas nakas.
Semakin lama mata Aletha tidak luput dari jam weker itu, Aletha merasa jiwa dektektifnya kembali entah dari mana. Aletha merasa ada yang aneh pada jam weker itu.
Aletha mengubah posisinya menjadi dudu dan mengambil jam weker itu.
Prang....
Aletha melempar jam weker itu hingga pecah berantakan dilantai, Aletha berjongkok dan mengambil setiap pecahan jam wekker dilantai.
Aletha mengambil benda kecil berwarna hitam diantara pecahan jam weker, Aletha memperhatikan benda kecil itu.
Kamera pengintai
Kamera pengintai? Aletha jelas tahu ini adalah kamera penginta karena dulu ia sering menggunakan kamera pengintai untuk melakukan simulasi dektektif bersama pamannya. Sekarang banyak sekali pertanyaan demi pertanyaan dikepala Aletha, tapi yang paling jelas adalah kenapa sean meletakan kamera pengintai dikamar?
Aletha meletakan kamera pengintai diatas kasur, Aletha mencari kamera pengintai yang lainnya. Aletha yakin masih ada kamera pengintai dikamar sean.
Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin/ poin. Terima kasih sebelumnya.
To be continue,