"Ternyata begitu…" kata Cristan setelah mendengarkan cerita Jojo dengan serius selama beberapa lama. Jojo sudah menceritakan sebagian yang diketahuinya tentang Arissa tapi tidak semuanya terutama seputar warna mata aslinya dan statusnya sebagai seorang single parent. Jojo masih belum percaya sepenuhnya pada Cristan sehingga ia hanya memberikan informasi singkat seputar sejauh apa hubungan mereka dan asal mula kedekatan mereka dulu yang terjalin sampai sekarang.
Setelah mendengar cerita tentang Arissa seputar perjuangannya memperoleh beasiswa dan bagaimana Arissa menjalani kehidupannya, Cristan termenung. Usia mereka tidak terpaut jauh tapi nasib mereka sangat berbeda. Jika Cristan dilahirkan dengan sendok perak di dalam mulutnya*, maka Arissa terlahir dengan nasib buruk dan ia harus berjuang keras untuk memutar arah hidupnya. Dan, menurut Jojo, ia tak pernah sekalipun mengeluh tentang kehidupannya yang sangat keras!
Sebuah tekad menyala di mata Cristan.
Seperti dugaannya, Arissa memang berbeda dari gadis-gadis biasa yang berkeliaran di sekitarnya.
...............
"Ada apa, Anne?" tanya Arissa pelan saat mereka berdua sudah berada di dapur.
"Maaf kalau harus merepotkanmu sekali lagi, Kak Risa. Tapi uang yang kemarin kau kirimkan sudah habis. Sebagian dipakai untuk menambal langit-langit yang bocor. Sebagian aku pakai untuk biaya pendidikan adik-adik junior di panti asuhan. Sebagian lagi kami pakai untuk biaya pengobatan Suster Hua. Kak Jose juga masih mengirim uang tapi kau tahu sendiri kan kalau kebutuhan panti asuhan memang cukup besar akhir-akhir ini…" Anne menerangkan dengan sikap gugup dengan rasa bersalah. Ia sebenarnya tidak mau membebankan Arissa dan Jose tapi ia bingung harus minta tolong siapa lagi untuk menutupi pengeluaran yang semakin membengkak sementara Suster Hua hanya bisa mengandalkan ia untuk mengelola manajemen panti asuhan.
Arissa menghela nafas panjang, "Aku mengerti…."
"Kau tenang saja ya? Aku pasti akan coba membantumu sebisa mungkin…"
Anne langsung memeluk Arissa erat-erat dan airmatanya tumpah tanpa tertahan lagi.
"Maafkan aku ya, Kak…"
"Tidak apa-apa, Anne." balas Arissa lembut sambil menenangkan Anne dan menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut. Untunglah, Jacob bisa bersekolah dengan bantuan beasiswa sehingga beban Arissa sedikit berkurang.
"Nah, aku pulang dulu ya? Tolong jaga Ibu baik-baik."
Anne mengangguk lemah sambil melepas kepergian Arissa dengan tatapan nanar.
...............….
Melihat kedatangan Arissa yang sudah selesai menjenguk ibu angkatnya, Jojo dan Cristan pun bangkit berdiri.
"Sudah selesai?" tanya Jojo lembut yang diikuti dengan anggukan kepala Arissa.
"Kita cari makan dulu yuk? Aku lapar…" ajak Arissa kepada Jojo dan Cristan. Wajahnya terlihat kuyu dan Jojo menduga kalau ini ada hubungannya dengan panti asuhan ini.
...............…
Restoran Paman Ben
Musik jazz mengalun lembut sambil menghibur para pelanggan yang sedang bercengkrama di dalam restoran. Suasana nostalgia sangat terasa di tempat ini. Tempat ini oldies dan selalu memberikan rasa rindu untuk Arissa karena di tempat ini, Kak Jose mengucapkan salam perpisahannya 15 tahun yang lalu. Dan kini, mereka bertiga sedang duduk di meja yang sama yang Arissa dan Kak Jose tempati dulu.
"Restorannya memang sudah tua tapi makanannya enak sekali dan harganya murah." Kata Arissa sambil tersenyum kepada Cristan.
"Kuharap kau tidak keberatan. Aku takut kalau menu di sini tidak sesuai dengan seleramu.."
"Tidak apa-apa. Aku tidak pernah rewel untuk soal makanan koq…" kata Cristan jujur. Sementara Jojo malah sudah mulai memesan makanan.
"Percaya deh… the food is heavenly yummy. You won't regret it!!" kata Jojo sambil memanggil pelayan dan mulai memesan menu – menu favoritnya dan Arissa sementara Cristan hanya bisa mengikuti rekomendasi Jojo.
Tak lama kemudian, pesanan mereka bertiga pun keluar. Dari aromanya saja, Cristan bisa merasa kalau perutnya langsung bergemuruh hebat. Pesanan mereka cukup banyak. Spaghetti aglo oglio, bitter ballen, chicken cream soup, cheesy rice,broccoli casterole, lemon tea, dan beberapa menu lainnya.
Tanpa dikomando lagi, mereka bertiga langsung melahap semua makanan yang sudah terhidang di atas meja.
"Oh my God…..I'm melting….." kata Jojo sampai hampir menangis karena enaknya masakan tersebut. Sementara Cristan tak henti-hentinya melahap semua hidangan yang tersaji di hadapannya seperti seekor anak anjing yang sudah sebulan tidak diberi makan.
"Sumpah…ini enak banget!!!" kata Cristan sambil mengacungkan kedua jempolnya dengan mulut penuh makanan.
Sementara Arissa hanya bisa tertawa geli menyaksikan kelakuan kedua pria yang ada di hadapannya ini. Hari ini Arissa terlihat jauh lebih cantik di mata Cristan. Ia terlihat lebih santai dan rileks. Sangat jauh berbeda dengan Arissa yang ditemuinya saat mereka berada di apartemen.
Lalu, mereka bertiga pun kembali pulang.
Besok, Arissa harus mulai bertugas sebagai "alter ego"nya dan menunaikan tugasnya sebagai seorang "top model".
Sesampainya di depan apartemen, Jojo lalu bertanya," Jadi besok aku jemput kamu jam berapa, Sa?"
"Sepagi mungkin, Jo. Sekitar jam 7 pagi. Aku harus stand by jam 10 kan?" jawab Arissa santai sebelum ia bersiap turun dari mobil.
"Wah..wah, pagi sekali. Kalian mau ke mana?" tanya Cristan penasaran. Setelah hari ini, hubungan mereka bertiga memang jadi lebih dekat.
"Oh…aku bantu sesi pemotretan bareng sama Jojo," kata Arissa berbohong.
"Ow, keren. Di mana?" tanya Cristan lagi.
"Fashion Blast.."
Sontak tubuh Cristan menegang dan matanya langsung menyipit.
"Kenapa?" tanya Arissa bingung saat melihat perubahan sikap Cristan yang mendadak.
"Tidak apa-apa. Aku turun duluan ya…"
Tanpa basa-basi lagi, Cristan langsung turun dari mobil dan meninggalkan Jojo dan Arissa yang masih berada di dalam mobil.
"Ckckck…kelakuannya…. Bisa ya kamu nemu model antic kayak gitu?" sindir Jojo pada Arissa. Arissa hanya bisa mengangkat bahu dan memasang muka pasrah, "Yah…gitu deh.."
"Sayang, padahal dia lumayan ganteng loh…" balas Jojo lagi sambil nyengir lebar.
Arissa memukul pundak Jojo sambil tertawa dan keluar dari dalam mobil.
"Bye, Jo! See you tomorrow!"