Jojo lalu mengantarkan Arissa pulang ke depan apartemennya. Di sepanjang perjalanan, mereka berdua sama sekali tidak saling berbicara. Arissa sibuk dengan pikirannya sendiri sementara Jojo hanya sesekali meliriknya dengan gugup dan rasa bersalah. Hanya bunyi radio saja yang memecah kesunyian tak berujung diantara mereka berdua. Bagi Jojo, perjalanan pulang hari itu terasa lamaaaa sekali karena biasanya Arissa selalu banyak bercerita pada Jojo. Tentang apapun dan siapapun. Jojo juga. Mereka selalu menjadi pasangan partner in crime yang sempurna dari bangku kuliah. Hari ini, mereka berubah menjadi sepasang orang asing yang berada di dalam mobil yang sama. Hiks… Jojo benar-benar ingin menangis saat membayangkan situasinya sekarang. Cepatlah sampaiii….
Dalam waktu 15 menit, mobil Jojo berhenti di sampai di depan apartemen Arissa. Begitu sampai, Arissa lalu segera turun dan segera melangkah masuk ke dalam.
"Heiii..kau tidak akan menyuruhku masuk?" tanya Jojo dengan nada menggoda sambil mencoba beramah tamah walaupun dengan melihat muka kecut Arissa, ia sudah tahu jawabannya.
Arissa menoleh dan dengan judesnya, ia membalas, "Not today, Jo…"
Dalam sekejab, bayangan Arissa sudah menghilang ke dalam bangunan apartemen.
Melihat sikap Arissa, Jojo hanya dapat menghela nafas panjang dengan berat hati. Ia sudah mengenal Arissa terlalu baik. Kalau mood-nya seperti ini, jalan terbaik adalah …membiarkannya sendiri. Hanya saja, saat itu, Jojo merasa…. kalau ia sudah menjual sahabatnya sendiri.
...........
Sesampainya di dalam apartemen, Arissa melihat tas Cristan di atas sofa. Pemuda itu sudah pulang ternyata. Ketika Arissa baru akan mengetuk pintu kamarnya untuk mengucapkan terima kasih karena sudah dipinjamkan sofa untuk tempat tidurnya selama beberapa hari ini, Arissa mendengar suara-suara aneh seperti suara erangan dan desahan yang cukup keras dari dalam kamar. Mendengar hal tersebut, Arissa merasa pipinya tiba-tiba memanas dan segera bergegas menuju ke kamarnya.
Saat mendengar bunyi pintu kamar ditutup dengan suara cukup keras, Cristan segera melepaskan diri dari pelukan wanita asing di hadapannya dan membuka pintu kamarnya. Sayangnya, tak ada siapapun di ruang keluarga.
Cristan memutar kedua bola matanya dengan kesal dan kembali masuk ke dalam kamar untuk meneruskan aktivitasnya.
.............
Arissa menatap jumlah nominal yang tertera di atas lembar cek dengan mata terbelalak. Belum pernah seumur hidupnya ia memegang uang dengan jumlah sebesar ini. Dan ini, hanyalah awalnya saja…
Sambil tersenyum senang, ia lalu menekan sebuah nomor telepon dan ketika ia mendengar seseorang menjawab teleponnya, Arissa bertanya, " Apakah ini dengan Belladona Design?"
Sebentar lagi, ia akan mendapatkan kamar tidur impiannya. Horeeee….
Besok, ia akan mencairkan cek ini dan langsung mengirimkan sebagian besar uangnya untuk pengobatan Suster Hua dan renovasi asrama.
Arissa membaringkan tubuhnya di atas lantai kamar yang dingin sambil memandang ke arah langit-langit. Malam ini, salah satu mimpinya akan terwujud. Kamar tidur bernuansa Nordic dengan sentuhan minimalis.
............….
Di dalam kamar tidur yang berantakan itu, seorang wanita mengucek-ngucek matanya dengan malas sambil menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut. Ia lalu memandang ke arah pemuda yang sedang bersandar di atas tempat tidur yang sama dengannya dengan tatapan bingung.
Dibawah penerangan lampu kamar dan sedikit semburat senja, bentuk tubuh dan wajah Cristan dari arah samping terpatri sempurna, membentuk semi siluet yang memanjakan mata. Membuat wanita itu takjub akan keindahan tubuh pria yang baru saja bercinta dengannya. Hmm… ia berharap hari ini tidak pernah berakhir sebenarnya….
"Kakak senior…" kata gadis itu manja sambil menyandarkan kepalanya di lengan Cristan yang kekar dengan tatapan memuja.
"Majalah ini? Milikmu?" tanya Cristan lugas tanpa basa basi sambil menunjukkan majalah Fashion Blast yang dari tadi dilihatnya bolak balik.
Sandra mengangguk. "Kakak suka? Ambil saja. Aku seringkali dapat jatah gratis dari kantorku saat kebagian sesi modeling di sana."
Sandra, selain seorang mahasiswi baru di universitas tempat Cristan bekerja sebagai seorang asisten professor, ia juga adalah seorang freelance model. Saat ini, ia banyak dipanggil untuk melakukan sesi pemotretan dengan majalah Fashion Blast yang sedang popular saat ini. Ke depannya, ada kemungkinan ia segera menanda tangani kontrak sebagai salah satu model tetap mereka.
Cristan tampak berpikir sebentar lalu bertanya, "Kapan kamu akan ke sana lagi?"
Sandra lalu menjawab," Kemungkinan sekitar 2 minggu lagi, setelah aku beres ujian semester ini. Kenapa? Kakak mau ikut?"
Cristan mengangguk singkat. Anggukannya segera disambut dengan sebuah ciuman yang sangat antusias dan menggebu-gebu dari Sandra.
"Benar ya?"
"Ya…"
Sandra senang sekali. Ia sudah bisa membayangkan tatapan kagum dan sekaligus iri ketika teman-teman modelnya melihat Cristan yang super tampan sebagai pasangannya. Membayangkannya saja sudah membuat Sandra melompat-lompat gembira di alam khayalnya. Ia tak memperhatikan wajah Cristan yang berubah serius saat terus mengamati majalah tersebut di atas tangannya.
Fashion Blast. Akhirnya, ini waktunya aku menapakkan kaki di hadapanmu!
..........
Selepas mengantar Sandra pulang, Cristan lalu menutup jendela karena hari sudah mulai malam dan walaupun pemandangan kota yang terlihat dari luar jendela sangat cantik, angin yang berhembus sangat dingin.
Pandangan Cristan tak sengaja tertumbuk pada pintu kamar Arissa yang sedikit terbuka dan pelan, ia lalu membuka pintu tersebut lebih lebar. Di dalamnya, ia melihat Arissa sedang tertidur pulas di atas lantai sambil tersenyum. Melihat hal ini, bibir Cristan ikut tersenyum dan menggendong tubuh Arissa lalu meletakkannya di atas sofa dengan hati-hati. Tak lupa, ia juga menyelimuti tubuh Arissa dengan selimut tebal supaya hangat.
Melihat wajah cantik Arissa yang sedang tertidur pulas, Cristan tak tahan untuk sekedar memberikan kecupan kecil di pipinya sebelum ia beranjak pergi tapi tiba-tiba tangan Arissa menahan tangannya.
"Terima kasih…."
Mata Arissa masih terpejam. Bunyi nafasnya masih stabil dan teratur. Ucapannya barusan hanyalah seperti sebuah igauan saja tapi mampu membuat hati Cristan begitu hangat dan nyaman saat berada di sisinya.
Perlahan, Cristan menggenggam tangan mungil tersebut, mencium punggung tangannya sebelum kemudian mengembalikannya lagi ke atas sofa.
"Sama-sama…"
Malam ini, sebuah perjalanan panjang untuk mereka berdua akan segera dimulai.