Berada dalam ketidakpastian adalah hal yang paling dibenci oleh banyak wanita tapi Bryssa, ia memilih berada di dalam keadaan dimana dia tidak bisa berkeras untuk memiliki dan malas untuk pergi. Sudah 2 minggu berlalu dan Zavier sudah membiarkannya tidur sendirian selama satu minggu. Bukan hanya itu, sejak saat Bryssa mengetahui tentang Qween, Zavier tak pernah menyentuhnya lebih. Padahal saat ini yang ada di otak Bryssa adalah memiliki anak dan menjerat Zavier agar terus berada di sisinya. Namun sepertinya ia tidak memiliki jalan itu.
"Oh Bryssa, kenapa kau jadi menyedihkan seperti ini? Ayolah, jangan sedih. Sadarlah Bryssa, Sadar!" Bryssa menepuk-nepuk pipinya sendiri. "Bagaimana tidak menyedihkan? Aku menginginkan pria sialan itu!" Bryssa meremas rambutnya frustasi.
"Bryssa, kau pasti gila menginginkan pria seperti itu. Dia itu dingin, kasar, penjahat, dan lagi dia punya kekasih! Sadar, kau tidak pernah punya cita-cita menjadi simpanan." Bryssa menggali sisi jelek Zavier. Niatnya ia ingin membuat dirinya kehilangan rasa pada Zavier tapi nyatanya? Ia menangkup wajahnya lalu menggeleng frustasi.
"Dia tampan, kaya, pintar masak, punya tubuh yang indah, kuat dan menawan. Wanita bahkan mengantri untuk jadi istri kedua, ketiga atau keempat. Aku juga mau." Bryssa gila sendiri. Ia menggelengkan kepalanya lagi. Ia bangkit dari tempat duduknya. Ia melangkah mondar mandir di belakang kursinya. Menggigit kukunya karena benar-benar sudah terlalu banyak pikirkan.
"Sepertinya aku kurang bersenang-senang. Aku harus pergi malam ini. Club, aku harus ke club." Bryssa masih mondar mandir di tempatnya.
**
Seperti yang Bryssa katakan ketika ia bertingkah seperti orang gila. Kini ia ada di club, berada di lantai dansa di tengah kerumunan banyak orang. Ia pikir ia harus bersenang-senang agar bisa berhenti memikirkan Zavier.
Beberapa pria mencoba mendekati Bryssa, seperti saat ini contohnya.
"Aku penyuka sesama jenis." Dan pria itu mengangkat tangannya, mundur teratur karena kata-kata Bryssa.
Bryssa memang ingin senang-senang tapi tidak dengan pria, ia tadi gila karena pria dan sangat menjengkelkan jika malamnya dia harus berurusan dengan pria lagi. Satu pria saja sudah membuatnya pusing apalagi 2. Tapi, Bryssa sudah tidak tertarik dengan pria manapun lagi. Ini adalah efek terlalu lama bergaul dengan Zavier.
Seseorang mendekat ke Bryssa, menempelkan dadanya ke belakang punggung Bryssa.
"Berhenti menggesek-gesekan tubuhmu padaku. Aku tidak tertarik dengan pria. Aku pencinta sesama jenis!" Bryssa berkata tanpa mau repot membalik tubuhnya. Ia pikir pria di belakangnya akan pergi dengan cepat seperti pria lain tapi sayangnya pria itu masih ada.
"Waw, pria mesum ini." Bryssa membalik tubuhnya. Ia bersiap untuk menghajar pria itu.
"Jadi, penyuka sesama jenis?"
"Zavier?" Bryssa mendadak kaku melihat Zavier di club. Mati, dia akan mati. Tentu saja, Zavier tak pernah mengizinkannya ke tempat seperti ini. Astaga. "Itu, aku tadi tersesat dan berakhir disini." Asal saja Bryssa mencari alasan.
Zavier tertawa karena kata-kata Bryssa. Cepat-cepat Bryssa membekap bibir Zavier dengan tangannya.
"Jangan tertawa!" Ia melarang Zavier tertawa. Matanya melihat ke kiri dan kanan. Tempat itu memang bercahaya redup tapi disini Zavier terlihat berkilauan. Bryssa sepertinya sudah mabuk. "Wanita-wanita disini akan mengerubungimu, menginjak-injak aku agar bisa berada di dekatmu!"
Zavier tidak bisa untuk tidak tertawa karena kata-kata Bryssa. Bagaimana bisa ada wanita sejujur Bryssa.
"Ayolah, Zavier. Kau pasang tampang sadis saja wanita ingin mati dipelukanmu apalagi kau tertawa seperti ini. Berhentilah! Aku akan membunuhmu jika kau tertawa!" Bryssa frustasi.
Zavier berhenti tertawa, ia menyentil dahi Bryssa pelan, "Kau terlalu banyak berpikir, Bryssa."
"Lihat ke sekeliling, wanita-wanita itu bahkan menatapmu meski aku memelototi mereka." Bryssa tak main-main. Dia benar-benar melotot marah.
Zavier memeluk pinggang Bryssa, "Tidak akan ada yang bisa mendekat padaku jika tidak aku izinkan."
Bryssa menghela nafas, "Aku benar-benar tidak tertolong." Ia menyadari bahwa ia sudah melakukan hal gila barusan.
"Aku tidak ingin memperbolehkanmu pergi ke tempat ini, Bryssa."
"Sudah aku katakan, aku tersesat." Bryssa masih menggunakan alasan tidak masuk akal.
Zavier tersenyum kecil, ia mengangkat wajah Bryssa dengan jari telunjuknya. Mendekatkan wajahnya ke wajah Bryssa lalu melumat bibir wanitanya dengan lembut.
Awalnya Zavier ingin marah karena Bryssa pergi ke tempat seperti ini tapi ia tidak bisa memarahi Bryssa setelah melihat Bryssa mengusir para pria yang mendekat padanya dengan alasan yang benar-benar tak masuk akal. Orientasi seks menyimpang, apa tidak ada alasan lain?
Bryssa terlena karena ciuman Zavier. Dia nyaris gila karena merindukan ciuman Zavier. Lihat saja, menguatkan diri untuk jauh dari Zavier adalah hal yang saat ini hampir mustahil baginya.
Zavier melepaskan ciumannya. Ia mengelus bibir lembut Bryssa. Ah, dia benar-benar suka bibir Bryssa.
"Sejak kapan kau ada disini?" Tanya Bryssa.
"Sejak kau selesai minum dan melangkah ke posisi ini."
"Dan kau tidak mendekat padaku? Memilih menonton para pria mendekat padaku?" Bryssa menatap tak percaya, "Waw, Zavier. Begitu caramu menjaga milikmu?"
Zavier lagi-lagi tertawa kecil, ia begitu suka melihat ekspresi kesal Bryssa.
"Kau bisa menjaga dirimu dengan baik. Buktinya pria-pria itu pergi menjauh darimu."
"Kau benar-benar jahat!" Bryssa mendelik geram, "Aku mempermalukan diriku sendiri disini, tapi kau duduk menonton kebodohan yang aku lakukan tanpa mau menghalangi pria-pria itu mendekat padaku? Kau mengecewakan sekali, Zavier. Aish!"
"Kau sendiri memilih tempat ini. Jika terjadi masalah maka kau harus mengatasinya sendiri. Ingat, aku tidak pernah mengizinkanmu pergi ke tempat seperti ini."
Bryssa makin tak percaya. Jawaban Zavier benar-benar menjengkelkan. Harusnya saat ini Zavier membujuknya bukan malah menceramahinya.
"Sudahlah, terserah kau saja!" Bryssa melangkah pergi meninggalkan Zavier.
Zavier sudah selesai bermain. Mudah sekali baginya membuat Bryssa keluar dari tempat itu. Memang benar Bryssa bisa menjaga dirinya dengan baik, tapi jika Zavier melihat pria-pria tadi bersikap lancang pada Bryssa maka ia pasti akan menghajar orang itu hingga tewas.
Satu hal yang Zavier mengerti dari sikap Bryssa. Dia bisa mengatasi masalahnya sendiri tapi ia membutuhkan seseorang untuk membantunya. Kebanyakan orang yang bisa mengurus dirinya akan merasa tersinggung bila seseorang datang untuk menyelesaikan masalahnya, dan Zavier mengkategorikan Bryssa orang ini tapi kenyataannya berbeda, Bryssa lebih suka Zavier membantunya. Well, Zavier tahu, memang sulit mengerti wanita.
Bryssa berhenti melangkah, ia melihat ke belakang dan tak menemukan Zavier menyusulnya. Tiba-tiba saja ia geram.
"Bahkan mengejarpun tidak! Apa aku harus melemparnya dengan batu bertuliskan aku ingin dibujuk agar dia mengerti!" Kesabaran Bryssa seperti sedang diolok-olok oleh Zavier. "Apa aku masuk lagi saja ke dalam?" Otaknya mulai tak beres lago, "Konyol sekali, Bryssa. Kau kacau, benar-benar kacau. Seorang agen dengan kemampuan menembak yang luar biasa tiba-tiba kacau karena sasaran tembaknya. Kau kalah dari mafia itu, Bryssa. Benar-benar menggelikan." Sudah, ia kini mengolok dirinya sendiri.
Tak ingin merasa lebih konyol lagi, Bryssa segera melangkah ke mobilnya.
"Akhh!! Zavier!!" Bryssa berteriak ketika tubuhnya sudah berada di bahu Zavier. Adegan saat ini adalah adegan yang sama seperti yang Bryssa baca di beberapa novel. Sang wanita dibawa paksa dengan digendong ala penculik. Harusnya saat ini Bryssa meronta tapi dia diam saja. Efek terlalu banyak membaca novel romance ketika tinggal dengan Zavier. Mungkin Bryssa harus menguranginya nanti.
Zavier menurunkan Bryssa di sebelah pintu mobilnya, "Seperti yang kau baca di novel, kan?" Dan dia diejek oleh Zavier.
Wajah Bryssa mendadak merah, "Kau membaca novel romance juga?" Ternyata bukan marah tapi karena berpikir bahwa seorang Zavier juga membaca novel romance.
"Jauhkan pikiran kotor itu dari otakmu. Aku pernah mendengar kau membaca tentang itu. Kau berisik sekali ketika membaca!" Zavier membuka pintu mobilnya, "Masuklah, selesaikan fantasi liarmu di dalam mobil saja."
Bryssa memutar bola matanya, mencibir Zavier lalu masuk ke mobil.
"Bilang saja kau ingin mengajakku pulang bersama. Berkata manis bukan dosa." Bryssa memperhatikan Zavier yang bergerak memutari mobil. Zavier masuk dan Bryssa diam. Ia tidak ingin Zavier mengejeknya lagi.
tbc