William sudah bangun sejak pagi. Ia menyiapkan semua perlengkapannya. Bahkan kali ini ia tak memakai alat pelacak dalam bentuk apapun. Kali ini ia bukan masuk ke sarang mafia kelas teri. Melainkan sudah setara dengan ikan hiu ganas yang kelaparan.
William menyiapkan mentalnya. Ia berangkat pukul 8 pagi menuju ke mansion Axton dekat pantai Nantasket. Sekitar 30 menit William sudah sampai di mansion Axton di Massachusetts. Ia turun membawa tas slempang model silinder dengan kaos ketat polos hitam dan celana jeans serta sepatu boots.
Meskipun sudah bergaya casual, namun kesan militer masih tak bisa lepas dari dirinya dan William mewaspadai hal itu. Ia sudah menyiapkan acting dan dramanya akan segala kemungkinan terburuk. CIA tak akan ikut campur dalam hal ini, mereka akan menunggu laporan dari William. CIA hanya mengawasinya dari kejauhan.
Sesampainya di mansion, William sudah disambut oleh pihak keamanan dari Axton dengan pengecekan mobilnya. Apakah dipasang GPS terselubung, peledak dan lain sebagainya. Semua keperluan William juga dibongkar di halaman parkir kediaman Axton.
CCTV terlihat di setiap sudut mansion, entah berapa jumlah CCTV di dalam ruangan. William mengangkat kedua tangannya karena diperiksa seluruh tubuhnya. Ia bahkan diminta menelanjangi dirinya. William sampai geleng-geleng kepala tak percaya jika sistem keamanan Axton sangat ketat.
Tubuhnya pun di cek dengan alat pendeteksi penyadap. Seorang wanita Asia bermata tajam dan berwajah bengis mendatanginya dan meraba seluruh tubuh William. William sampai menahan nafas karenanya. Wanita itu bahkan tak sungkan ketika memegang kejantanannya tanpa ekspresi sedikitpun.
William sampai tak habis pikir dengan sistem keamanan macam ini. Setelah dinyatakan lulus, William tak diperbolehkan mengenakan pakaiannya. Ia diberikan celana dalam baru oleh petugas keamanan. William masuk setengah telanjang ke sebuah ruangan. Ia sempat khawatir dengan apa yang terjadi selanjutnya.
Ketika ia sampai di sebuah ruangan. Ternyata sistem pengecekan itu berlaku untuk semua calon. Sudah ada 15 orang di sana dengan berbagai jenis ras. William mendapat urutan nomor terakhir, 15. Ia tak menyangka jika dia urutan terakhir. William jadi malu sendiri. Ia berdiri gagah di samping kandidat lainnya.
Tak lama seorang wanita Asia berwajah dingin muncul dengan angkuhnya. Itu adalah wanita yang memeriksa William tadi. William berspekulasi jika wanita ini pasti asisten keprcayaan Axton. Meski tubuhnya ramping tapi ia terlihat kejam. William tetap berusaha tenang dan normal.
"Good morning boys. Terima kasih atas kedatangan kalian. Setelah ini kalian akan seleksi dalam kemampuan bertarung tangan kosong. Jenis bela diri apapun yang kalian lakukan, akan kami bebaskan. Tapi, tak boleh memukul atau menendang bagian kemaluan kalian. Aku tak mau kalian kehilangan masa depan dan kejantanan. Baiklah, pertarungan akan aku mulai dengan pengambilan nomor acak," ucap wanita Asia itu.
Semua orang terlihat gugup. Wanita itu mengambil dua buah nomor sekaligus yang digulung dalam sebuah kertas kecil dan langsung membukanya tanpa ragu dan basa-basi.
"13 dan 5. Silahkan," ucapnya sembari berpaling dan duduk dengan kaki menyilang.
Peserta dengan nomor 13 dan 5 langsung melangkah maju ke depan. Mereka saling berhadapan dan membungkuk hormat. Nomor 13 dengan gaya tinju dan no 5 dengan gaya judonya. William dan semua orang terlihat serius mengamati pertarungan itu.
Kedua calon sudah mempersiapkan kuda-kuda. Peserta nomor 13 perlahan mendekatinya dengan gaya khas petinju dengan maju perlahan sambil melompat-lompat kecil dan menggerakkan kedua kepalan tangannya. Peserta dengan teknik judo sudah bersiap dan terlihat fokus akan serangan tiba-tiba.
Dan benar, petinju itu melancarkan pukulan tangan kanannya lurus ke depan tepat di wajah peserta nomor 5. Dengan sigap petarung judo itu langsung menangkap tangan kanan petinju dan mencengkeram kuat serta merapatkan tubuhnya menyamping ke dada petinju itu.
Seketika, GRAB! SWING ... BRUKK! "Agh" petinju itu terlempar dan jatuh terlentang di atas lantai tanpa matras. Semua orang tertegun karena pejudo itu terlihat tenang dengan gerakan senyapnya.
Petinju itu tak menyerah. Ia langsung bangun dan kembali menyerang dengan pukulan-pukulan kuatnya bertubi-tubi tanpa memberi celah kepada pejudo itu. Pejudo itu menampik semua pukulan petinju bertubuh kekar yang 2x ukuran badannya dari si pejudo.
"Jangan terus mengelak, lawan balik! Jika tidak kau akan di diskualifikasi nomor 5!" lantang wanita Asia berwajah dingin dan berambut putih itu.
Pejudo itu tertegun dan hilang fokus. Sang petinju melihat kesempatan emas ini. Ia langsung menunduk dan saat pejudo itu kaget karena tak melihat si petinju di depannya, dari bawah, DUAKK! "Ugh!" si pejudo dihantam kuat dagunya dengan sebuah pukulan kepalan dari bawah oleh si petinju hingga kepalanya mendongak ke atas bahkan hingga ia terangkat beberapa centi dari lantai.
BRUKKK! "Ohokk ..." pejudo itu jatuh terkapar dan terlihat kesakitan. William melirik ke wanita Asia itu.
"Nomor 13 lolos. Nomor 5, tinggalkan tempat ini," ucapnya tegas.
Petinju dengan nomor 13 itu membungkuk hormat dan kembali ke posisinya. Pejudo itu mencoba berdiri dengan sempoyongan memegangi dahinya yang di rasa semua orang entah patah atau retak tapi membuat wajahnya merah padam dan pucat.
Ia tak dibantu atau di tolong oleh peserta calon kandidat ataupun para bodyguard Axton yang berjaga. Wanita Asia itu kini menatap William tajam. William tertegun dan mencoba untuk tenang. Wanita Asia itu tiba-tiba menunjuknya. Semua orang kaget.
"Kau, namamu William 'kan? Majulah. Dan kau, nomor 9, lawan dia," ucap wanita Asia itu dengan seringainya.
William maju perlahan ke area pertarungan. Lawannya kali ini mirip Igor. Bertubuh layaknya pegulat professional. William yang bertubuh lebih ramping itu menghela nafas pelan. Peserta nomor 9 menatap William tajam seolah-olah ingin meremukkan tulang belulangnya.
"Are you ready? Fight!" teriak wanita Asia itu memulai tanda pertarungan.
Peserta nomor 9 langsung berjalan maju dengan langkah cepat tanpa basa basi. William tertegun. Tak ada kuda-kuda atau apapun. William pun langsung bersiaga. Lelaki itu mengulurkan kedua tangan seperti ingin menangkap kedua bahu William.
William langsung menunduk dan menjulurkan kedua tangannya mencekik leher nomor 9 dari bawah. Tapi, seperti tak terasa cekikan kuat William, nomor 9 memegang pinggang William kuat dan mengangkatnya ke atas. William sampai melotot tak percaya dengan apa yang dilakukan lelaki itu.
William tau ia akan dilempar atau sejenisnya. Ia menarik tubuhnya merapat ke lelaki itu dan menekuk kedua kakinya. Tiba-tiba William melayangkan tendangan kedua kakinya ke dada lelaki itu dan melepaskan cekikannya.
Semua orang tertegun karena William mendorong dengan sangat kuat dimana lelaki itu masih memegangi pinggulnya. BUKK! "Ugh" lelaki itu melepaskan pegangannya dan terdorong mundur ke belakang beberapa langkah.
William jatuh denga punggung sebagai tumpuannya tapi dengan cepat ia langsung mengangkat kedua kakinya ke atas sebagai lontaran. William melengkungkan tubuhnya dan kembali berdiri tegap. Wanita Asia itu tersenyum menyeringai.
Kini William menyerang balik. Ia kembali mendatangi lelaki itu dan mengincar lehernya. PAKK! "Ohok!" William menyabet lehernya dengan tangan kanannya kuat seperti pisau. Lelaki itu seketika kesulitan bernafas. William berjongkok dan menarik kaki kiri lelaki itu kuat hingga dia jatuh terlentang.
Tak cukup sampai disitu, William langsung menaikinya dan menghajar wajahnya bertubi-tubi hingga hidung nomor 9 berdarah. Bahkan giginya patah dan ikut berdarah. William terlihat begitu keji dan menyerangnya tanpa ampun.
Semua peserta sampai menahan nafas dan mengerutkan kening melihat pemandangan horor itu.
"Enough! William you win," ucap wanita Asia itu.
Tapi, entah kenapa William seperti tak mendengar ucapan wanita Asia itu. William bahkan mencekiknya sekarang. Semua orang saling melirik. Wanita Asia itu mengambil pistol yang ia sembunyikan dibalik pinggangnya dan mengarahkan ke atap, DOR!
Semua orang tertegun. William menoleh seketika. Wanita Asia itu menatap William tajam.
"I said enough," ucapnya melotot pada William.
William tersadar. Ia melihat lelaki nomor 9 terlihat babak belur dan seperti hilang kesadaran. William langsung beranjak dari tubuh nomor 9 yang ia naiki. William membungkuk memberi hormat dan kembali ke posisinya.
"Kau dan nomor 13, pergi ke ruangan sebelah. Masih ada tes selanjutnya," ucap wanita Asia itu sembari memasukkan pagi pistol di pinggangnya.
William dan nomor 13 mengangguk mengerti. Saat William berjalan di depannya, wanita Asia itu kembali mengajaknya berbicara.
"MCMAP, kau pasti mantan marinir di Amerika Serikat. Kenapa kau keluar?" tanyanya tiba-tiba.
William tertegun dan berhenti seketika. Ia tak menyangka jika wanita Asia itu mengetahuinya. William diam sejenak.
"Ya. Mungkin karena aku terlalu hebat jadi aku dikeluarkan," jawabnya sombong.
Semua orang tersenyum seakan meledeknya. Wanita Asia itu tersenyum miring.
"Aku suka gaya sokmu. Semoga kau lolos di pertandingan selanjutnya."
William mengangguk pelan. Ia kembali berjalan ke sebuah pintu melewati lorong ke ruangan seleksi berikutnya dengan petinju nomor 13. Wanita Asia itu menatap kepergian William seksama.