Cristan terbangun dengan mata yang masih mengantuk. Malam kemarin, ia baru pulang subuh karena harus membantu Profesor Roberto mengecek hasil laporan dari para mahasiswanya dan jumlahnya banyakkk sekali. Lagipula, profesor juga memiliki penyakit jantung dan sudah dipasang ring untuk memperlancar sirkulasi peredaran darahnya. Otomatis, ia tidak boleh terlalu lelah bekerja.
Cristan mengusap-ngusap wajahnya beberapa kali dan ia baru saja mau kembali tidur ketika ia mendengar suara berisik dari arah luar. Seperti suara dari beberapa perabot rumah tangga yang sedang dipindahkan dan beberapa suara asing lainnya.
Dengan langkah malas, Cristan menyeret dirinya dan membuka pintu kamarnya. Dalam hitungan sepersekian detik, matanya disibukkan dengan beberapa karyawan yang sedang mendekorasi ulang ruang tamu dan juga beberapa orang lainnya yang sibuk memasukkan beberapa perabot rumah tangga ke dalam kamar Arissa, sementara Arissa sedang sibuk mengawasi dan memberikan perintah dengan tegas seputar beberapa pengaturan dekorasi baru dengan sikap tegas layaknya seorang lady boss.
Melihat situasi sekitarnya, Cristan merasa kalau ia tidak mungkin bisa kembali tidur lagi jadi ia berjalan menuju meja makan, mengambil gelasnya dan mulai membuat sereal instan untuk dirinya sendiri.
Mendengar langkah kaki yang setengah diseret, kepala Arissa segera menoleh ke samping dan matanya langsung menemukan sosok Cristan yang sedang duduk di meja makan dengan tampang malasnya. Dengan hati riang, Arissa lalu segera menghampiri Cristan dan mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis sekali.
"Hey… terima kasih ya? Sudah meminjamkan sofamu untuk aku tidur selama sebulan ini. Aku juga minta maaf karena melakukan renovasi pagi-pagi karena kupikir kau biasanya sibuk di luar…" kata Arissa dengan nada ringan sesopan mungkin. Dari suaranya, sudah jelas kalau Arissa hanya sekedar berbasa basi.
Selanjutnya, setelah ini, Arissa tidak akan terlalu banyak merepotkan Cristan lagi.
"Tidak apa-apa. Pada dasarnya, aku memang orang yang baik hati dan senang membantu koq.." balas Cristan ramah sambil menunjukkan senyum yang tak kalah manisnya dan menyambut uluran tangan Arissa dengan erat. Saat itu, Arissa bisa melihat sepasang lesung pipitnya yang tanpa sengaja malah menambah pesona pria di hadapannya.
Deg!
Jantung Arissa tiba-tiba terasa berhenti berdetak untuk sekejab saat melihat tatapan Cristan yang sedang menggenggam tangannya. Secepat kilat, Arissa lalu menarik tangannya dan membalikkan tubuhnya untuk kembali mengawasi kinerja pegawai biro desain di depannya.
Pipinya serasa sedikit memanas sekarang.
Duh… ada apa ini?? Bangun, Arissa… sadar… sadar… kamu masih punya Kak Jose kan? Jangan pernah terpikat oleh buaya darat yang tak tahu malu itu.
"Jadi… kamar baru??"
Suara Cristan dari arah belakang tiba-tiba mengagetkan Arissa dan membuat langkah Arissa terhenti.
"I.. iya… " balas Arissa ragu-ragu. Ia menoleh sebentar dengan sikap serba salah.
"Boleh aku lihat dekorasinya?" tanya Cristan lagi sambil bangkit berdiri dan membawa gelas di tangannya. Arissa mengangguk sedikit dengan tampang sedikit bingung.
Sementara itu, para pekerja sudah hampir menyelesaikan tugas mereka dan Arissa sibuk mengecek hasil kerja serta melihat tata letak perabotan yang sudah dibelinya dengan sangat teliti.
Kamar barunya didesain dengan gaya Nordic yang klasik. Ruangannya didominasi dengan kombinasi warna biru pastel dan turquoise yang cerah dengan hiasan lampu gantung berbentuk geometris tiga dimensi yang dicat dengan warna hitam. Ada lukisan laut yang menggambarkan sinar matahari pagi yang terasa begitu teduh dan menenteramkan hati saat memandangnya di atas kepala kasur.
Sementara lantainya diparket dengan warna kayu mahogany alami. Ada juga sofa berwarna biru gelap yang menjadi aksen pelengkap di dalam kamar tidur tersebut. Belum lagi pemilihan warna-warna kayu dan abu-abu muda sebagai penyeimbang sehingga suasana kamar sama sekali tidak terlihat berat tapi malah terasa sangat nyaman dan ringan dengan aroma pinus sebagai pewangi ruangan.
"Seleramu bagus juga ya?" siul Cristan saat mengamati interior kamar Arissa yang sama sekali tidak terlihat feminine tapi lebih berkesan praktis dan efisien untuk unisex. Tadinya ia pikir, Arissa akan memilih warna-warna yang bersifat lebih girly, tapi ternyata ia salah besar.
"Oh.. aku memang tidak suka warna-warna perempuan seperti merah muda, fuchsia dan sebagainya…" balas Arissa dengan bingung.
"Kenapa?" tanya Cristan ingin tahu.
"Tidak apa-apa…hanya tidak suka saja," balas Arissa heran. Tidak biasanya teman sekamarnya itu seusil ini tapi melihat gerak geriknya yang urakan, Arissa hanya bisa memakluminya sedikit.
"Nona Arissa, mohon Anda tanda tangan di kolom ini…" kata salah seorang pekerja setelah mereka menaruh semua perabotan sesuai instruksi Arissa dan membereskan sisa-sisa sampah bongkar muat yang berserakan di dalam ruangan.
"Oh, ok…" jawab Arissa singkat sambil menandatangani formulir tanda terima yang disodorkan kepadanya sementara Cristan masih sibuk mengagumi dekorasi kamar baru Arissa sambil meminum serealnya di dalam gelas.
Tepat setelah itu, terdengar bunyi ketukan yang cukup keras dari arah pintu depan. Arissa segera membukakan pintu dan dibaliknya, ada Jojo yang sedang membawa seikat buket bunga water lily dan sebotol wine di tangan yang satunya.
"Surpriseeeeee…." kata Jojo sumringah sambil merentangkan tangannya lebar-lebar untuk memeluk Arissa.
Melihat kedatangan Jojo, senyum di wajah Arissa langsung melebar dan ia segera memeluk sahabat satu-satunya tersebut.
"Ya ampunnnnnnn…. Kamu beneran datang ya, Jo? Aku pikir cuma bercanda…" kata Arissa sambil mengambil bunga dan meletakkan botol wine di atas meja makan.
"Yah, nggalah. Aku kan penasaran juga sama tempat tinggal barumu…" balas Jojo dengan tatapan jahil dan tanpa malu-malu mengikuti Arissa masuk ke dalam ruang tamu.
Mata Cristan menyipit saat melihat kehadiran seorang laki-laki asing dengan gaya kemayu yang sok heboh dan kelihatannya senang sekali dengan kemeja pink-nya. Belum lagi ia terlihat begitu dekat dengan Arissa.
Siapa itu?
Jojo tidak menyadari kalau ada seseorang yang tengah mengamati gerak geriknya karena asyik mengobrol dengan Arissa sampai tiba-tiba sebuah suara asing menyapanya dengan nada santai.
"Hai… kita belum kenalan…"
Kepala Jojo lalu menoleh ke asal suara dan ia melihat seorang pria asing dengan rambut berantakan dan muka malas. Kumis dan jengkotnya terlihat belum dicukur selama beberapa hari. Ia juga berpakaian sekenanya sambil nyengir dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Wajah Jojo langsung bengong seakan-akan ia baru saja melihat alien di depan matanya. Tatapannya lalu segera beralih ke arah Arissa yang terlihat salah tingkah saat mengamati mereka berdua.
"Arissa… ini… dia…? Siapa?" tanya Jojo bingung. Rasa-rasanya tadi pria ini tidak di sini barusan.
"Teman serumahku. Kami tinggal bersama…"