"kakak antar pakai motor"
Lyin menatap dave dengan mata berbinar, lalu menatap Aletha yang tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"bagaimana?" tanya sean lagi membuat lyin langsung menganggukan kepalanya.
"oke kak"
Rachel melirik dave dan lyin bergantian tanpa minat lalu kembali memakan sarapannya.
Setelah sarapan lyin menghampiri Aletha dengan senyum lebar diwajahnya,
"makasih kak letha" ujarnya senang sambil memeluk Aletha, Aletha tersenyum lalu mengelus sayang kepala lyin.
"sama-sama"
Ini semua rencana Aletha, ketika lyin menceritakan jika ia akan diatar oleh dave dan Aletha merencanakannya agar lyin diatar dengan motor. Pakai mobil, oh ayolah bisa garing mereka didalam mobil karena tidak ada topik pembicaraan dan suasananya akan canggung, kalau naik motorkan walaupun tidak banyak bicara setidaknya tidak canggung dna mereka bisa lebih dekat lagi.
Setelah berbicara pada lyin, Aletha pergi keruang kerjanya yang berada tepatnya didalam ruang kerja sean hanya saja sean membuatkannya ruang kerja khusus untuk dirinya.
Aletha menarik nafas dalam-dalam lalu mengambil pensilnya dan mulai menggambar, hari ini Aletha begitu semangat membuat rancangan karena nantinya pakaian itu akan ia hadiahi untuk lyin.
Aletha sesekali menuap karena ia mengantuk, Aletha meletakan pensilnya lalu berdiri. Aletha berjalan menuju dapur untuk membuat kopi agar rasa kantuknya hilang.
"ada yang perlu saya bantu nona?" tanya kepala yun membuat Aletha langsung menggelengkan kepalanya.
"sudah selesai" jawab Aletha tersenyum lalu meninggalkan dapur dan kembali membuat rancangan pakaian untuk lyin,
Aletha kembali membandingkan gambar yang pertama ia buat dengan gambar yang entah keberapa, karena sudah banyak kertas yang berada ditempat sampah karena menurut Aletha itu tidak bagus.
Hanya ada dua yang menarik pandangan Aletha dan Aletha memilih yang ia gambar terakhir kalinya, walaupun rancangan gambar yang pertama lebih bagus dari pada yang terakhir tapi naluri Aletha mengatakan yang terakhir lebih baik karena lebih cocok dengan lyin.
Aletha menyimpan gambarannya kedalam laci dan membuang rancangan yang pertama.
Kring...kring...
Aletha hampir terjungkal kebelakang karena dering telpon diatas meja kerja, Aletha menatap telpon yang terus berdering itu, siapa yang menelpon? Karena tidak bisa melihat dan mengetahui siapa yang menelpon Aletha mengangkat ganggang telpon.
"hallo, dengan Aletha" ujar Aletha dengan formal
"sedang apa?" tanya sean disebrang sana membuat Aletha tersenyum lega karena sean yang menelponnya.
"baru selesai merancang busana" jawab Aletha
"bagaimana harimu?"
"bosan,"
"kalau begitu lakukan apa yang kau suka dan hilangkan bosanmu"
"aku...."
"asal jangan kabur saja" canda sean disebrang sana membuat Aletha langsung cemberut kesal.
"hm"
"aku tutup, aku merindukanmu"
"hm"
"bye, honey"
"hm"
"what is hm?"
"hm"
"aku mencintaimu"
"hm"
"kau mencintaiku?"
"hm"
"baiklah, bye sayang"
"hm, apa!" ujar Aletha ketika sadar sean mengatakan apa,
Tut.
Aletha menatap ganggang telpon sambil menggarut lehernya yang tidak gatal lalu menggelengkan kepalanya, sedangkan disebrang sana sean terkekeh lucu.
"senang bisa bekerja sama dengan anda mr. Kevin" ujar sean menjabat tangan mr. Kevin
"saya juga seperti itu mr. Martadinata, senang bekerja sama dengan anda. Saya permisi" pamit mr. Kevin.
Seteelah mr. Kevin pergi senyum yang semulanya mengembang dibibir sean, senyum itu lenyap hanya dalam satu detik.
Sean mengambil tas kerjanya lalu pergi meninggalkan restoran, sean tidak pergi kekantor karena memang sean tidak pernah mengijakan kakinya kekantor barang sekali pun.
sean pergi kerumah keluarganya, sean sama sekali tidak mau lagi mengijakan kaki kesana tapi sean harus ada disana sekarang karena adiknya lyin ada disana. Orang-orang itu tahu apa yang bisa membuatnya pergi kerumah dengan suka rela yaitu mengajak lyin adik perempuannya.
Sean memarkirkan mobil didepan rumahnya yang langsung diambil alih oleh supir keluarga dan diparkirkan ditempat parkir khusus.
Sean disambut didepan pintu oleh para pelayan ketika masuk kedalam rumah, sean melewatinya begitu saja.
"dimana ayah?" tanya sean pada orang kepercayaan ayahnya yang baru saja mendatanginya.
"sudah menunggu diruang makan tuan muda, mari saya antar"
"aku tahu jalan" ujar sean dingin membuat orang kepercayaan ayahnya diam ditempat mengerti apa yang dimaksud oleh sean.
Sean sampai diruang makan, ia bisa menemukan keluarga nya sudah duduk manis dimeja makan. Lyin tampak melambaikan tangan pada sean, gadis itu dijemput oleh supir keluarga dikampus ketika ia ada kelas.
Sean duduk disebelah lyin, membuat lyin tersenyum pada sean.
"kau mau makan apa?" tanya sean pada lyin,
"apa saja kak" jawab lyin membuat sean langsung mengisikan nasi dan lauk kepiring lyin.
"terima kasih kak"
"hm, makan yang banyak" jawab sean membuat lyin menganggukan kepalanya, sudah satu jam setengah ia duduk dimeja makan tapi tidak ada satu pun dari orang tuanya yang menyentuh makanan, itu membuat lyin menahan diri untuk tidak makan walaupun ia sangat kelaparan.
"kakak tida makan?" tanya lyin sambil mengedip-ngedipkan matanya pada sean.
"hm, sudah" jawab sean menganggukan kepalanya.
"bagaimana bisnis dengan mr. Kevin?" tanya ayah sean mulai menuangkan nasi kedalam piringnya.
Sean diam saja membuatnya mendapat tatapan menunggu jawaban dari ayahnya, sean menghela nafas.
"apa harus aku jawab?" tanya sean malas, karena ayahnya sudah tahu tapi masih saja bertanya.
"apa susahnya menjawab" ujar amel membuat sean tersenyum sinis,
"untuk apa menjawab jika sudah tahu jawabannya sendiri, dasar idiot" jawab sean sengaja menambahkan kata 'dasar idiot' diakhir kalimatnya dengan suara pelan dan amel bisa melihat itu.
"setidaknya menjawab untuk basa basi" ujar amel dengan mencoba menahan emosinya.
"apa itu basa basi, sejenis makanan? Lyin kau tau apa itu?" tanya sean sambil seolah-olah berpikir dan menanyakan pada adiknya yang sedang makan.
"tidak tau kak, minuman paling" jawab lyin lalu kembali fokus makan,
"kau!"
"cukup!" ujar ayah sean meletakan sendoknya hingga menimbulkan bunyi 'ting'
"Sayang" rengek amel pada ayah sean
"diam, kau diam saja" jawab ayah sean membuat sean mendapat tatapan membunuh dari amel, sean ia tidak peduli pada amel.
"kerja bagus, berkat kau perusahaan semakin maju" ujar ayah sean pada sean.
Sean diam tidak menjawan ia hanya melihat gelas air yang sedang ia genggam, ayah sean menghela nafas pelan.
"kapan kau akan mengenalkan diri pada semua staf dan karyawan perusahaan?"
Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin. Terima kasih sebelumnya.
To be continue,