Chereads / Echoes Of The Past / Chapter 42 - Echoes Of The Past|GAoW2| [41]

Chapter 42 - Echoes Of The Past|GAoW2| [41]

Hello semuanya

Happy reading!

__________

7 tahun yang lalu.

"Jadi, kalian berdua sudah bertemu kemarin?" Tanya Aiden dengan penasaran.

"Iya." Jawab Axton dengan singkat.

"Wow, cukup aku akui kalau Sarah memang hebat kalau menyangkut hal-hal seperti ini." Ucap Aiden sambil tertawa.

"Maksudmu?" Tanya Axton sambil mengerutkan dahinya.

"Maksudku Sarah sangat hebat karena dia selalu bisa menemukanmu meskipun kau selalu mendorongnya untuk menjauh." Jawab Aiden dengan senyuman lebarnya.

"Itu karena dia selalu mau berusaha." Ucap Axton dengan wajah datarnya.

"Kau membelanya sekarang, bro?" Tanya Aiden dengan ekspresi terkejutnya.

"Aku tidak membelanya. Aku hanya mengatakan fakta yang sebenarnya." Jawab Axton dengan serius.

"Kenapa kau malah marah saat aku bertanya dengan cara yang baik?" Tanya Aiden sambil menarik salah satu alisnya ke atas.

"Aku tidak marah." Jawab Axton dengan wajah datarnya.

"Aku tahu, bro. Just kidding. Don't be mad." Ucap Aiden sambil tertawa dengan puas.

Menggoda Axton adalah salah satu kegiatan favoritnya selama ini. Bukankah menyenangkan saat mengganggu seseorang yang bahkan tidak tahu cara berekspresi dengan benar? Apalagi saat mengetahui kalau teman baiknya akhirnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Ya, walaupun Axton tidak pernah mengatakan kalau dia sedang jatuh cinta atau menunjukkan sikap sewajarnya saat seseorang jatuh cinta namun Aiden dapat menilai kalau perasaan Axton terhadap Sarah sudah melebihi kata teman.

Kenapa dia bisa menyimpulkan sesuatu tanpa melihat fakta yang ada terlebih dahulu? Hmm tidak ada alasan khusus sih. Hanya saja hati kecilnya mengatakan kalau aura yang menguar dari dalam diri Axton itu berbeda. Bagaimana ya menjelaskannya dengan kata-kata yang lebih mudah dipahami. Pokoknya Axton terlihat berbeda dari Axton yang biasanya. Mereka sudah berteman lumayan lama jadi Aiden dapat menjamin kalau Axton telah berubah sekarang. Bukan berubah menjadi pribadi yang lebih buruk ya melainkan menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya.

"Bagaimana kehidupan di kampus menurutmu?" Tanya Aiden sambil menatap Axton yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di dalam laptopnya.

"Nothing special. Seperti kehidupan perkuliahan biasa." Jawab Axton sambil mengangkat kedua alisnya ke atas.

"Kau sudah mendapatkan teman?" Tanya Aiden dengan penasaran.

"Tidak." Jawab Axton dengan jujur.

"Aku mengerti. Pasti sangat sulit untukmu mendapatkan teman baru dan tentu saja aku juga mengalami hal yang sama denganmu." Ucap Aiden yang juga mengerti akan kondisi Axton.

"Para wanita disini sangat mengerikan." Ucap Axton dengan wajah takutnya yang masih terkesan datar.

"Kau juga diikuti, bro?!" Tanya Aiden dengan terkejut.

"Aku bahkan sama sekali tidak bisa pergi ke Cafetaria." Jawab Axton dengan jujur dan apa adanya.

"Aku juga tidak bisa pergi kemanapun, bro! Sial sekali!" Ucap Aiden dengan kedua matanya yang terbuka lebar.

"This is a nightmare." Ucap Axton dengan serius.

"Definitely yes." Jawab Aiden setuju.

"Apa kau tahu apa yang lebih lucu dari keadaan kita? Di kelasku ada satu orang lagi yang bernasib sama seperti kita." Ucap Aiden sambil tertawa dengan geli.

"Satu orang?" Tanya Axton terkejut.

"Iya, dia menjadi sasaran para wanita juga dan bahkan tidak bisa keluar kelas sampai pengawalnya datang menjemputnya." Jawab Aiden sambil tertawa terbahak-bahak.

Axton hanya diam sambil menatap Aiden dengan tatapan bertanya-tanya. Dia sama sekali tidak penasaran dengan orang yang sedang Aiden bicarakan. Dia sama sekali tidak peduli pada orang itu karena dia tidak pernah tertarik untuk mencampuri urusan orang lain. Hanya saja ada satu hal yang membuat dia merasa penasaran adalah kenapa wanita-wanita yang mengikutinya tidak beralih pada pria itu? Kenapa mereka masih mengikutinya kalau ada pria yang lebih menarik darinya?

Bukankah dia adalah tipe pria yang paling dibenci oleh para wanita? Dia adalah tipe pria membosankan yang bahkan tidak tahu caranya memperlakukan seorang wanita dengan baik dan benar. Dia juga  bukan pria yang romantis dan menarik untuk dilihat jadi apa yang membuat para wanita tertarik padanya? Dia juga tidak mengerti kenapa Sarah terus mengejarnya padahal dia sudah menolak wanita itu dengan cara yang jahat dan tegas. Hingga sampai saat ini dia masih tidak mengerti kenapa dia disukai oleh banyak wanita.

"Awalnya aku kira dia menyelamatkan aku dari mimpi buruk itu. Eh, kehadirannya malah memperburuk keadaan karena di depan kelas selalu ada gerombolan gadis yang rela menunggu kami berdua keluar dari dalam kelas." Ucap Aiden dengan kesal dan jengkel.

"Kau hanya perlu mengabaikan mereka seperti yang aku lakukan." Ucap Axton dengan tenang.

"Kalau aku bersikap sepertimu yang ada mereka tambah suka padaku." Ucap Aiden dengan wajah yang terlihat kesal.

"Kenapa bisa seperti itu? Bukankah wanita tidak suka pria sepertiku?" Tanya Axton dengan bingung.

"Listen, bro. Wanita itu suka tiga tipe pria. Yang ketiga, pria baik yang benar-benar baik. Yang kedua, pria bad boy yang hanya bersikap baik pada wanitanya dan yang pertama adalah pria tsundere alias pria dingin yang diam-diam peduli." Jawab Aiden sambil menatap Axton dengan tatapan serius.

Axton mengerutkan dahinya. Dia baru tahu kalau pria di dunia ini dibagi menjadi tiga tipe karena selama ini dia menganggap kalau semua manusia yang ada di dunia ini tidak digolongkan berdasarkan tipe melainkan berdasarkan sifat mereka. Axton percaya kalau pada dasarnya semua manusia itu diciptakan sama. Tidak sempurna dan penuh kekurangan. Yang membedakan setiap manusia adalah sifat dan sikap yang terbentuk di setiap individu. Ditambah satu lagi yang membedakan setiap manusia adalah takdir.

"Contohnya saja Sarah yang awalnya membencimu namun sekarang malah jatuh cinta padamu." Ucap Aiden dengan wajah yang serius.

"Cinta itu tidak ada." Ucap Axton sambil tersenyum miring.

"Cinta itu ada, bro." Ucap Aiden dengan yakin.

"Buktikan padaku kalau cinta itu benar-benar ada di dunia ini." Ucap Axton sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kalau tidak ada cinta maka kau tidak akan pernah lahir ke dunia ini begitu juga aku dan semua anak yang ada di dunia ini." Jawab Aiden dengan percaya diri.

"Berproduksi itu memang kewajiban dari setiap manusia agar populasi manusia di bumi ini tidak punah. Memangnya kau bisa menjamin kalau semua orang di dunia menikah karena cinta?" Ucap Axton dengan tenang dan angkuh.

"Aku tidak bisa menjamin hal itu namun ada beberapa di antara semua pasangan yang ada di dunia ini memilih untuk hidup bersama karena cinta." Jawab Aiden sambil mengedikkan bahunya.

Axton hanya menatap Aiden dengan wajah datarnya tanpa berniat untuk melanjutkan percakapan mereka yang menurutnya sangat konyol. Dia adalah orang yang tidak percaya pada cinta dan Aiden adalah orang yang percaya pada cinta jadi seringkali mereka mengalami perselisihan saat sedang membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan cinta. Sebenarnya Axton tidak pernah ingin membicarakan hal konyol seperti ini namun Aiden selalu saja mengatakan kata-kata tidak masuk akal padanya.

Seperti memberi saran dan masukan yang menurutnya sangat tidak penting. Bukan hanya itu saja, bahkan Aiden selalu mencoba untuk membuatnya menjalin hubungan dengan seorang wanita persis seperti yang tengah pria itu lakukan sekarang. Padahal sudah berulang kali Axton katakan kalau dia tidak tertarik menjalin hubungan seperti itu sekarang karena dia tidak punya waktu lebih untuk melakukan hal-hal konyol yang biasa orang lain lakukan saat sedang menjalin sebuah hubungan. 

"Kau datang ke seminar satu angkatan besok?" Tanya Aiden dengan penasaran.

"Tidak." Jawab Axton dengan cepat.

"Kenapa kau tidak datang? Seminar itu wajib dihadiri oleh semua mahasiswa angkatan tahun ini!" Ucap Aiden dengan terkejut.

"Seminar itu tidak wajib untuk dihadiri." Ucap Axton dengan santai.

"Siapa yang mengatakan hal konyol seperti itu?!" Tanya Aiden dengan serius.

"Kau." Jawab Axton dengan singkat.

"Aku?! Kapan aku mengatakan hal konyol seperti itu?!" Tanya Aiden terkejut.

"Kemarin kau menelponku untuk tidak datang ke seminar dengan alasan seminar tidak wajib untuk dihadiri." Jawab Axton dengan detail dan tepat.

Aiden mengerjapkan kedua matanya sambil kembali mengingat kembali apa yang telah dia katakan pada Axton kemarin dan dia akui kalau perkataan Axton itu benar karena sekarang dia bisa mengingat dengan jelas setiap kata yang keluar dari dalam mulutnya kemarin. Axton hanya bisa mengerutkan dahinya lalu kembali fokus dengan laptopnya. Ada hal yang jauh lebih penting dari perkataan konyol Aiden sekarang dan dia berharap Aiden dapat mengerti kondisinya sekarang.

"Aku tarik kembali perkataanku sekarang karena aku ingin menghadiri seminar besok." Ucap Aiden dengan yakin.

Axton hanya mengangkat kedua alisnya ke atas sambil terus menatap layar laptopnya dengan serius. Dia tahu kalau Aiden sedang merencanakan sesuatu dan rencana itu pasti berkaitan dengan Sarah. Akhir-akhir ini Aiden sudah terlalu banyak mencampuri urusannya. Mulai dari memberinya nasehat konyol tentang percintaan sampai memikirkan banyak rencana hanya untuk membuat dia dan Sarah selalu bertemu di kampus tapi untungnya Aiden tidak melakukan hal yang nekat seperti memberitahu Sarah alamat rumahnya.

"Kau ikut seminar atau tidak?" Tanya Aiden sambil menatap Axton dengan tatapan serius.

"Tidak." Jawab Axton yang sayangnya tidak berubah pikiran.

"Tapi seminar itu penting, Ax. Informasi yang mereka sampaikan itu sangat berguna untuk kehidupan kita selama kuliah. Coba kau bayangkan jika kita salah mengambil langkah dan malah terjerumus pada hal berbahaya. Aku tidak bisa membayangkan masa depan kita akan jadi seperti apa nanti. Belum lagi reaksi dari orang tuamu jika mengetahui kau bolos dari kegiatan kampus. Apa kau tidak berpikir kalau mereka akan menyalahkanku karena membawa dampak negatif padamu? Kau tidak memikirkan aku, Ax. Aku-" Ucap Aiden panjang lebar.

"Aku akan mempertimbangkannya." Ucap Axron dengan lelah.

"Bagus!" Ucap Aiden sambil tersenyum lebar.

"Ok, kalau begitu aku akan pulang sekarang. Sampai jumpa di seminar besok, bro. Aku dan Sarah akan menunggumu datang." Ucap Aiden lagi sambil berdiri.

"Aku tidak bilang setuju." Jawab Axton sambil mengerutkan dahinya.

"Sampai jumpa." Ucap Aiden yang berpura-pura tidak mendengar perkataan Axton.

"Kau-" Ucap Axton terpotong karena Aiden sudah terlebih dahulu keluar dari dalam ruangan khusus miliknya.

____________

To be continuous.