Arissa menatap wajah petugas pengawas tersebut dengan tenang dan menjawab yakin.
"Ya…"
............…..
Sejam berikutnya, Arissa dan Jose sudah berada di dalam sebuah restoran local sambil sarapan bersama.
"Dengarkan aku, Arissa. Pengumuman hasil ujian akan diumumkan 3 hari lagi, jika kau masuk dalam 10 Besar Peringkat Nasional, kau akan mendapat beasiswa dan pelatihan gratis untuk menempuh Ujian Paket C dan jika kau juga masuk dalam 10 Besar Peringkat Nasional untuk hasil ujian Paket C, kau akan memperoleh beasiswa penuh di universitas negeri secara otomatis."
Arissa mengangguk. "Ya, ibu sudah memberitahuku masalah itu.."
Jose tersenyum.
Arissa lalu memandang sepasang mata teduh yang sedang mengamatinya sekarang. Mata yang sama juga memberikan rasa aman dan nyaman di saat bersamaan. Sama seperti sorot mata Suster Hua. Ibu angkatnya.
Arissa merasa pipinya sedikit memanas. Lagi.
"Aku akan pergi siang ini…" kata Jose santai. Seakan-akan saat itu bukanlah saat terakhir Arissa akan melihat Jose.
"Secepat itu? " tanya Arissa kaget.
"Ya…." Balas Jose tak acuh.
Mendadak nafsu makan Arissa hilang entah ke mana.
..................….
Seluruh anak asrama sudah berkumpul di halaman depan ketika mereka berdua pulang. Tas ransel dan koper Jose juga sudah berada di depan pintu. Mereka semua menatap kearah Jose dengan tatapan sedih dan merana. Beberapa anak malah matanya sudah berkaca-kaca. Beberapa anak yang lebih kecil malah langsung menyerbu ke arah Jose sambil menangis keras-keras.
"Kak Joseeeeeeee…. Huhuhuhuhuh…."
Suasana sungguh sangat mengharu biru saat itu. Bahkan mata Suster Hua pun tampak merah karena berusaha keras menahan air matanya. Semua anak asrama sudah tahu kalau Jose akan pergi hari itu.
Semuanya… kecuali Arissa.
Tubuh Arissa membeku saat melihat pemandangan tersebut. Jose, baginya adalah sebuah cahaya harapan. Sebuah roh kehidupan yang telah menerangi jiwanya dulu. Keberadaan Jose bagi Arissa benar-benar tak tergantikan. Bersamanya, Arissa benar-benar merasa terlahir kembali. Jose adalah dunia dan surganya.
Tanpa terasa, dua tetes air mata jatuh perlahan menuruni pipinya. Tubuhnya gemetar karena menahan rasa sakit yang menyayat hatinya. Cahaya itu akan pergi hari ini…
Bisakah… ia …bertahan… untuk …. tidak melihatnya lagi?
Arissa terus terdiam di posisi yang sama entah untuk berapa lama ketika ia merasa sebuah tangan merengkuhnya masuk ke dalam pelukan yang hangat. Wangi musk. Wangi parfum favorit Jose.
Tubuh Arissa masih membeku di dalam pelukan Jose ketika sebuah rasa hangat menempel di keningnya dalam waktu yang cukup lama. Jose sedang mencium keningnya. Membangunkan Arissa kembali ke dalam kenyataan.
"Jadilah seorang wanita yang hebat, Arissa. Lalu… aku akan mencarimu…" bisik Jose lembut di telinga Arissa.
Dengan tatapan tak percaya, Arissa menatap Jose yang ada di hadapannya. Matanya masih basah dengan air mata tapi ada secerah harapan di sana.
"Aku pasti akan kembali padamu…"
Hanya beberapa kalimat, tapi kata-kata tersebut mampu menyalakan kembali api semangat di dalam jiwa Arissa. Perlahan, Arissa mengangguk.
"Tunggu aku, Kak Jose…"
"Pasti…."
..................
3 hari kemudian….
Rose Mansion ( Rumah Utama)
Cristan Levy membanting surat pengumuman hasil keputusan ujian nasional Paket C dengan kesal ke atas meja. Walaupun namanya tercantum sebagai salah satu dalam 10 Besar Peringkat Nasional tapi ia hanya menduduki peringkat 2. Sial! Sial! Sial!
Padahal ia selalu berada di urutan pertama pada Ujian Paket A dan B di tahun-tahun sebelumnya.
Saat ini, ia kalah dari sebuah nama asing di nomor 1. Arissa Nova.
Sial!!! Siapa gadis ini sebenarnya? Kenapa ia sama sekali tidak pernah mendengar namanya?