Chereads / MRS4 - Temptation / Chapter 28 - part 27

Chapter 28 - part 27

"Sudah kau temukan dimana lokasi Bryssa saat ini?" Zavier bertanya pada seseorang melalui telepon.

"Nona sedang di Cios Cafe. Bersama dengan seorang pria."

"Terus perhatikan posisinya."

"Baik, Tuan." Zavier memutuskan sambungan telepon itu. Ia menghubungi orang lain lagi.

"Apakah Ibu Bryssa memiliki jadwal pertemuan hari ini?" Yang ia hubungi adalah sekretaris Bryssa.

"Bu Bryssa tidak memiliki jadwal pertemuan hari ini, Pak."

"Baiklah." Zavier memutuskan sambungan telepon itu. "Siapa pria yang bersama Bryssa?" Zavier tak ingin penasaran lebih jauh. Ia melajukan mobilnya dan segera pergi ke cafe.

Ketika Zavier sampai, Bryssa telah selesai makan. Kini ia tengah berjalan menuju ke parkiran mobil. Zavier melihat bagaimana Bryssa berbicara dengan pria yang tak Zavier ketahui siapa. Tatapan mata Zavier bertemu dengan tatapan Bryssa, tapi Zavier tak keluar dari mobilnya sementara Bryssa, ia bersikap biasa saja. Hingga Bryssa masuk ke dalam mobil Elvan dan pergi dari restoran itu.

Zavier melajukan mobilnya, ia mengikuti mobil Elvan. Mobil itu membawa Bryssa kembali ke rumah mode. Zavier masih di dalam mobilnya, hanya memperhatikan Bryssa dan juga Elvan. Setelah mobil Elvan pergi meninggalkan rumah mode, Zavier juga pergi. Ia tidak mengejar Elvan, tapi pergi kembali ke kediaman Bryssa.

Zavier belum mengetahui siapa pria itu, dan dia tidak ingin membuat kesalahan yang sama seperti yang terjadi padanya dan Qween. Zavier akan bertanya pada Bryssa, tapi nanti, setelah Bryssa kembali ke kediamannya.

Pertanyaan 'bagaimana jika pria itu memiliki hubungan khusus dengan Bryssa?' muncul dibenak Zavier. Zavier tak ingin kehilangan Bryssa, tapi dia juga tak ingin kisah ayah dan ibunya terulang kembali. Itu hanya akan menyakiti kedua belah pihak.

Sesampainya di kediaman Bryssa, Zavier melangkah ke pantry. Ia menuangkan wine dan menelan minuman yang cukup ia sukai itu.

**

Bryssa kembali ke kediamannya larut malam, ia memilih untuk lembur, menyibukan dirinya dengan pekerjaan agar tak terfokus pada Zavier.

"Pekerjaanmu sudah selesai, Bry?" Lampu tengah kediaman Bryssa menyala. Zavier melangkah mendekat pada Bryssa. "Kita perlu bicara."

"Aku sedang tidak ingin bicara. Aku lelah." Bryssa menolak bicara, ia melangkah menuju ke tangga.

Zavier meraih tangan Bryssa, memaksa wanita itu untuk berhenti melangkah.

"Siapa pria yang bersamamu?"

"Kau datang ke rumah ini hanya untuk menanyakan siapa pria itu?" Bryssa menatap Zavier dingin, "Kenapa? Tidak suka ketika milikmu bersama pria lain?"

"Sampai kapan kau akan seperti ini, Bryssa? Kau mempermasalahkan aku yang terlalu peduli dengan Qween, dan sekarang aku berusaha untuk lebih mempedulkanmu."

"Aku sudah tidak membutuhkan kepedulianmu lagi!"

"Karena kau sudah mendapatkan perhatian dari pria itu?"

"Tak adil jika kau bisa pergi kemanapun kau mau sementara aku hanya disini menunggu kau kembali. Mari kita buat ini adil, kau memiliki dua dan aku memiliki dua."

"Aku tak melakukan apapun dengannya, Bryssa. Jangan terlalu mengada-ngada."

"Aku tak tahu itu, Zavier. Yang aku tahu, kau bersamanya. Bersama dengan wanita yang penuh kenangan denganmu. Dua orang berbeda jenis kelamin, dengan tingkat kepedulian yang tinggi bersama dan mustahil jika tak terjadi apapun diantara kau dan Qween."

Zavier pikir Bryssa sudah terlalu jauh mengambil kesimpulan, selama ini ia bersama dengan Qween tapi mereka tak melakukan apapun. Zavier tinggal di kamarnya sementara Qween tetap dikamarnya. Ia tak mungkin menyentuh orang yang sudah tidak ia cintai lagi.

"Buat semua ini jadi jelas, apa sebenarnya yang kau mau?"

"Aku mau kau melepaskan aku!"

Akhirnya kata-kata itu terucap dari bibir Bryssa.

"Kau mencari banyak kesalahanku karena ingin lepas dariku. Aku tidak bisa melepaskanmu, Bryssa. Karena kau adalah milikku."

"Aku bukan barang yang bisa kau miliki lalu kau abaikan begitu saja, Zavier! Aku manusia, punya hati, punya rasa! Aku memiliki batas menerima apa yang kau lakukan padaku! Hentikan semua ini! Hentikan menyakitiku perlahan dengan ketidakpastian!"

"Kau tidak memiliki perasaan apapun padaku?"

"Aku sakit karena aku memiliki perasaan padamu, Zavier!"

"Lalu, apakah kau akan bahagia jika aku melepaskanmu?"

"Setidaknya itu lebih baik daripada terus berharap pada hal yang tidak bisa aku harapkan."

"Aku memilihmu. Aku katakan, aku memilihmu. Aku katakan bahwa hanya kau yang ada dihatiku saat ini. Hanya kau wanita yang aku inginkan menemaniku menghabiskan sisa waktuku." Zavier mencoba memastikan Bryssa.

Bryssa tersenyum, terdapat olokan dalam senyuman itu, "Dan ketika Qween melukai dirinya sendiri lagi, kau pasti akan berlari padanya. Kau akan meninggalkanku dan membiarkan aku sendirian. Tidak, aku tidak bisa berada dalam posisi itu lagi. Aku tidak ingin menghabiskan waktuku sia-sia dengan menunggu kapan kau akan kembali padaku. Lepaskan aku, hanya itu yang aku inginkan darimu."

"Aku tidak bisa, Bryssa." Zavier tak ingin memberikan kesempatan pada orang lain untuk merebut Bryssa darinya, "Aku akan menunjukan padamu bahwa aku benar-benar serius dengan kata-kataku.

"Terlambat. Aku tidak butuh itu lagi." Bryssa membalik tubuhnya, meneruskan langkahnya dan menenggelamkan dirinya dalam kamar.

**

Makan malam selesai, Bryssa tak memiliki banyak hal yang harus ia katakan pada Zavier dan ia juga tak dalam mood yang baik untuk membalas kata-kata Zavier. Akhirnya ia melangkah ke ruang kerja milik ayahnya yang sekarang menjadi ruang kerjanya. Bryssa memilih untuk menghabiskan waktunya di dalam sana, setidaknya hingga ia merasa ngantuk.

Sementara Zavier, ia pergi ke club malam miliknya. Menemani Ezell yang sedang kacau karena kepergian Qiandra. Melihat bagaimana kacaunya Ezell, Zavier seperti melihat bagaimana ia ketika Bryssa meninggalkannya. Mungkin ia tak akan seperti Ezell yang terlalu kelihatan jika ia sedang kehilangan, namun kehilangan yang ia sembunyikan di dalam hatinya pasti akan lebih menyiksa lagi dan lagi tiap waktunya.

Zavier meminum minuman yang sama dengan Ezell, jika Ezell hendak melupakan sedikit tentang Qiandra maka Zavier hendak melupakan sejenak permasalahan yang tengah membuatnya jauh dari Bryssa. Zavier tak suka Bryssa abaikan tapi ia juga tak bisa memaksa Bryssa untuk melihat ke arahnya. Ia tak ingin melakukan tindak kekerasan pada Bryssa.

Malam bergerak dengan cepat, Zavier melihat jam tangannya dan ini sudah pukul 2 pagi. Ia mengantarkan Ezell kembali ke kediaman Ezell lalu segera kembali ke kediaman Bryssa.

Di atas ranjang, Zavier menemukan Bryssa terlelap. Ia mendekat ke ranjang, berjongkok di tepi ranjang, memperhatikan wajah Bryssa yang terlihat damai.

"Maafkan aku, Little Princess. Maaf karena telah melukaimu, dan maaf karena aku terlalu pengecut untuk melepaskanmu. Aku akan menebus apa yang telah aku lakukan padamu." Zavier memiringkan wajahnya, terus menatap Bryssa hingga beberapa saat.

Setelah selesai mengganti pakaiannya, Zavier naik ke atas ranjang, memeluk Bryssa yang memunggunginya lalu terlelap.

Pagi telah datang, Bryssa terjaga dari tidurnya. Ia melihat tangan Zavier yang melingkar di perutnya. Ia pikir Zavier akan pergi ke Qween, tapi ternyata Zavier ada di sampingnya semalam.

Bryssa bangkit dari posisinya, ia melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya lalu pergi tanpa membangunkan Zavier terlebih dahulu.

Seperginya Bryssa, Zavier baru terjaga. Ia meraba sebelahnya dan tak menemukan Bryssa. Matanya terbuka, ia melihat jam di dinding. Dan sudah jam 10 pagi, tentu saja Bryssa sudah berada di rumah mode.

**

Zavier melihat jam, tangannya meraih jas dan kunci mobil. Ia keluar dari ruangan kerjanya. Jam makan siang tiba, ia akan menjemput Bryssa dan mengajak wanita itu makan siang dengannya.

Sampai di rumah mode, Zavier melihat mobil Bryssa masih ada di parkiran, jadi wanita itu pasti ada di tempatnya.

"Bu Bryssa ada di dalam?" Zavier bertanya pada sekretaris Bryssa.

"Ibu sedang keluar makan siang."

"Dengan siapa?"

Sekretaris Bryssa nampak bingung, "Saya tidak tahu, Pak. Tadi Ibu hanya mengatakan beliau keluar makan siang."

Zavier mengeluarkan ponselnya, "Cari tahu dimana Bryssa sekarang." Ia memerintahkan orangnya untuk melacak keberadaan Bryssa.

Hanya dalam kurang dari 5 menit, Zavier sudah mendapatkan lokasi Bryssa.

Zavier masuk ke dalam cafe dimana Bryssa berada. Ia mengambil tempat duduk yang tidak terlihat oleh Bryssa. Lagi-lagi Bryssa makan bersama dengan pria yang sama. Sepertinya beberapa hari ia tak memperhatikan Bryssa, seseorang sudah mencoba untuk mengambil Bryssa darinya.

Zavier tak bersikap kekanakan dengan datang dan mengacaukan makan Bryssa dan Elvan. Dia hanya mengawasi gerak-gerik mereka. Memperhatikan bagaimana Elvan bisa membuat Bryssa tertawa. Sakit, sudah pasti. Ia membuat Bryssa sedih dan orang lain yang membuat Bryssa tertawa.

tbc