Chereads / Cinta Terakhir Tomi / Chapter 8 - The Last Love

Chapter 8 - The Last Love

Dengan sedikit ngebut, mereka tiba di cabang pamularsih dalam waktu sepuluh menit, saat sampai disana, tampak seorang wanita sedang marah-marah dengan kepala cabang. Tomi bergegas menghampiri wanita tersebut, sementara Sisca mengikuti.

"Halo, Tom, akhirnya kita bisa bertemu kembali," ucap wanita tersebut dengan nada ketus.

Tomi terkejut mendengar ucapan wanita tersebut, coba mengingat-ingat kapan mereka pernah bertemu.

Wanita tersebut baru saja hendak menjelaskan, saat Tomi mengenalinya, Wanita yang pernah ia temui saat putus dengan Nancy, yang akhirnya ia ketahui namanya Lulu

"Silahkan Mbak keluar, saya sudah tidak ada hubungan dengan Nancy, dia juga sudah menjelaskan siapa Mbak, jadi silahkan keluar!"

"Ini belum selesai, Nancy sangat terpukul mengetahui kamu mengabaikannya. Sekarang dia sakit, manggil-manggil kamu terus, maukah kamu ...!" ucap Lulu sambil meminta Tomi menemui Nancy.

Mendengar kabar Nancy sakit, amarahnya seketika luruh, namun kini sudah ada Sisca. Ia pun melirik sang kekasih. Sisca pun paham dan mengizinkan Tomi menemui mantan kekasihnya tersebut.

"Baiklah, ayo kita temui Nancy!" ucap Tomi sambil menggandeng tangan Sisca. ia tampak terkejut mendapat perlakuan dari sang kekasih.

Dengan menggunakan mobil milik Tomi, mereka bertiga bergegas menuju rumah Nancy, tak banyak pembicaraan diantara mereka. Beberapa kali Tomi melirik Sisca yang duduk sendiri di kursi belakang. Setengah jam kemudian, mereka sampai.

"Aku diluar saja ya, kamu masuk sendiri saja temui Nancy," pinta Sisca saat memasuki halaman rumah Nancy.

Tomi terdiam sejenak, ditatapnya mata sang kekasih, coba melihat kesungguhan di dalamnya. Sisca mengangguk paham seraya berkata kalau ia akan bersama Lulu yang dijawab dengan anggukan oleh Lulu.

Setelah mengantar Tomi ke kamar Nancy, Lulu pamit undur menemui Sisca. Dengan ragu, Tomi mengetuk kamar tersebut. Karena tak ada jawaban dari dalam, ia pun membuka pintu dengan hati-hati.

"Nan, kamu kenapa jadi begini?"

Mendengar suara Tomi, Nancy langsung terbangun, matanya memancarkan bahagia.

"Tom...," panggilnya lemah.

Tomi langsung memeluk Nancy erat. Ada isak yang terdengar ditengah bisik lirih Nancy.

"Jangan pergi, Tom, aku tidak mau kehilanganmu,"

"Siapa yang akan pergi, kita bisa terus berhubungan, hanya saja sebatas teman, silahkan kalau kamu mau ..." jelas Tomi setelah melepas pelukannya.

"Apa kamu mencintai perempuan itu?"

Dengan mantap, Tomi pun mengiakan.

"Nan, cerita cinta kita sudah berakhir, tolong mengerti ya, bagaimanapun caramu, tidak akan membuatku kembali. Kita hanya bisa menjadi sahabat, tidak lebih. Daripada kamu seperti ini terus, bukankah lebih baik kalau kamu memperbaiki diri, carilah penggantiku, aku yakin kamu bisa," jawab Tomi saat Nancy bertanya tentang kemungkinan mereka kembali bersama.

Sontak jawaban Tomi tersebut membuat Nancy histeris, hatinya terasa hancur.

Teriakan Nancy tersebut membuat Lulu dan Sisca bergegas masuk. Lulu coba menenangkan sahabatnya tersebut. Sementara Sisca hanya terdiam. Setelah sedikit tenang Nancy menatap Sosok yang telah menggantikan posisinya.

"Jadi kamu, yang sudah memenangkan hatinya, apa kamu mencintainya?" tanya Nancy dengan tatapan nanar.

"Nancy, sudahlah, dia ...," pinta Tomi terputus saat Nancy membentaknya, memintanya untuk diam.

Dengan mantap, Sisca menjawab bahwa dia mencintai Tomi. Mendengar jawaban tersebut, Nancy pun sadar, kesempatannya telah tertutup. Dia pun meminta Sisca mendekat.

"Kamu tahu, kamu beruntung bisa mendapatkan hatinya, Tomi adalah sosok yang sangat menghargai dan menghormati wanita, dan dia juga laki-laki yang setia, aku sangat beruntung bisa mengenalnya. Aku minta padamu, tolong jangan sakiti dia. Tolong jangan ulangi kesalahanku,"

Mendengar permintaan Nancy, Sisca mengangguk pelan. Untuk sesaat, Nancy menatap tajam ke arah Sisca, coba melihat kesungguhannya.

"Baik, sepertinya inilah akhirnya, aku ikhlas kalian bersama, aku akan berusaha untuk tidak menghubungi atau bertemu...," ucap Nancy lirih sambil terisak.

"Kenapa harus begitu, aku tak masalah jika kamu mau bertemu Tomi," potong Sisca cepat.

"bukan seperti itu caranya," lanjutnya sambil menggenggam tangan Nancy.

Tomi yang menyaksikan moment tersebut hanya bisa terdiam, pikirannya berkecamuk. Sementara Sisca membisikkan sesuatu pada Nancy.

Entah apa yang dibisikkan, namun kemudian mereka berpelukan, Nancy pun tampak tersenyum.

"Terima kasih ya, Mbak," ucap Nancy setelah melepas pelukannya.

"Ya sudah kalau begitu, kami berdua pamit dulu, ingat pesanku tadi, kamu pasti bisa, yuk Tom!"

Tomi yang masih bingung pun terdiam beberapa saat, seolah tak mendengar ajakan Sisca.

Sebuah lambaian tangan membuatnya tersadar.

"Ayo pulang, malah bengong disini!" seru Sisca gemas yang langsung ditanggapi dengan jawaban singkat oleh Tomi.

Sepanjang perjalanan pulang, mereka terdiam, sampai akhirnya ....

"Sis ... soal yang tadi, apa kamu serius, gak cemburu atau takut gitu?"

Sisca tertawa kecil mendengar pertanyaan kekasihnya tersebut, membuat Tomi kebingungan, ia merasa tidak ada yang lucu dari pertanyaannya.

"Aduh Tom, kita udah dewasa, rasanya sudah tidak perlu drama drama cemburu seperti anak ABG. Aku juga percaya kamu mampu menjaga hati. Kalau sampai selingkuh, ya tanggung sendiri akibatnya. Jaga kepercayaanku, ya,"

"Siap, laksanakan!" ucap Tomi seraya menirukan sikap hormat. Mereka lantas tertawa bersama.

Mobil terus melaju, membelah jalanan yang padat karena jam pulang pekerja. Mendekati rumah Sisca, mendadak Tomi menepikan mobilnya.

"Kenapa Tom, kok berhenti?" tanya Sisca bingung.

"Anu...mas kelupaan sesuatu,"

"Kelupaan apa mas, dimana?" tanya Sisca panik.

Melihat kepanikan kekasihnya, Tomi tersenyum kecil.

"Lupa bilang i love you, hehehe,"

Sisca memekik gemas melihat kelakuan Tomi barusan, ia pun melemparkan tas jinjing yang ia pakai. Sementara Tomi tertawa lepas.

"Apaan sih, gak lucu banget, bikin panik orang aja!"

Untuk beberapa saat, Tomi masih tertawa, namun melihat wajah jutek kekasihnya, ia segera memasang mimik muka serius.

"Sorry ya, tapi sebenarnya ada yang mau mas omongin sama kamu,"

Untuk sesaat, Sisca menatap tajam kekasihnya, siapa tahu dia sedang bersandiwara lagi.

"Ya sudah, mau ngomong apa, awas kalau bercanda lagi?!"

Tomi menghela napas panjang, coba mengumpulkan keberanian, dan akhirnya ...

"Mas ...ah... maksudku ... Ki ...," ucap Tomi terbata. Entah kenapa kata-kata yang sudah ia susun tiba-tiba saja berantakan.

"Ada apa sih, kamu mau ngomong apa?" tanya Sisca sambil menggenggam tangan Tomi.

"Ah, sudahlah, besok saja ngomongnya, sekarang aku antar kamu pulang dulu, sudah malam juga," tukas Tomi sembari mengalihkan pembicaraan, yang membuat Sisca semakin bingung.

Setelah selesai mengantar Sisca pulang, Tomi langsung ke rumah, ia ingin mengutarakan niatnya menikahi Sisca pada kedua orangtuanya.

"Apa kamu yakin, Tom?" Tanya Mamanya mendengar rencana anaknya, ia tak ingin anaknya kembali terluka seperti yang dulu.

"Insya Allah, kali ini Tomi yakin, bahwa Sisca adalah jodohku,"jawabnya mantap.

Melihat kesungguhan dan kemantapan anaknya, kedua orangtuanya hanya bisa merestui.

"Kemarilah, nak, papa bangga akhirnya kamu berani membuat keputusan besar, papa juga merasa kalian berjodoh," ucap papanya seraya merentangkan kedua tangannya.

"Terima kasih untuk restu kalian," ucap Tomi lirih dan langsung memeluk kedua orangtuanya.