Chereads / The Roommate 1 / Chapter 17 - 17 KELAHIRAN KEMBALI

Chapter 17 - 17 KELAHIRAN KEMBALI

Mata Suster Hua menyipit saat mendengar keseluruhan cerita tentang gadis malang tersebut dari mulut Jose.

Blu?

Nama macam apa itu?

Seperti nama anjing peliharaan saja.

Suster Hua tidak pernah habis pikir kalau ada seseorang yang tega untuk memberi nama seorang anak dengan nama asal-asalan seperti itu. Apalagi seorang ibu, tapi kenyataannya berkata lain. Suster Hua lalu mendesah nafas panjang. Sebuah nama baru lalu tiba-tiba muncul dalam benaknya.

Perlahan, bersama dengan Jose, mereka berdua lalu memasuki kamar tidurnya dan melihat gadis itu sedang kembali menjemur dirinya di bawah siraman matahari pagi sambil memejamkan matanya.

Mendengar suara langkah yang perlahan mendekatinya, gadis itu membuka matanya dan menoleh ke asal suara. Di sampingnya, Suster Hua duduk mendekatinya dan membelai punggungnya dengan lembut. Tidak ada lagi tatapan kebencian dan kesepian yang dulu ada di dalam sepasang mata biru itu. Raut wajahnya sudah berseri dan ada sedikit rona kemerahan di kedua pipinya. Dibandingkan pada saat ia datang dulu, gadis ini sudah berubah menjadi seorang wanita normal yang baru saja bangun tidur. Walaupun penampilannya berantakan, ada kecantikan alami yang tetap terpancar dari dalam dirinya.

"Bagaimana keadaanmu?"

Gadis itu tersenyum manis dan mengacungkan jari jempolnya. Suster Hua tersenyum.

"Syukurlah kalau begitu.."

"Dengarkan aku, nak. Mulai sekarang… namamu bukan lagi Blu. Dimulai dari hari ini, namamu adalah Arissa. Kau dengar? Arissa Nova. Kau adalah wanita dan ibu terbaik yang pernah ada. Nova berarti kuat dan cemerlang. Kau adalah seorang wanita tangguh dan pejuang yang diberkati dengan wajah yang sangat cantik. Masa depanmu akan sangat cemerlang dan aku yakin kau akan menjadi seorang wanita yang luar biasa di masa depan…."

Gadis itu terhenyak kaget saat mendengar semua kata-kata tersebut mengalir keluar dari mulut Suster Hua. Tatapan matanya yang penuh kasih telah menghancurkan benteng terakhir dan pertahanan diri di dalam jiwa gadis tersebut. Perlahan, air matanya mulai meleleh mengaliri kedua pipinya. Suster Hua lalu menyeka air matanya dengan lembut sambil bertanya

"Kau suka nama itu?"

Gadis itu mengangguk keras dan langsung memeluk Suster Hua erat-erat sambil menangis bahagia. Belum pernah ada seseorang yang sebaik ini padanya dari dari pertama kelahirannya di atas muka bumi ini. Belum pernah ada seseorang yang mencurahkan kasih sayangnya secara penuh seperti yang dilakukan oleh Suster Hua dan Jose.

"Aris….sa Nova…"

Gadis itu mengulang nama barunya dengan terpatah-patah.

"Ya… Arissa Nova…"

"Arissa… Arissa… Arissa…"

Gadis itu terus menerus mengulang nama barunya dengan bahagia sambil terus memeluk erat Suster Hua sementara Suster Hua memeluk gadis itu sambil menepuk-nepuk punggungnya dengan penuh kasih sayang. Pagi ini, seorang jiwa baru telah lahir. Gadis itu telah terlahir kembali dengan sebuah identitas baru. Tidak ada lagi Blu tapi Arissa Nova.

Mata Jose berkaca-kaca saat melihat pemandangan tersebut. Ia teringat masa lalunya sendiri ketika tanpa sengaja terpergok sedang mencuri roti di pasar oleh Suster Hua dan akhirnya wanita itu yang membayar hasil curiannya. Hari itu adalah hari ketujuh ia berada di jalanan dan ia kelaparan.

Nalurinya hanya berkata untuk bertahan hidup dengan segala cara, tapi di hari itu, ia bertemu dengan dewi penyelamatnya. Mulai hari itu, kakinya mulai menjejak masuk ke dalam kehidupan wanita tua tersebut. Jika Suster Hua tidak muncul di hari itu, nasibnya mungkin sudah berada di selokan jalanan kota sambil mengemis tanpa harapan. Sekarang, perlahan, ia sudah dapat menapaki bayangan masa depannya sendiri dengan kedua kakinya.

.................

Dengan penuh kasih, Suster Hua lalu melepaskan rangkulan gadis itu dan membawanya keluar kamar untuk bertemu dengan anak-anak panti asuhan.

Arissa masih tampak bingung saat ia berada di luar kamar serta memandang anak-anak kecil yang menatapnya dengan tatapan bingung. Seakan-akan ia adalah seorang alien. Tapi kemudian, sebuah perintah tegas keluar dari mulut Suster Hua.

"Arissa, sekarang kau harus mandi. Anne akan membantumu untuk membasuh tubuhmu."

Seorang wanita muda bermata sendu lalu berjalan mendekati mereka. Melihat kehadirannya, Arissa beringsut mundur sedikit tapi kemudian Suster Hua menenangkannya.

"Tidak apa-apa. Aku dan Jose akan menunggumu di sini.."

Arissa mengangguk pelan dan segera berjalan menuju ke kamar mandi sambil digandeng oleh tangan Anne. Setelah kepergiannya, Suster Hua lalu menatap wajah Jose.

"Terima kasih ya?"

Jose menggelengkan kepalanya dengan lembut sambil menggenggam tangan Suster Hua.

"Tidak apa-apa, Ibu. Bagaimana keadaanmu?"

Suster Hua mengangguk pelan sambil tertawa kecil. "Tidak pernah lebih baik…"

Tak lama, sebuah wangi sabun yang segar menyapa hidung mereka berdua. Sebuah sosok wanita jangkung dengan rambut setengah basah dan wajah malu-malu mendekati mereka berdua.

"...mmm…. Ibu? Bagaimana penampilanku?"

Mereka berdua menoleh ke arah asal suara dan mata Jose terbelalak kaget sambil menutup mulutnya.

Di hadapan mereka, tampak seorang wanita yang sangat…sangat cantik. Rambutnya yang setengah basah dan jatuh membuat bentuk wajahnya yang simetris semakin jelas. Matanya yang besar dan bulat tampak pas dengan wajahnya. Belum lagi bentuk hidungnya yang bangir dan mancung seperti dipahat sempurna. Sementara kulitnya yang putih nampak berseri dengan wangi sabun beraroma bunga tercium dengan sangat harum. Penampilannya yang sekarang setelah Arissa membersihkan dirinya, benar-benar sangat bertolak belakang dengan gadis lusuh sebelumnya.

"A…Arissa?" tanya Jose takjub. Ia benar-benar tak bisa berkata-kata sama sekali.

Gadis ini benar-benar seperti seorang dewi!

Arissa mengangguk malu-malu.

"Iya, ini aku. Kenapa?"

"Kau … terlihat… sangat …..berbeda."

Arissa tersenyum sekali lagi. Kali ini, Jose benar-benar tidak bisa melepaskan pandangannya dari gadis surgawi ini sama sekali!

"Arissa, mulai hari ini, kau akan belajar banyak sekali di sini. Kau harus belajar disiplin dan menjadi contoh yang baik untuk adik-adikmu di asrama ini. Bisa?"

Arissa mengangguk tegas.

"Apakah kau bisa membaca dan menulis?"

Arissa menggeleng. Suster Hua mendesah nafas panjang. Jose menepuk jidatnya.

"Baiklah… mulai siang ini, kau akan belajar banyak sekali hal-hal baru termasuk membaca dan menulis juga.."

Tanpa banyak bicara, Arissa lalu mengangguk sekali lagi.

"Baik…"