Jose hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal setelah mendengar seluruh penjelasan Suster Hua. Entah ia harus menangis atau tertawa setelah mendengar cerita tersebut. Ibu asuhnya ini benar-benar memiliki bakat alami untuk menarik masuk "biang masalah" dalam kehidupannya.
Syukurlah, ia berkunjung di saat liburan kuliah sehingga ia bisa menghabiskan waktunya lebih lama di sini. Sekaligus, mungkin ia bisa memberikan sedikit bantuan pendekatan psikologis pada gadis aneh tersebut.
"Ok… kebetulan aku sedang libur sehingga aku bisa membantumu mengurus gadis tersebut."
"Anne, tolong rawat Suster Hua. Biarkan ia tinggal di kamarmu sementara ini."
"Dan kalian, untuk sementara ini, bantu Suster Hua ya? Artinya tidak boleh nakal dan harus rajin membersihkan panti asuhan."
Dalam sekejab, Jose lalu memberikan beberapa instruksi singkat pada Anne dan anak-anak asrama segera menganggukkan kepala mereka dan langsung menjalankan semua instruksi dengan sigap dan cepat. Suster Hua langsung dipindahkan ke dalam kamar Anne sementara anak-anak asrama langsung bergerak untuk menyapu dan membersihkan halaman asrama.
Jose memang selalu memiliki aura kepemimpinan alami. Apapun yang ia katakan, akan selalu mereka ingat dan lakukan. Selalu begitu dari dulu.
Dalam sekejab, ruang tamu itu sudah sepi. Jose hanya bisa menghela nafas panjang dengan berat hati. Tahun ini, liburan kuliahnya akan terasa sangat lamaaa.
.................
Gadis itu baru saja menidurkan bayinya ketika Jose perlahan masuk sambil membawa nampan yang berisi makan siang. Ia lalu melihat kea rah Jose dengan tatapan mengancam. Jose hanya pura-pura acuh sambil tetap menjaga jarak dan meletakkan nampan tersebut di atas meja belajar.
"Suster Hua sedang sakit jadi untuk sementara, aku yang akan mengantar makanan untukmu."
"Dan.. aku akan selalu menaruhnya di sini…"
Setelah menaruh nampan tersebut dengan hati-hati, Jose lalu berjalan keluar perlahan sambil menutup pintu dan diikuti dengan tatapan curiga gadis tersebut. Malamnya, Jose melakukan hal yang sama dan menukar nampan yang berisi piring kosong dengan makanan baru. Dan begitu seterusnya, Jose melakukan hal yang sama terus-menerus selama 2 minggu dengan telaten. Jose juga bersiaga penuh dan tidur di ruang tamu pada malam hari, jadi ketika gadis aneh itu mulai berteriak karena mimpi buruknya, Jose bisa segera menenangkannya. Sementara perlahan-lahan, kesehatan Suster Hua mulai membaik dibawah perawatan Anne.
Tepat ketika menginjak minggu ke 3, Jose sedang membuka pintu kamar perlahan ketika tiba-tiba ia melihat sesosok siluet gelap tepat di depannya. Jantungnya terasa mau copot ketika mendadak sosok tersebut mengambil nampan dari tangannya dengan lembut dan meletakkannya di atas meja rias lalu menyerahkan nampan kosong kepadanya.
Mata biru cerahnya tidak lagi waspada tapi mulai melembut dan bersahabat. Walaupun gadis ini tidak bicara apapun, Jose tahu kalau gadis ini mulai menerima kehadirannya. Ini pertanda baik.
Walaupun tidak tahu kapan, Jose yakin kalau gadis ini akan mulai membuka dirinya cepat atau lambat. Jose tidak akan memaksa. Setidaknya untuk sekarang…
Seminggu berikutnya, gadis itu lalu mulai membiarkan pintu kamarnya terbuka sedikit sehingga Jose tidak perlu repot untuk mengetuk atau membuka pintu lagi. Lalu, walaupun keadaan kamar sedikit pengap dan gelap karena gadis itu tidak pernah membuka jendela, Jose tahu kalau kehadirannya selalu dituggu oleh gadis itu. Pagi itu, setelah Jose menaruh nampan di atas meja, gadis itu berjalan mendekatinya sambil membawa bayi di dalam dekapannya.
Ia lalu memberikan bayi yang ada di dalam gendongannya kepada Jose dengan sangat hati-hati seakan-akan ia menitipkan separuh hidupnya ke dalam tangan pemuda tersebut. Jose lalu menggendong bayi tersebut dan memandang kepada wajah mungilnya yang bulat, pipinya yang tembem, dan mulutnya yang kecil. Bayi itu sedang tidur dan terlihat sangat menggemaskan. Gadis itu mengamati Jose lalu perlahan sebuah senyum kecil mengembang di wajahnya.
"Bayi ini… laki-laki?"
Gadis itu mengangguk.
"Sudah berusia berapa bulan?"
Gadis itu kembali menjawab dengan menunjukkan angka tiga menggunakan jarinya.
Jose lalu menimang-nimang bayi itu sebentar kemudian menyerahkannya kembali pada gadis aneh tersebut.
"Ia tampan sekali…."
Gadis itu lalu tersenyum manis dan kembali membaringkannya di atas kasur.
"Udaranya agak pengap di sini. Apakah aku boleh membuka jendelanya?' tanya Jose ragu-ragu sambil meminta izin kepada gadis tersebut. Gadis itu terlihat terkejut dengan permintaannya dan melihat ke arah tirai jendela dengan rasa takut.
"Tidak apa-apa. Aku di sini. Tidak ada seorangpun yang akan bisa menyakitimu sekarang…"
Seakan bisa melihat kekuatiran gadis tersebut, Jose lalu mencoba melunakkan hatinya.
Gadis itu lalu mengangguk sekali lagi dan mengizinkan Jose untuk membuka tirai jendela. Pelan, Jose lalu menyibak tirai jendela di dalam kamar.
Srttttt… suara tirai jendela yang digeser ke samping, mengizinkan sebuah cahaya keemasan masuk dan menerangi ruangan dalam sekejab. Melihat pemandangan itu, mata gadis terbelalak kaget. Secara otomatis, tubuhnya mendekati sumber cahaya tersebut dan tangannya menyentuh kehangatan sinar matahari untuk pertama kalinya.
"Ini… apa?" tanya gadis itu lirih. Ia masih terpesona dengan cahaya matahari pagi yang sedang dilihatnya sekarang.
Melihat respon gadis tersebut, Jose bertambah bingung. Bagi orang normal seperti dirinya, sinar matahari pagi hanyalah sebuah hal biasa. Tapi bagi gadis ini… kelihatannya…
"Ini sinar matahari pagi… kenapa?"
"Hangat….. aku suka…."
Air mata kebahagiaan langsung mengaliri wajah gadis tersebut dan ia beringsut maju untuk membenamkan dirinya dalam siraman sinar matahari pagi tersebut sambil memejamkan mata dengan penuh rasa puas.
Di bawah cahaya matahari pagi, Jose baru bisa melihat fitur tubuh dan wajah gadis itu secara keseluruhan. Kulitnya pucat dan ada lingkaran hitam besar di kedua matanya. Tubuhnya kurus sekali dan rambut panjangnya kusut berantakan. Walaupun begitu, bentuk wajah gadis ini sangat simetris dan tubuh jangkungnya sangat sempurna sebagai seorang model. Jika ia merawat diri saja, kecantikannya pasti akan langsung terpancar keluar.
Gadis tersebut terus berjemur di bawah sinar matahari pagi sampai tubuhnya berkeringat dan perlahan ia lalu membuka matanya. Sekarang, sepasang mata birunya tidak lagi penuh rasa takut dan curiga seperti sebelumnya, tapi bersinar-sinar dengan rasa bahagia. Gadis itu lalu menatap Jose dengan tatapan penuh rasa terima kasih.
"Siapa namamu?" tanya Jose penuh rasa ingin tahu.
"Blu…"