Chereads / The Roommate 1 / Chapter 27 - 27 KETAHUAN (1)

Chapter 27 - 27 KETAHUAN (1)

Melihat tatapan Cristan yang sangat intens pada Arissa, bibir Sandra cemberut sekali lagi. Dengan segera, Sandra lalu memutar badan Cristan dan mencoba untuk mengalihkan perhatiannya.

"Kak, mau kutunjukkan ruang gantiku ga? Hari ini kebetulan kami akan ada tema pemotretan Musim Gugur. Ada beberapa baju baru yang datang dari rumah mode Florencia, Versaci, dan Faust. Kita lihat bareng-bareng yuk?" ajak Sandra ramah. Jadwal pemotretannya sebenarnya masih agak lama yaitu setelah makan siang, tapi Sandra benar-benar senang ketika Cristan ada di sini. Sandra sangat menikmati tatapan iri dan kagum dari teman-temannya saat memamerkan Cristan sebagai "pasangannya".

Sayangnya, Cristan bereaksi sebaliknya.

"Boleh, tapi aku mau ke toilet dulu ya? Toilet di sebelah mana sih?" tanya Cristan santai. Walaupun itu sebenarnya hanya alasan Cristan untuk melarikan diri dari gadis genit tersebut.

"Oh, toilet ada di sebelah sana, kak. Mau kuantar?" tanya Sandra seramah mungkin. Sedikit banyak ia sudah bisa menduga kalau Cristan sedang menghindarinya.

"Tidak apa-apa. Aku bisa sendiri koq. Thanks ya… nanti aku balik lagi.." kata Cristan sambil buru-buru pergi ke arah yang ditunjukkan oleh Sandra sebelumnya.

"Benar ya, kak? Aku tunggu loh…" balas Sandra penuh harap.

Cristan hanya tersenyum datar sebelum tubuhnya segera menghilang dari ruangan tersebut.

..................

Cristan sedang keluar dari toilet ketika tanpa sengaja telinganya menangkap sebuah pembicaraan yang mencurigakan antar dua wanita di dekat toilet wanita. Kebetulan, posisi toilet pria dan wanita bersebelahan, sehingga Cristan bisa langsung memergoki adegan mencurigakan tersebut.

"Jadi, apakah sudah kau siapkan semua peralatannya?" tanya Linfey pada wanita muda berwajah baby face di hadapannya. Matanya berkilat licik ketika gadis tersebut mengeluarkan setumpuk paku payung, jarum pentul dan beberapa makeup yang sudah dicampur dengan bubuk metal. Monica sudah menyiapkan semua trik jahat yang diminta oleh Linfey untuk menyingkirkan Snow dari panggung entertainment pada hari ini juga!

Rencananya, Monica akan pura-pura membantu Vika untuk menyiapkan pakaian dan peralatan makeup yang dibutuhkan untuk pemotretan Snow dan secara diam-diam, memasukkan jarum, paku payung dan menukar perlengkapan makeup yang akan digunakan oleh Snow. Bagi beberapa orang yang memiliki alergi akut terhadap metal, bubuk logam tersebut akan langsung menyebabkan iritasi parah pada permukaan kulit. Untuk beberapa kasus malah bisa membuat kulit melepuh dan merusak lapisan kulit secara permanen.

Tujuan Linfey sudah jelas. Pertama, ia akan tetap mengukuhkan dirinya sebagai model nomor satu di Fashion Blast dan tak seorangpun yang bisa mengganti posisinya tersebut. Kedua, kalau ternyata Snow tidak bisa memenuhi target pemotretan yang sudah ditetapkan dalam kontrak kerjanya, secara otomatis, ia akan dikenakan pinalti dengan jumlah yang berlipat kali dari nilai kontraknya dulu. Bisa-bisa, Snow harus rela menjual diri sebagai pelacur kelas atas untuk mengganti rugi biaya pinalti yang sangat besar tersebut kepada Fashion Blast.

Senyum jahat mengembang lebar di wajah cantiknya. Ia sudah tak sabar untuk melihat kejatuhan Snow hari ini! Sementara Monica langsung menghilang dari pandangan Linfey.

Sayangnya, Cristan sudah mendengar dan merekam semua pembicaraan mereka. Otaknya langsung berpikir keras tentang nama model yang didengarnya tadi.

"Snow?"

Tangannya langsung bergerak mengeluarkan majalah Fashion Blast yang dari tadi disembunyikan di belakang punggungnya serta membolak balik halamannya dengan cepat. Setelah beberapa menit, matanya terpaku pada seorang model dengan warna mata berwarna biru cerah yang cantik sekali.

Diantara para model lainnya, gadis ini sangat menonjol dengan rambut panjang berwarna platinum dan ekspresinya yang datar. Walaupun begitu, pesonanya terpancar dengan sangat kuat seperti seorang dewi salju di atas puncak gunung. Tatapan matanya membius dan menantang setiap orang untuk mendekatinya tapi di saat yang sama, ia juga sangat soliter dan tak terjamah.

Anehnya, Cristan merasa sangat familiar dengan gadis ini. Auranya, tatapannya, semuanya terasa akrab dengannya, tapi di mana? Dan bagaimana? Siapa gadis ini?

Tanpa membuang waktu lagi, Cristan langsung segera meluncur ke ruangan studio yang tadi ditinggalkannya.

.......................

Sandra sedang mengobrol dengan beberapa fotografer dan pengarah gaya ketika Cristan tiba-tiba muncul di sampingnya dan menarik tangannya dengan cepat.

"Eh, tunggu! Siapa ini!! Berani-beraninya kau... ah, Kak Cristan!"

Matanya berbinar-binar gembira saat melihat Cristan begitu dekat padanya.

"Apa kau pernah dengar nama ini? Snow?" tanya Cristan langsung tanpa basa basi dengan nafas memburu sementara matanya yang panic menyapu ruangan mencari sosok Monica yang belum terlihat di manapun juga.

"Ah ya! Kak Snow! Kabarnya ia juga datang hari ini. Ia benar-benar idola baru bagi para model junior seperti kami. Tadi juga aku sedang mendengarkan pengarahan dari Kak Ryan tentang pose tubuh yang bagus untuk pemotretan…."

Belum habis Sandra berbicara, Cristan sudah kembali meninggalkannya dan menghilang entah ke mana. Sandra yang kesal hanya bisa mencak-mencak sendiri sambil mengomel sementara fotografer tadi jadi teman mengobrolnya berusaha menenangkan Sandra.

....................

"Sa, kamu harus siap-siap sekarang…" kata Jojo setelah ia selesai menyeleksi beberapa tumpukan baju dan aksesoris yang akan digunakan oleh Arissa. Sementara Vika sudah bersiap dengan gantungan baju, aksesoris serta perlengkapan makeup yang akan digunakannya. Saking banyaknya baju yang harus digunakan, Vika tampak kerepotan dan beberapa kali ada aksesoris yang jatuh dari genggaman tangannya.

Melihat Vika kewalahan, Arissa segera mengulurkan tangannya untuk membantunya membawa beberapa barang. Tiba-tiba, seorang gadis berwajah imut dengan senyum riang datang dan menawarkan bantuan.

"Wah, barangnya banyak sekali, Kak Vika. Boleh aku bantu?" tanyanya ramah.

"Pas banget kamu datang, Mon. Ayo bantu aku bawa beberapa barang sini…" suruh Vika sambil menghela nafas lega. Dengan segera, sebagian tumpukan baju dan aksesoris tersebut sudah berpindah tangan secara langsung.

"Aku langsung taruh di kamar ganti Kak Snow ya, kak?" kata Monica lagi sambil langsung bergegas ke arah kamar ganti.

"Ok…"

Karena sibuk, Arissa dan Vika sama sekali tidak memperhatikan kilatan jahat di mata Monica.