Chereads / The Roommate 1 / Chapter 22 - 22 KEMBALI PULANG (2)

Chapter 22 - 22 KEMBALI PULANG (2)

Jojo yang sedang menyetir langsung melemparkan tatapan tak percaya pada Arissa yang duduk di sebelahnya.

Kenapa kamu ga pernah ngomong apa-apa soal ini???

Arissa langsung menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Hubungan kami berdua tidak seperti yang kau bayangkan, Jo…"balas Arissa dengan nada malas.

"Kami hanya berbagi uang sewa tahunan….itu saja…" balas Arissa kalem. Ia berharap dengan jawaban terakhirnya ini, Jojo tak lagi salah paham tentang hubungannya dengan Cristan.

"Dan berbagi sofa juga…." balas Cristan spontan sambil tersenyum nakal.

CKITTTTTTT!!!!!

Jojo tiba-tiba mengerem mobilnya secara mendadak dan membuat kedua penumpang yang ada didalam mobil tersebut hampir melompat ke depan karena syok.

"APA KAU BILANG??" tanya Jojo lagi.

Saat ini, ia merasa kalau telinganya sudah salah dengar. Pertama, Arissa yang anti laki-laki itu tinggal bersama dengan seorang pria asing. Lalu, mereka juga sudah berbagi sofa bersama… wah.. wah…

"STOP, Cristan!!" Arissa benar-benar marah sekarang. Ia tidak menyangka kalau teman sekamarnya itu benar-benar jahil padanya. Bahkan bisa sampai ke tahap membuat Jojo membayangkan hal-hal aneh padanya. Ugh!! Ia tidak mau kalau imagenya sebagai perempuan baik-baik hancur berantakan di mata sahabatnya itu.

"Aku hanya meminjam sofanya sebagai tempat tidur di ruang tamu sebelum renovasi kamar baruku hari ini… itu saja…"

Tepat ketika Cristan mau kembali menimpali ucapan Arissa, ia tiba-tiba dibungkam oleh sepasang sorot mata tajam yang tengah melihatnya sekarang. Auranya persis sama seperti seorang Dewa Kematian yang sedang mengacungkan pisau jagal imajiner di depan matanya!

Melihat tatapan mengancam Arissa, Cristan hanya bisa mengangguk kecil dan meneguk ludahnya sambil mengacungkan jari jempolnya.

Ok! Aku tidak akan berbicara apa-apa lagi….

Selanjutnya, dalam waktu satu jam ke depan, perjalanan mereka bertiga berjalan lancar sampai kemudian, pelan-pelan mobil Jojo memasuki area pedesaan dan berhenti di halaman sebuah rumah tua besar. Ada beberapa anak yang sedang bercengkrama di taman depan sementara beberapa anak lain sedang bersantai dan membaca buku.

Saat mendengar kedatangan mobil Jojo dan melihat siapa yang keluar dari dalam mobil tersebut, semua mata anak-anak tersebut lalu berbinar gembira!

"Kak Risa!!!"

Semua anak-anak tersebut lalu berlompatan sambil memeluk Arissa bergantian dengan wajah yang sangat gembira. Arissa juga memberikan reaksi yang sama sebelum kemudian mereka masuk ke dalam.

"Ini.... " kata Cristan sambil mengamati keadaan rumah tua besar tersebut dengan tatapan menyelidik.

"Ini panti asuhan dan panti asuhan Young Generous. Ini tempat tinggal Arissa sebelum ia pindah ke apartemen barunya…" kata Jojo sambil menyulut rokoknya pelan.

"Kau tidak tahu?" tanya Jojo lagi dengan nada menyelidik.

Sebagai sahabatnya, Jojo merasa kalau ia perlu untuk mengenal pemuda itu lebih dalam sebelum ia bisa memberikan "restunya" pada mereka berdua. Dan, kesan pertamanya terhadap pemuda tersebut tidak terlalu bagus. Cristan terlihat urakan dan cenderung bertindak seenaknya. Sangat berkebalikan dengan Arissa yang penuh pertimbangan dan selalu bersikap hati-hati.

"Hubungan kami tidak sedalam itu…." balas Cristan santai. Ia sudah bisa menebak apa maksud pertanyaan Jojo sebelumnya.

"Seperti yang ia bilang sebelumnya, kami hanya tinggal bersama untuk berbagi uang sewa…."kata

Cristan santai sambil melihat Jojo di hadapannya dan bersikap defensive dengan melipat kedua tangannya.

"Baguslah kalau begitu.." kata Jojo lagi sambil bersiap untuk memasuki bangunan panti.

"Lalu kau?" tanya Cristan dengan nada acuh.

"Kau siapanya dia?"

"Aku sahabatnya…" balas Jojo santai sambil berjalan masuk ke dalam bangunan panti asuhan.

Cristan mendecakkan lidahnya. Ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri kalau di hari pertama ia bertemu dengan Arissa, jantungnya sudah berdebar tak keruan. Perasaan ini terasa asing baginya karena ia, biasanya, sangat popular di kalangan wanita. Hanya Arissa sajalah yang pertama kalinya menjaga jarak dan sama sekali tidak pernah menggoda dirinya seperti gadis-gadis lain yang ditemuinya dulu. Walaupun mereka berdua tinggal di bawah atap yang sama, tapi Arissa seperti sebuah patung es. Ia bersikap wajar di depannya, tapi sebetulnya ia sangat dingin dan tak terjangkau. Kehadiran Arissa menyulut rasa penasaran yang luar biasa pada dirinya dan sekaligus menantang naluri laki-lakinya untuk menaklukkan hati gadis itu secepat mungkin. Semua kelakuan konyolnya memang hanya ditujukan untuk menarik perhatian Arissa saja!

Cristan menertawakan dirinya sendiri atas pikiran konyolnya barusan sambil geleng-geleng kepala dan ia pun segera melangkah masuk ke dalam bangunan panti asuhan.

..............

Anne yang melihat Arissa datang merasa sangat senang dan segera membawa Suster Hua keluar dari kamar tidurnya. Dikarenakan kondisinya yang semakin memburuk, Suster Hua akhir-akhir ini lebih sering beristirahat di dalam kamar sambil menonton TV. Ia hanya sesekali keluar untuk menemui tamu pribadi atau mantan-mantan anak panti asuhannya yang sesekali berkunjung ke panti asuhan.

Hati Arissa terasa sakit saat menyaksikan wanita tua yang sedang berjalan mendekatinya dengan langkah setengah terseret. Tanpa terasa, ia sudah tinggal di rumah ini selama 15 tahun lamanya sambil membesarkan Jacob sendirian. Kehadiran Suster Hua dan para anak-anak panti asuhan sangat membantunya di kala ia harus berkejaran dengan berbagai PR dan tugas kampus yang harus diselesaikannya dengan segera. Untunglah, ia berhasil lulus sebelum waktunya dan semua indeks prestasinya hampir mencapai cum claude. Sekarang, ini waktunya ia membalas semua kebaikan dan jasa dari ibu angkatnya ini. Tapi, apakah waktunya keburu?

Melihat keadaannya, Suster Hua kelihatannya bisa meninggal kapan saja.

"Ibu… bagaimana kabarmu?" tanya Arissa sambil bersimpuh di hadapan wanita tua tersebut.

"Aku baik-baik saja, Risa. Kamu bagaimana?" balas Suster Hua tulus. Sebuah senyum manis mengembang di wajahnya.

"Ibu… aku kangen sekali padamu dan adik-adik…" kata Rissa lagi sambil memeluk Suster Hua dalam dekapan tangannya. Risa bisa mencium samar-samar bau minyak gosok dari aroma tubuh ibu angkatnya ini.

"Anak bodoh, baru juga sebentar." Balas Suster Hua sambil terkekeh lucu. Arissa sudah dewasa tapi kadang ia masih suka bersikap kekanakan seperti yang dilakukannya sekarang.

"Ibu sudah terima uang yang aku kirim belum? Ibu sudah minum obat yang Anne belikan belum?"

Suster Hua mengangguk-angguk dengan tegas. Ia benar-benar tidak ingin membuat Arissa yang sudah jauh –jauh datang mengunjunginya sejauh ini merasa cemas pada kondisi tubuhnya.

Sementara Anne sibuk memberi tanda pada Arissa untuk mengikutinya ke arah dapur.