Pagi itu William sudah bersiap dengan setelah jasnya. Ia akan kembali ke kantor pagi ini dan berencana menjemput Catherine dan Ara menuju ke kantornya. Terlihat Catherine sudah siap di depan lobi apartemennya. Ia pun menyapa hangat William dengan senyum manis dengan membawa 2 cup kopi di tangannya.
"Hai William, good morning," sapa Catherine ramah.
"Good morning, Cat. Masuklah," ucap William dari jendela mobilnya yang ia buka sepenuhnya.
"Oke." Jawab Catherine dengan senyum merekah.
William pun membuka pintunya dari dalam, Catherine masuk ke mobil dan masih membawa dua cup kopi di tangannya. Ia memberikan salah satunya kepada William dan ia pun berterima kasih padanya. William meletakkan gelas kopi itu di dekat kopling mobilnya dan mulai melaju mobilnya perlahan.
"Apa ada kabar terbaru dari para agent di Rusia?" tanya William dengan tatapan lurus ke depan.
"Belum. Tapi, Liev mengatakan jika Sia tak muncul lagi setelah masuk ke kastil Borka," ucapnya serius.
CITTT ... Tiba-tiba William mengerem mobilnya mendadak menyebabkan kopi panas yang Catherine bawa tumpah dan mengenai pahanya.
"Aw ... aw ... aw ... William apa yang kau lakukan?!" teriak Catherine kesakitan dan panik menepuk-nepuk pahanya yang terkena kopi panas.
"So-sorry," panik William juga yang kini mengambil tisu di dashboard mobilnya dan meletakkannya di paha Catherine.
Catherine pun langsung meletakkan kopinya di samping kopi William dan mengipas-ngipas pahanya. Catherine yang mengenakan rok diatas lutut tak seperti biasanya itu membuat paha mulusnya menjadi merah karena tersiram kopi panas, ia terlihat kesakitan.
Tapi, dari belakang mobil William, TIN ... TIN ... William kembali terkejut karena mobilnya berhenti di tengah-tengah jalan dan menimbulkan kemacetan. William pun segera melaju kendaraannya lagi perlahan. Ia terlihat kacau seketika, Catherine menatapnya seksama dan masih sibuk mengelap bekas cairan kopi di pahanya.
"Kau ini kenapa tiba-tiba kaget seperti itu, kakiku jadi tersiram kopi kan," ucap Catherine kesal.
"Ehem, sorry Catherine, aku tak sengaja. Hmpf, aku terkejut saat kau menyebutkan kastil Borka. Itukan markas besar mafia. Bagaimana mungkin Sia bisa masuk ke sana. Hanya para mafia elit yang bisa masuk ke kastil itu terlebih setelah dirampas oleh wanita bernama Vesper," ucap William terlihat panik seketika.
"Oh, kau tahu hal itu?" tanya Catherine penasaran.
"Aku hanya pernah dengar ceritanya, Rika masih tak mau memberikan detail mengenai Vesper padaku, ia seperti sengaja menyembunyikannya. Tiap aku menyebutkan namanya kepada para koneksiku, mereka seperti langsung membungkam mulutku rapat-rapat agar aku tak terlibat lebih jauh, aku penasaran," ucapnya bingung.
"Sebaiknya jangan. Jika Rika mengatakan itu berbahaya sebaiknya kau jangan nekat, William atau kau akan kehilangan nyawamu," ucap Catherine mengingatkan.
William diam sejenak dan akhirnya mengangguk pelan dengan senyum tipisnya. Mobil William berbelok ke kiri di perempatan yang seharusnya mereka sudah tiba di kantor jika ia tetap melaju mobilny lurus ke depan. Catherine bingung.
"Loh kita mau kemana?"
"Menjemput Ara," ucapnya santai.
Bibir Catherine langsung mengerucut. Ia mengira William khusus menjemputnya tanpa Ara ikut bersama mereka.
"Padahal aku sengaja memakai rok pendek eh si Ara kutu buku itu ikut juga, menyebalkan," ucapnya kesal dalam hati.
"Kau kenapa?" tanya William yang ternyata melihat gerak-gerik Catherine dari tempatnya duduk.
"Oh, nothing." Ucapnya cepat dengan senyum terpaksa.
Catherine pun langsung membuang wajah dan melihat ke arah jendela. Tak lama mereka sampai di depan apartment milik Ara, terlihat Ara sudah bersiap dengan membawa roti dalam bungkusan kertasnya. Ia melambai pada William dan Catherine. Ara pun segera masuk dan duduk di belakang dengan riang.
"Hai, good morning, Will, Cat," ucapnya ramah.
"Hai," jawab Catherine dengan senyum terpaksa.
"Oh, pahamu kenapa merah seperti itu? Hmm ... ada bau kopi," ucap Ara sembari mendengus mencari bau kopi di mobil William.
Catherine dan William hanya saling melirik dalam diamnya.
"Oia, sudah sarapan, aku membawa donat," ucapnya sembari memberikan donat pada Catherine.
Ara sudah menggigit donat cokelat di mulutnya dan terlihat blepotan dimulutnya. Catherine pun mengambil bungkusan itu dan membuka isinya.
"Donat, huh? Klasik, apa karena kita polisi? Aku bahkan tak memiliki perut buncit," canda William.
Ara dan Catherine tertawa receh di dalam mobil. Catherine menawarkan donat pada William tapi ia menolaknya karena masih sibuk menyetir. Catherine menawarkan menyuapi donat padanya tapi William juga menolaknya. Bagaimana pun hati William sudah terpatri untuk Sia seorang.
Tak lama mereka pun sampai di markas CIA. Ara dan Catherine bersama William masuk ke dalam dan langsung menuju ke kantor kepala agent Rika. Ternyata di sana sudah ada senior Cecil dan Jack. Mereka pun menyambut kedatangan William. Mereka pun duduk bersamaan di sofa ruang kerja yang sudah dipersiapkan.
"Jadi, apa ada perkembangan terbaru dari Sia, Rika?" tanya William tak sabaran.
"Yup. Congratulations, gadismu Sia, masuk dalam jajaran pewaris kursi di 13 Demon Heads. Gadismu kini benar-benar masuk dalam dunia mafia, William. Kau tak mungkin bisa membawanya kembali," ucap Rika tegas.
William kaget setengah mati. Ia tak percaya dengan ucapan Rika.
"Kau tahu dari mana?" tanya William panik yang langsung berdiri dan mendekati Rika.
"Agent kita, Liev. Ia memata-matai Sia ketika di kastil Borka. Ya walapun akhirnya ketahuan juga oleh anak buah Antony tapi setidaknya Liev berhasil lolos. Ia kini sedang dipulangkan ke Amerika. Dia terluka cukup parah," ucap Rika menjelaskan.
William terlihat shock. Ia diam saja memejamkan matanya. William menghembuskan nafas kasar dan berjalan lesu ke arah jendela kaca besar dan berdiri di depannya melihat bangunan. Ia terlihat sedih dan semua orang di ruangan itu tahu perasaannya.
"Kau ingin menyusulnya?" tanya Cecil tiba-tiba.
Semua orang tertegun berikut dengan William. William mengangguk cepat dan menatap Cecil seksama.
"Bisa saja, dengan satu cara," ucapnya terlihat serius dengan wajah datarnya.
"Oke, katakan, aku siap melakukannya," ucap William yakin.
"Kau menyamar menjadi bodyguard lagi. Aku dengar, salah satu anggota dewan 13 Demon Heads sedang menghimpun pasukan, salah satunya menjadi bodyguard terkuatnya untuk selalu melindungi pemimpinnya. Lebih tepatnya seperti asisten kepercayaannya. Seperti pekerjaanmu dulu," ucap Cecil menjelaskan.
"Oke, libatkan aku," ucap William antusias.
"Tapi, William. Dengan kau bergabung bersama mereka, kami tak bisa memberikan bantuan padamu secara tiba-tiba, itu akan membuat mereka curiga. Kami tak bisa memasang pelacak pula di tubuhmu, kau akan ketahuan. Kau benar-benar sendiri jika kau ingin menyeberang ke sana," ucap Cecil mengingatkan.
William menatap semua orang tajam. Ia sudah yakin dengan keputusannya.
"I'm ready." Ucapnya mantab.