Arjuna melihat helikopter yang terbang mendekatinya. Arjuna yang masih bergelantungan di tebing curam itu hanya meliriknya sekilas dan kembali memanjat dengan tangan kosong. William dan semua kandidat calon bodyguard Axton menatapnya seksama.
Helikopter Axton pun mendarat di atas tebing itu. Ternyata sudah ada Alex, bodyguard kepercayaan Han. Dia selevel dengan Sergei. Sergei pun segera keluar dari dalam helikopter dan mendatangi Alex lalu menyalaminya.
"Hallo, Alex. Good morning," sapa Sergei ramah.
"Good morning too, Sergei. Kau terlihat makin garang. Apa Yuki belum mencampakkanmu?" ledek Alex.
Sergei langsung melepaskan jabat tangannya dengan wajah kesal, Alex tersenyum geli. Tak lama, Arjuna mulai terlihat. Ia berkeringat hebat dan langsung berdiri dengan ngos-ngosan di ujung tebing itu. Alex mendatanginya dan memberikan handuk serta botol minum.
Arjuna dengan sigap menerimanya dan menyiramkan air dalam botol itu ke kepalanya hingga basah kuyup. Keringat dan air hampir tak bisa dibedakan lagi. Arjuna lalu mengelap kepala dan wajahnya dengan handuk dan melirik ke arah William dan yang lainnya. Alex membisikkan sesuatu pada Arjuna dan Arjuna pun mengangguk paham.
"Hallo, uncle Sergei. Long time no see," sapa Arjuna sembari mengajaknya berjabat tangan.
Sergei pun membalas jabat tangan Arjuna. Arjuna kembali melirik ke arah William dan yang lainnya sambil mengelap tangannya dengan handuk pemberian Alex.
"Mereka bertiga? Dari total 15? Hmm ... pastinya cukup tangguh," ucap Arjuna menatap William dan yang lainnya seksama.
"Kenapa tak kau uji sendiri?" tanya Sergei memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.
"Haha ... kau curang ya. Aku baru saja selesai, kau langsung mengajakku untuk bertanding," ucap Arjuna terkekeh.
Sergei merapatkan bibirnya menahan malu. Ia tak menyangka jika Arjuna tahu salah satu strateginya.
"Aku lapar, aku mau makan. Kalian sudah makan? Jika belum, bergabunglah bersamaku," ucap Arjuna ramah dan kini menerima kaos pemberian Alex.
Arjuna memakai kaos itu dan memberikan handuk basahnya kepada Alex. Tanpa ekspresi, Alex pun menerimanya. Arjuna berjalan begitu saja masuk ke helikopter Axton dan diikuti oleh Alex, bodyguardnya. Sergei juga langsung mengikutinya dan menjadi co-pilot. William, Shamus dan Ace hanya saling melirik dan ikut masuk ke dalam helikopter.
Tak lama, baling-baling helikopter pun berputar dan mulai melayang di udara. Helikopter itu terbang rendah mendekati sebuah rumah di bawah bukit. Di sana sudah ada 3 mobil dengan bodyguard yang berjaga lengkap bersenjata api. William mencoba mengingat lokasi itu dan berencana mengabarkannya pada Rika begitu ada kesempatan.
Helikopter pun mendarat di tanah lapang dekat rumah dua lantai itu. Tak ada rumah lain selain rumah bercet putih dengan kolam renang di sana. Seperti sebuah villa khusus. Arjuna langsung keluar dan diikuti oleh lainnya. Semua bodyguard mengangguk sebagai salam hormat kepada tuan mudanya. Arjuna hanya berjalan begitu saja melewatinya.
Mereka pun masuk ke villa itu. Seorang pelayan perempuan mendekati Arjuna. Terlihat Arjuna membisikkan sesuatu padanya dan pelayan itu mengangguk mengerti.
"Aku mandi dulu, kalian tunggu saja di ruang makan, aku akan menyusul," ucap Arjuna yang memunggungi mereka dan hanya menoleh sedikit.
Semua orang mengangguk paham. Arjuna meninggalkan semua tamunya dan berjalan cepat menuju ke kamarnya. William mengikuti Alex sebagai penunjuk jalan dan penerima tamu. William menatap villa itu seksama. Tak ada satu CCTV pun di sana, ia heran. Untuk seorang anak mafia kelas dunia, rumah itu tak memiliki pengaman berlapis, seperti rumah biasa.
Alex mempersilahkan semua orang untuk duduk di kursi makan dan merekapun menurutinya. William duduk berseberangan dengan Sergei. Shamus dan Ace duduk di antara William. Alex di sebelah Sergei. Tak lama, sajian pun datang. Para pelayan meletakkan berbagai jenis makanan dan wine di meja itu. Type makanan Asia khususnya Jepang. William berspekulasi jika Arjuna ini lelaki Jepang.
Alex pun mempersilahkan mereka makan.
"Apa tak menunggu Tuan Muda?" tanya Sergei sopan.
"Tidak, dia suka makan sendirian. So please ..." ucap Alex kembali menawarkan para tamunya untuk makan terlebih dahulu.
Mereka pun makan dengan tenang. William penasaran akan sesosok Arjuna ini.
"Maaf Tuan Alex. Aku masih baru dalam hal ini. Ku dengar dari Sergei jika Arjuna ini, anak kedua dari Vesper. Lalu, anak dari Nyonya Vesper lainnya ada dimana?" tanya William memberanikan diri.
Sergei meliriknya tajam sambil mengunyah makanan. William mencoba untuk tenang.
"Well, anak pertama Nyonya Vesper bernama Lysa. Dia sekarang berada di camp militer di China. Dia sedang menyeleksi para kandidat calon lain. Jika kau lulus seleksi dengan Tuan Arjuna, kau akan bertemu dengan Jonathan, Lysa lalu yang terakhir Sandara Liu," ucap Alex menjelaskan.
Sergei tertegun.
"What? Sandara yang terakhir?" tanya Sergei sampai menghentikan makannya.
Alex tersenyum.
"Dia mungkin terlihat paling lemah dibanding yang lain, tapi dia sangat jenius. Sama seperti ayahnya," ucap Alex kembali menusuk sosisnya.
Sergei terlihat pucat, ia melirik William. William yang tak tahu apapun hanya diam saja. Ia masih belum mengerti skema akan seleksi ini, ia akan mengikuti alurnya saja dan tak mau membuatnya dalam masalah mengingat CIA lepas tangan akan kasus keterlibatannya kali ini.
"Maksud Anda, kami akan bertanding dengan Arjuna, begitu?" tanya Ace penasaran.
"Ya. Dia suka olah raga extream. Dia yang menentukan, jika kalian bisa mengalahkannya, kalian bisa lanjut ke babak selanjutnya. Jika kalah, entahlah apa yang Tuan Axton akan lakukan pada kalian," ucap Alex tersenyum miring.
William dan kedua kandidat hanya saling memandang satu sama lain. Mereka masih penasaran dengan test itu. Saat mereka sedang makan, tak lama bodyguard Arjuna lainnya datang bersama seorang lelaki yang lebih muda dari William, Shamus dan Ace. Mereka semua menatap lelaki itu seksama.
"Tuan, dia kandidat dari tuan Antony Boeslav. Silahkan," ucap bodyguard Arjuna memperkenalkan sepintas dan mempersilahkan lelaki muda itu untuk bergabung dengan William dan yang lainnya. Ia telihat periang karena selalu tersenyum.
"Hai, aku Jason. Anak dari Antony Boeslav," ucapnya sambil melambaikan tangan.
William tertegun seketika. Jantungnya mendadak berdebar cepat. Ia tahu nama Antony Boeslav dan ia juga tahu siapa Jason. Jason adalah adik Sia meski beda ayah. Sia anak Julius Adam dan Jason anak Antony dengan Amanda Theresia. William spontan bertanya.
"Kau, adik Sia?" tanya William tiba-tiba.
Semua orang tertegun dan langsung menoleh ke arahnya. Jason mengerutkan keningnya begitu juga Sergei.
"Kau mengenal kakakku? Wow, kau siapanya?" tanya Jason penasaran.
William keceplosan. Ia menelan ludah dan panik seketika. Sergei tak berkedip melihatnya.
"Oh, aku teman Sia dulu saat kuliah di Amerika. Dia ... mm ... pernah mengirimiku pesan satu kali sebelum kami berpisah. Dia bilang pindah ke Rusia bersama ayah ibunya. Dia bilang, dia senang karena ternyata ibunya masih hidup dan ia memiliki seorang adik laki-laki yang tampan. Aku tak menyangka bertemu denganmu," ucap William dengan jantung berdebar dan mencoba untuk tenang.
"Benarkah? Siapa namamu? Aku akan menanyakannya pada kakakku nanti," tanya Jason dengan senyum menawannya.
Jantung William berdebar tak karuan, ia malah berkeringat dingin. Semua orang menatapnya seksama.
"William. Katakan saja, William merindukannya dan mungkin bisa bertemu dengannya," ucap William dengan senyum paksa.
"Oh William. Baiklah, akan aku sampaikan pada kakakku. Dia pasti senang jika bertemu dengan teman lamanya lagi," ucap Jason masih tersenyum ramah.
Alex pun mempersilahkan Jason untuk duduk bersama mereka. Jason duduk di sebelah Sergei. Sergei masih menatap William penuh curiga. 1 jam kemudian, acara makan pagi itu pun selesai. Alex mengantarkan para tamunya di kamar mereka. Sebuah ruangan besar dengan 3 tempat tidur bertingkat di sana yang disiapkan khusus untuk para kandidat.
William, Shamus, Ace dan Jason tinggal sekamar. Mereka pun diminta beristirahat karena pertandingan akan dilakukan sore hari nanti tepat pukul 3. Sergei diberikan kamar khusus tak sekamar dengan para kandidat. Alex dan Sergei pun meninggalkan 4 kandidat itu.
Sergei pun masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Ia diam-diam menelepon Yuki mengenai kecurigaannya pada William.
"Hallo," sapa Yuki.
"Sayang, apa kau yakin dengan berkas yang kau baca mengenai William?" tanya Sergei to the point.
"Yes. Ada apa? Dia bersih," jawab Yuki yang sedang asik berjemur di pinggir kolam renang Axton dengan bikininya.
"William mengenal Sia, anak Tuan Antony Boeslav," ucap Sergei berbisik.
Yuki tertegun dan langsung duduk di kursi santainya.
"Ah, kau menyebalkan. Siang nanti aku akan terbang ke China menemui Lysa, jika aku terlambat Lysa akan marah padaku!" bentak Yuki kesal.
Sergei menggaruk kepalanya sambil meringis.
"Tolonglah sayang, Lysa pasti akan mengerti. Kau katakan saja sejujurnya," ucap Sergei memelas.
"Hah! Baiklah, akan kucari tahu. Jika Nyonya Vesper sampai mengamuk, kau yang bertanggungjawab!" bentak Yuki kesal yang langsung mematikan panggilan telepon kekasihnya.
KLEK. TUT ... TUT ... TUT ...
"Hah, sial! Kenapa harus bawa-bawa Nyonya Vesper segala," guman Sergei tak habis pikir.
Sergei pun mulai mencurigai William yang mengaku mengenal Sia. Keberadaan Sia yang diketahui baru masuk dalam keluarga Antony Boeslav membuat Sergei ingin mencari tahu lebih dalam lagi, siapa William sebenarnya.