Malam itu Tomi tak bisa tidur, pikirannya terus melayang pada keputusannya malam tadi, mendadak kenangan buruk bersama Nancy kembali menyeruak.
"Ah, kenapa kenangan itu muncul lagi!" ucap Tomi sambil mendengus.
Tak lama, Tomi mengambil handphonenya. Ia tatap wajah Sisca yang ia pakai sebagai wallpaper.
'cantiknya Sisca ku, terimakasih sudah hadir di hidupku,'
Karena masih tak bisa tidur, Tomi pun keluar dari kamar. Ketika sampai di ruang tengah,ia melihat kakaknya masih terjaga, menonton film favoritnya. Tomi pun mendekat.
"Gak bisa tidur,Tom?"
"Iya nih kak, Tomi...," jawab Tomi mengambang.
"Kenapa,ada apa?"
Untuk beberapa saat, Tomi tak menjawab pertanyaan kakaknya tersebut, namun akhirnya ia pun menceritakan masalahnya.
"Lho tadi kayaknya sudah yakin banget, kenapa sekarang ragu lagi?"
"Ya itulah, mendadak bayang bayang kegagalan waktu itu muncul lagi," jelas Tomi lirih.
Melihat keraguan sang adik, kakaknya coba memberi masukan.
"Oke, kakak paham soal itu, tapi harus diingat, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya nanti. Mengingat kenangan buruk boleh-boleh saja, tapi jangan buat itu sebagai penghalang untuk melanjutkan hidup. Buat itu sebagai pelajaran hidup. Sekarang coba tanya ke diri sendiri, kenapa tadi kamu yakin melamar Sisca,"
Tomi terdiam,ia coba meresapi nasehat kakaknya barusan.
"Saat bersama dia, Tomi merasa nyaman, bisa jadi diri sendiri, dan dia membuat Tomi jadi orang yang lebih baik...," jawab Tomi tercekat. Tak berapa lama setetes air mata jatuh.
"Itu berarti dia jodoh kamu, sudah, lupakan semua kenangan burukmu itu, hidup harus terus melaju. Mulai kisah barumu dengan Sisca,"
Mendengar ucapan kakaknya, keyakinannya kembali membuncah. Ia pun kembali teringat peristiwa di warung kemarin.
"Terimakasih ya kak, sekarang Tomi sudah yakin kalau keputusan ini adalah keputusan yang tepat," ucap Tomi sambil tersenyum lega. Tak lama kemudian Tomi pun pamit tidur.
Keesokan harinya, setelah mengunjungi beberapa gerai, Tomi mengajak Sisca makan siang. Setelah beberapa saat mencari tempat makan, restoran mie bandung pun menjadi pilihan mereka.
Sambil menunggu pesanan tiba, mereka larut dalam obrolan santai. Meski begitu jantung Tomi tak henti berdebar, beberapa kali ia tampak tidak fokus dan hanya menjawab sekenanya. Matanya terus memperhatikan sang kekasih.
"Kamu kenapa, kok dari tadi kamu kayak kurang fokus, kamu capek, ya?"
"Ah, anu, gak kok,mas gak capek kok, mas cuma...," jawab Tomi terbata-bata. Ucapannya terpotong saat pelayan datang membawa pesanan mereka.
"Kita makan dulu yuk, udah lapar nih, hehehe,"
Sisca pun hanya mengangguk.
Selesai makan, mereka memutuskan untuk jalan-jalan dulu. Sepanjang perjalanan, Tomi lebih banyak diam. Selain fokus mengemudi,ia sedang mengumpulkan keberanian untuk melamar sang kekasih.
Setelah hampir setengah jam berkendara, Tomi mengarahkan mobil menuju pantai, tempat pertama kali mereka jadian.
"Turun yuk, kita jalan-jalan disini sebentar!" Ajak Tomi seraya turun dari mobil. Sisca pun mengikuti.
"Kamu tuh suka banget ya sama pantai ini, perasaan udah lebih dari 5 kali kita ke pantai ini?"
Mendapat pertanyaan itu, Tomi pun menghentikan langkah, ia pun terdiam.
"A...anu, aku gak ada maksud untuk...," ucap Sisca merasa bersalah saat melihat reaksi Tomi seperti itu.
"Kamu gak salah, ini memang tempat favorit aku, banyak kisah indah disini...," jelas Tomi dengan suara bergetar.
"Maaf kalau sudah buat kamu sedih," ucap Sisca lirih. Dipegangnya tangan sang kekasih.
"Di tempat ini, aku menutup kisahku bersama Nancy, di sini pula aku membuka lembaran baru denganmu, apa kamu lupa dengan itu, lihat dermaga itu!"
Tanpa terasa, air mata membasahi pipi Sisca mendengar ucapan tersebut. Bagaimana bisa dia melupakan momen pagi itu.
Tomi mengambil napas panjang, ia mengumpulkan segenap keberanian untuk melamar kekasihnya itu,ia yakin waktu ini adalah waktu yang tepat.
"Dan sekarang, aku ingin menambah satu lagi kisah indah disini,"
Kini giliran Sisca yang mematung, otaknya tiba-tiba blank, ia coba memahami ucapan Tomi barusan.
"Maukah kau menikah denganku?"
Meski terkejut dengan lamaran Tomi, Sisca coba tetap tenang. Setelah beberapa saat terdiam, Sisca pun mengangguk pelan, dan senja kala itu menjadi saksi dari akhir perjalanan cinta Tomi.
Flashback off.
"Tom, ayo keluar,kamu ngapain di dalam sana, di luar sudah pada nunggu lho ini, masak calon pengantin seperti itu!" Panggil ibunya setelah Tomi tak juga keluar dari kamar rias.
"Iya Bu, ini baru merapikan baju," jawab Tomi asal. Tak lama kemudian ia pun keluar. Benar saja, di ruang tamu sudah menunggu para kerabat. Tanpa menunggu lama, mereka menuju rumah Sisca.
Setelah beberapa saat, rombongan keluarga Tomi tiba di rumah Sisca. Perasaan gugup menjalari Tomi, namun di sisi lain ia merasa bahagia. Setelah melalui serangkaian prosesi, tibalah saatnya ijab kabul.
"Saya terima nikah dan kawinnya Sisca Nurohmah binti Abdulah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang senilai dua belas juta dibayar tunai," ucap Tomi dengan sedikit bergetar namun mantap.
"Sah?"tanya penghulu yang dijawab "sah" oleh saksi.
Tangis haru pun pecah setelah Tomi selesai mengucapkan ijab kabul.
***
Tak terasa, sepuluh tahun sudah mereka bersama, banyak kisah yang tercipta. Terkadang timbul perselisihan diantara mereka, namun semua bisa terselesaikan dengan baik. Dan kebahagiaan mereka semakin lengkap dengan kehadiran dua buah hati, berusia 6 dan 3 tahun.
Untuk merayakan hari pernikahan tersebut, Tomi dan Sisca pun sepakat untuk pergi ke tempat mereka jadian. Disana mereka berjalan santai sambil mengenang masa-masa pacaran. Di sebuah gazebo kecil mereka memutuskan untuk berhenti sejenak.
"Kita istirahat dulu yuk disini, capek banget jalan dari tadi," usul Tomi sambil menghela napas panjang. Sisca pun menurut.
Hampir 15 menit tak ada percakapan diantara mereka, mereka hanya menatap senja di kejauhan, sampai kemudian...
"Terima kasih ya, atas sepuluh tahun terindah yang kamu beri. Terima kasih sudah mau bersabar menghadapi sikap mas yang kadang bikin emosi," ucap Tomi sembari menggenggam lembut jemari sang istri.
"Iya mas, terima kasih juga untuk semua cinta dan perhatian mas ke Sisca, love you, my husband,"
Mereka pun kemudian bergandengan tangan dan menatap senja di Pantai favorit Tomi.
"Semoga kisah kita bisa bertahan sampai usia senja," bisik Tomi lembut.
"Aamiin," jawab Sisca seraya menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.
Tamat.