Sean bangun lebih dulu, bibirnya mengembangkan senyumnya karena Aletha tidur sambil memeluknya. Apa yang paling membahagiakan dari ini, bagi sean ini lebih dari cukup. Melihat Aletha bagun tidur, makan bersama, dan tinggal bersama itu sudah seperti mendapatkan bintang jauh diatas sana.
Sean mencium kening Aletha lalu turun dari tempat tidur lalu berjalan kekamar mandi, hari ini ia harus datang pada undangan ayahnya karena sean berhasil menang tender proyek besar.
Sean tidak bisa mengabaikan ayahnya, apalagi itu adalah tendernya. Hanya butuh waktu 10 menit kurang bagi sean membersihkan dirinya.
Sean memakai setelan jasnya, ah memakai setelan jas seperti ini adalah gaya nya sekali. Sean sangat menyukai setelan kerjanya yang sekarang, tapi bohong. Sean lebih suka setelan yang digunakannya sebagai penyeludup senjata illegal aka mafia.
Sean hanya membutuhkan waktu 5 detik untuk memasang dasi dilehernya, sean kembali mengecek dirinya didepan cermin. Tahap akhir sean memilih jam yang cocok untuknya hari ini.
Sekali lagi sean menatap dirinya didepan cermin setelah melihat tampilannya tidak ada yang kurang lagi, sean mengakhiri sesi cerminnnya.
Sebelum pergi sean kembali mencium kening Aletha,
'aku akan segera kembali' bisik sean tepat ditelinga Aletha.
"pergi sekarang bro?" tanya dave ketika melihat sean keluar dari kamar
"hm, jaga letha selagi aku pergi" ujjar sean lalu keluar dari rumah ketika mendapat jawaban dari dave.
Dave pergi keruang latihan karena masih pagi buta seperti ini waktu dave selalu digunakan diruang latihan.
Dave tersenyum ketika menemukan lyin sedang tidur diruang latihan, wanita muda itu tidur diatas matras dengan berbantalan handuk keringat. Pasti ada yang mengganggu pikiran lyin baik itu yangg baik ataupun membuatnya kesal dan marah.
"emmm...kak dave" ujar lyin membuka matanya langsung ketika benar yang diambang pintu adalah dave.
"apa yang mengganggumu em?" tanya dave mendekat kearah lyin lalu duduk disebelah lyin.
"hanya, ya begitu" jawab lyin ambigu membuat dave tanpa sadar terkekeh sendiri.
"baik atau buruk?" tanya sean lagi.
"baik" jawab lyin tersenyum lebar kearah dave membuat dave mengelus kepala lyin sayang.
"baguslah, kalau buruk katakan pada kakak siapa yang menganggu mu"
"baik kak, kalau begitu aku pergi dulu" pamit lyin berdiri dari duduknya.
"hm, kau kuliah jam berapa?" tanya sean ketika lyin sudah sampai pintu.
"jam 11 kak, kenapa? Mau mengantar?" tanya lyin balik
"hm,"
"oke"
Diluar tepatnya didepan pintu lyin memegangi jantungnya yang hampir lepas dari tempatnya, lyin berkali-kali menghirup udara banyak lalu mengeluarkannya dengan perlahan agar jantungnya tidak berdetak tidak normal lagi.
Sepeninggalnya lyin, dave melanjutkan aktivitas yang biasa ia lakukan dipagi hari.
Rachel bangun sperti biasanya seperti robot, bangun tidur langsung kekamar mandi membersihkan badan. Setelah berpakaian rapi baru lah ia kemeja makan dengan tidak ada harapan hidup.
Sedangkan didapur kepala yun mengkerakan bawahannyya untuk masak lebih cepat lagi karena waktu jam sarapan sebentar lagi.
Kepala yun menghela nafas kasar, begini lah kalauu setiap minggu para pelayan diganti jadi kepala yun harus turun tangan sendiri dan memberi contoh untuk hari ini saja jika tidak bisa, dipecat.
Aletha membuka matanya dengan malas ketika matahari yang masuk melalui cela-cela jendela menyilaukan matanya.
Dengan malas Aletha bangun dari tidurnya, dan Aletha tidak menemukan sean ditempat tidur. Aletha mengangkat kedua bahunya, sudah bangun ternyata.
Aletha melihat jam disampingnya, masih pukul 6.30 pagi dan Aletha sudah bangun. Ini adalah rekor, karena Aletha jarang sekali bangun jam 6.30, biasanya Aletha bangun paling cepat pukul 10 pagi. Selain karena Aletha bekerja dengan santai Aletha juga sibuk tapi jam segitulah Aletha bangun. Dikediaman sean ini Aletha kadangg merasa aneh pada dirinya karena ia selalu bangun lebih cepat dari biasanya kalau ayahnya tahu pasti ia akan diejek sekarang.
Satu lagi, Aletha juga mandi pagi. Aletha biasanya juga tidak mandi pagi. Pukul 10 saja kalau ia merasa air dan badannya tidak bersahabat Aletha tidak akan mandi. tapi, dikediaman sean pagi begini ia sudah mandi dan air sellau bersahabat dengannya.
Setelah mandi dan berpakaian rapi Aletha turun menuju ruang kerja mencari sean, karena tadi Aletha menduga sean berada dikamar mandi tapi pria itu tidak ada. Kalau bukan diruang kerja pasti diruang latihan.
Sean tidak ada ditempat kerjanya, hal itu membuat Aletha menutup ruang kerja sean lalu mencarinya keruang latihan,
"oh, kau. Dimana dia" tanya Aletha ketika hanya melihat dave yang sedang duduk beristirahat sambil minum.
"bos?"
"hm, siapa lagi" jawab Aletha setengah kesal.
"pergi"
"kemana?" tanya Aletha melirik sekitarnya
"urusan bisnis, bos berhasil menang tender besar kemarin" jawab dave berdiri mengambil handuk lalu mengelapkannya kekepalanya yang basah.
"pekerjaan yang mana? Ah, maksudku sean kan punya dua pekerjaan"
"sebagai Sean Martadinata yang artinya berhubungan dengan M Grup" jawab dave membuat Aletha mengangguk-anggukan kepalanya.
"baiklah kalau begitu aku permisi" pamit Aletha menutup pintu ruang latihan. Seperginya Aletha, dave menggarut telinganya yang tidak gatal. Perasaannya saja atau apa yang jelas sepertinya Aletha sudah semakin dekat dengan bossnya.
Aletha tersenyum ketika mendengar bahwa sean menang tender besar, Aletha tahu tidak mudah mendapatkan tender besar dan sean mampu melakukan itu dengan 2 pekerjaan yang ia miliki. Aletha kembali berpikir yang Aletha tahu sean sepertinya hanya fokus pada pekerjaannya yang disinii dan mengabaikan pekerjaan sebagai CEO M Grup, tapi pikiran itu hanya mampir sejenak karena Aletha mempunyai pikiran lagi, bahwa sean adalah pria yang bertanggung jawab yang tidak mengabaikan pekerjaannya sama sekali.
"kak letha" panggil lyin membuat Aletha mencari asal suara.
"sini, ayo kita sarapan sekarang" ujar Aletha mengajak lyin keruang makan bersama, dengan senang hati lyin menghampiri Aletha.
"pagi kak" sapanya membuat Aletha tersenyum lebar.
"hm, pagi juga" jawab Aletha membuat lyin terkekeh.
Lyin duduk disebelah Aletha, tak lama kemudian rachel dan juga dave datang bersama mereka untuk bergabung sarapan.
"oh iya kak dave" panggil lyin membuat dave langsung mengangkat kepalanya menatap lyin juga.
"kenapa?"
"lyin berangkat kampus sendiri saja"
"kenapa? Kau takut pacarmu marah? Uu, adik kakak sudah besar ternyata"
"bukan, lyin tidak punya pacar"
"masa??"
"iya kak"
"lalu kenapa?"
"teman-teman lyin orangnya biasa saja, ah bagaimana menjelaskannya. Mereka tidak seperti kita, ah bukan juga pokoknya begitu"
"biar kakak antar, memangnya kau mau naik apa kekampus? Taksi? Bus? Mana bisa masuk mereka"
"bagaimana ya, lyin....."
"kakak antar pakai motor"
Lyin menatap dave dengan mata berbinar, lalu menatap Aletha yang tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"bagaimana?" tanya sean lagi membuat lyin langsung menganggukan kepalanya.
Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin. Terima kasih sebelumnya.
To be continue,