"Tom...,tunggu...!" teriak seorang gadis setengah berlari, rok panjang yang ia kenakan hari itu benar benar menyulitkan gerakannya.
"cepatlah nan..., sudah hampir mulai nih," jawab Tomi dengan langkah yang lebih lebar. Hari itu, ia diwisuda.
Setelah hampir dua semester berjuang, hari bersejarah itu pun tiba, tentu saja dia tidak sendirian, ada Nancy yang selalu membantu dan mendukungnya. Seringnya bertemu, membuat benih cinta tumbuh di hati Tomi, namun demi kelulusannya, sedapat mungkin ia tepis perasaan itu.
"Nan, terima kasih ya atas bantuan dan support kamu," ucap Tomi selesai acara wisuda.
"Santai saja..., itulah gunanya sahabat," jawab Nancy seraya menepuk bahu Tomi. "kalau begini kan gagah," sambungnya.
"Nan..., ada yang mau kakak omongin," Tomi berkata lirih, mendadak ada keraguan di hatinya.
Sekian detik terdiam, akhirnya terucap juga perasaan yang selama ini ia pendam. Gayung bersambut, Nancy menerima cintanya.
"Terima kasih ya, sudah menerima cinta kakak," tukasnya sambil tersenyum dan menggandeng tangan Nancy
*******
Tiga tahun berlalu, Tomi kini sudah menjadi pengusaha sukses, bisnis kuliner yang ia rintis sukses di pasaran, tak heran kini ia sering diminta jadi narasumber seminar-seminar wirausaha. Namun demikian,ia sebisa mungkin selalu meluangkan waktu bersama. Seperti malam itu, saat dia sedang berkumpul bersama dua orang sahabatnya.
"Aku pamit dulu, ya, mau jemput Nancy" pamitnya
"Ah... gak seru ah, Nancy terus yang diurusi!" protes Adi , salah satu sahabat.
"Udah ah, bye...!" pungkas Tomi sambil berlalu meninggalkan gerutuan sang sahabat.
"Tuh lihat temanmu sekarang, udah lupa dia dengan kita kita ini, sahabat yang selalu support dia !" keluh Adi pada Abdul. Abdul hanya bisa tersenyum mendengarnya.
"Harusnya kamu tuh nyontoh dia, betapa dia setia dan perhatian sekali dengan Nancy, gak seperti kamu..." jelas Abdul sambil memainkan alisnya.
"Apaan sih kamu ini, jangan salah, meski playboy, aku juga perhatian, aku juga setia kok ..."
uhuk ... uhuk ..., penjelasan Adi terpotong saat ia tersedak tempe mendoan favoritnya.
"Rasain tuh..., kesedak kan...,dibilangi malah membantah," ledek Abdul yang ditimpali senyum sang sahabat. Mereka lalu tergelak bersama. itulah sahabat sahabat Tomi kalau sedang berkumpul, saling ejek tapi tak sampai pecah. Mereka selalu solid mendukung Tomi.
*****
"Makasih ya, mas, udah nganterin pulang, masuk dulu yuk, Nancy buatkan teh biar capeknya hilang," ucap Nancy coba menahan Tomi. Ia merasa ada yang aneh, tidak biasanya Nancy seperti ini.
'Okelah, mungkin dia mau curhat,' batinnya melihat gelagat kekasihnya malam ini.
"Oke..." jawab Tomi sambil menuntun motornya.
"Silahkan diminum, Mas !" sapa Nancy seraya mengangsurkan cangkir ke meja.
"Wah... nikmat sekali, teh buatanmu memang enak, by the way, ada apa nih, tumben ngajakin mampir?" tanya Tomi penasaran. Wajah Nancy pun merah padam, ia pun menggigit bibirnya.
"Kok malah diam, ayo Nan, kamu ada masalah apa, cerita saja," desak Tomi melihat Nancy yang malah diam.
Ia lalu menceritakan kegalauannya.
"Jadi kamu minta mas nikahi kamu?" Tomi pura-pura bodoh.
"Lah..., ya iyalah..., kita kan udah jalan tiga tahun, Nan butuh kepastian mas, Nan udah capek, Mas Tomi serius gak sih," Nancy menjawab dengan nada jengah.
Mendengar permintaan kekasihnya, Tomi pun langsung menggenggam tangan Nancy seraya berkata "Mas serius sama kamu, Nan, kalau mau, Mas sudah pacaran tuh sama pengagum Mas yang ganjen ganjen itu, tapi gak bisa, karena hati Mas sudah buat kamu. Kalau kamu minta keseriusan, oke, tunggu saja tanggalnya. Sekarang, kita berjanji disini, bahwa kita saling memiliki untuk selamanya"
Dan malam itu, bulan dan bintang jadi saksi terucapnya sebuah janji.