~POV Arumi~
"Aru... lo napa?" tanya Vega, teman sekosku sejak sebulanan ini.
"hmmm gak," jawabku tanpa membalikkan wajah untuk menatapnya.
Hatiku masih terasa begitu sakit, mengingat apa yang dilakukannya padaku. Mengapa dia tega begini padaku? Apa salahku? Aku mempercayai semua yang ia katakan, aku menjaga hatiku dari orang-orang yang mencoba merebutnya. Tak ada niat hatiku untuk berpaling darinya, tapi apa ini? mengapa dia justru mengkhianati cinta dan hatiku?
Air mataku, mengapa engkau tak juga membasuh lukaku ini?
***
Tak ada Siska dan Karin bersamaku di sini, aku rindu mereka. Argh....! kenapa aku masih juga belum tertidur malam ini?
Siska dan Karin pasti sudah tidur, atau mereka tak akan boleh lagi terdengar meribut dengan menjawab telepon, The Big Madam akan heboh jika tahu itu. Semoga Dita masih bangun, aku benar-benar butuh seseorang paling tidak mengurangi rasa sakit ini. Aku butuh sahabatku!
Dita : halo Aru (Dita menguap)
Aku : gua... gua... ganggu lu gak Dit...
Dita : gak, ada apa Aru? Kamu habis nangis ya?
Aku : Diiiitt... (aku terisak)
Dita : ada apa? (Dita terdengar panik)
Aku : dia selingkuh Dit, dia selingkuhin gua...
Sebenarnya sudah dua minggu yang lalu, seorang mahasiswa di kampus memberitahuku, bahwa dia melihat seseorang yang baru saja menjadi mantan bagiku, pergi menonton bersama gadis lain, tapi aku tak mempercayainya karena kebodohanku. Aku justru menganggap itu hanya salah satu cara yang sering dilakukan orang-orang di sekelilingku untuk menghancurkan hubungan asmaraku dengan orang yang kusayangi.
Dita : kamu yakin dia selingkuh?
Aku : tadi sore kami jalan... pas dia lagi ke toilet ponselnya bunyi, trus gua angkat, yang nyaut cewek, trus gua tanya, dia bilang dia pacarnya...
Dita : trus dia ngaku? (Dita terdengar penasaran)
Aku : awalnya gak, tapi gua desak terus... akhirnya dia ngaku... kok tega banget dia duain gua
Aku : Dit? Apa salah gua? (suaraku tercekik)
Dita : jangan nyalahin diri sendiri Aru, yang selingkuh kan dia... harusnya yang salah dia dong
Aku : padahal orang-orang bilang gua dan dia itu pasangan yang cocok banget, tapi kok gini jadinya Dit?
Aku ingat bagaimana tanggapan orang-orang setelah mengetahui dia adalah pacarku. Mereka bilang: aku serasi dengannya, kami tampak pasangan yang ideal, jika kami menikah dan punya anak, mungkin anak-anak kami akan begitu mengagumkan. Mereka memujiku begitu tinggi kala itu, tapi lihat sekarang... mereka akan mulai membicarakanku di belakang, aku muak terus menjadi sorotan seperti ini, ini seperti kutukan!
Dita : mungkin menurut Tuhan bukan dia yang terbaik buat kamu Aru.
Aku : gua iri sama lu Dit, lu dan Bang Ken masih bersama sampai sekarang, gak ada yang ngianatin.
Dita : sabar Aru... kamu cantik, banyak cowok yang nungguin kamu.
Aku : kalo gua udah jelek mereka gak akan nungguin gua lagi, mereka cuma suka gua karna itu, gua cari cowok yang cinta sama gua... gak kayak gitu Dit... Kayaknya cowok-cowok seperti Bang Ken lebih setia ya... sekalinya jatuh cinta, mereka gak cari yang lain
Sepertinya cowok yang punya kekurangan seperti Bang Ken, lebih setia dengan pasangannya, mungkin ia merasa begitu bersyukur karena ada yang mencintai dirinya lengkap dengan kekurangan yang ia miliki.
Tak seperti mantanku ini, ia tahu dia begitu rupawan, punya ini dan itu dalam hidupnya, Tuhan memberkahinya dengan begitu banyak daya tarik, tapi mungkin itu juga yang membuatnya berpikir untuk mencari penggantiku.
Ia mencari seseorang yang memiliki kelebihan di atas kekuranganku sebagai manusia biasa. Meskipun orang-orang di luar sana terkadang memandangiku dengan tatapan iri, tapi aku tetap punya kekurangan.
Dita : trus kamu mau cari cowok yang disabilitas juga?
Aku : emang lu ada yang kenal?
Dita : ada dong, ntar aku kabari deh
Aku : oke deh Dit, eh gua kayaknya udah ngantuk nih Dit
Dita : good night Aru...
Aku : makasih ya Dit, lo udah nememin gua... hati gua udah mulai sedikit tenang sekarang
Dita : syukur kalo gitu...
Aku : bye Dit..
Dita : bye Aru...
Astaga! Apakah Dita serius dengan ucapannya barusan? Cowok disabilitas yang seperti apa maksud Dita ini? yang seperti Bang Ken, berkursi roda juga?
Apakah aku sungguh-sungguh dengan ini? Dita orangnya serius, jika dia sudah mengatakannya berarti dia akan melakukannya, aku tak mungkin mundur sekarang, aku akan membuat Dita kecewa.
***
Baru saja menghidupkan ponsel yang mati semalaman karena lowbatt, bunyi notifikasi datang bejimbun, ya... seperti yang kuduga informasi putusnya 'Arumi dan kekasih idealnya' itu telah beredar, sebagaian mungkin senang akhirnya aku jomblo dan mereka akan mencoba mendekatiku, sebagian lagi senang karena 'Hello! Cewek seperti Arumi diduain? berarti dia gak sebaik dan secantik keliatannya dong, hahaha!' kalimat ini pernah aku terima secara langsung ketika masih SMA, ketika aku diduakan karena berpacaran dengan seorang playboy. Menyebalkan mereka!
Aku tak ada kuliah hari ini, dan aku juga tak ingin ke kampus seorang diri dan bertemu mereka, hari ini aku akan pergi menghilangkan suntuk ke kosan sepupuku yang kuliah di jurusan ekonomi, dia hanya sendirian di kamar kosnya, aku bisa bermalas-malasan di sana.
***
"Aru! Ponsel bunyi tuh!" teriak sepupuku yang asyik menonton drama korea dari laptopnya.
"hmmm?" aku membalikkan badan, melihat ponselku yang tergeletak di dekat laptopnya.
"notif ya?" tanyaku dengan suara malas.
"hmmm kayaknya sih WA tadi, oh dari Dita tulisannya," jawabnya setelah melihat ponselku sebentar.
"hah!!!" aku segera bangkit dan menyambar ponsel itu.
Aru, kamu jadi mau kenalan sama cowok disabilitas?
Isinya.
Hah!!! Kok begitu cepat begini sih kejadiannya?
Iya kalau orangnya sebaik Bang Ken, kalau gak gimana?
Tapi aku sudah terlanjur ngomong kemarin, hmmm ya sudah dicoba saja dulu...
Iya jadi Dit
Jawabku kemudian
Oke, nanti aku ngomong sama dia ya, namanya Ryan (Dita)
Oke Dit (aku)
***
Kok Dita masih belum kasih kabar ya? Padahal ini sudah larut malam, apa jangan-jangan Dita kelupaan? Atau cowok disabilitas yang namanya Ryan itu tidak mau kenalan denganku?
Hatiku benar-benar gundah menunggunya, ah... lebih baik langsung tanya saja.
Dita : halo Aru.
Aku : halo Dit, gimana jadinya? Apa kata Ryan itu?
Dita : aku minta maaf Aru, aku gak bakat jadi mak comblang, tadi malah aku marah-marah sama dia...
Aku : kenapa? (tanyaku seketika)
Apa sih yang sebenarnya terjadi? Jangan-jangan yang kutakutkan itu benar. Tapi jika iya, harusnya aku bisa sedikit lega, jujur... aku belum siap memulai hubungan baru untuk saat ini, apalagi dengan seorang disabilitas.
Dita : eh, besok kamu ada kegiatan Aru?
Aku : gak, besok kosong, paling ke perpus sore, balikin buku
Dita : besok Bang Ryan itu rencananya mau ke komunitas disabilitas, kamu mau ketemu gak sama dia?
Ketemuan? Ya Tuhan, bagaimana ini? hmmm ayolah Aru! ini hanya ketemuan, pasti baik-baik saja!
Aku : serius Dita? Iya deh gua ikut, dia orangnya gimana Dit?
Dita : aku juga belum kenal betul sama dia Aru
Aku : hmmm tapi denger namanya aja kok rasanya dia itu orangnya romantis gitu ya?
Candaku pada Dita setelah aku teringat nama Om ku. Ia orangnya romantis, yah siapa tahu saja mereka sama-sama romantis karena namanya sama, hehehe
Dita : kamu sok tau ah
Aku : hehehe kan gua cuma bilang kedengarannya aja
Dita : kamu emang serius mau cari orang yang disabilitas gitu?
Aku tak mungkin bilang bercanda kan? Kamu pasti marah nanti Dit...
Aku : iya Dit, emang napa?
Dita : gak mudah pacaran sama orang disabilitas Aru, Ryan juga gak seperti Babang
Aku : iya gua tau, gak sama gimana maksud lo?
Seperti yang kuduga...
Dita : besok aja kamu liat sendiri Aru....
Aku : kok gua jadi penasaran gini sih, gara-gara elo nih Dit!
Dita : hehehe...
Aku : eh alamat komunitas itu di mana Dit, ntar biar gua cari di map
***