Hello semuanya.
Happy reading!
___________
7 tahun yang lalu.
Setelah berdiskusi bersama akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan percakapan mereka di sebuah restoran karena tidak mungkin jika mereka menjadi pusat perhatian mahasiswa lain di kampus untuk waktu yang lebih lama lagi. Mereka tidak mau mengambil resiko dengan tersebarnya gosip aneh tentang mereka dikemudian hari. Selain itu Aaron juga berinisiatif untuk menebus kesalahannya dengan mentraktir Aiden dan yang lainnya.
Atas rekomendasi dari Thea yang menginginkan makan siang di restoran milik keluarga Aiden jadi mereka mau tidak mau harus menuruti keinginan Thea karena yang punya ide ini adalah Aaron dan Aaron selalu menuruti semua keinginan Thea tanpa terkecuali. Berhubung mereka semua membawa mobil masing-masing jadi mereka memutuskan untuk pergi secara beriringan menuju restoran.
Axton bersama Sarah, Aaron bersama Thea dan sisanya sendirian. Aiden memang tidak punya pasangan dan Ansel tidak ada yang tahu apakah pria itu punya pasangan atau tidak. Bahkan Aaron yang sudah berteman dengannya dari SMA saja tidak tahu. Ansel memang dekat dengan banyak wanita namun semua yang dekat dengannya hanya berstatus sebagai teman dan bahkan yang lebih parahnya adalah hanya dijadikan sebagai friend with benefit. Ya kalian pasti tahu apa maksudnya.
"Aku pikir kau tidak akan datang hari ini." Ucap Sarah sambil menatap Axton yang tengah fokus menyetir.
"Aku berubah pikiran." Jawab Axton dengan jujur dan tenang.
"Kenapa?" Tanya Sarah penasaran.
"Tidak ada salahnya menghadiri kegiatan kampus di luar kelas yang aku ambil." Jawab Axton tanpa menatap Sarah.
"Ah.. Begitu." Ucap Sarah dengan nada kecewa.
"Kenapa kau terdengar kecewa?" Tanya Axton dengan heran.
"Aku pikir kau punya alasan lain tapi ternyata aku salah. Lupakan saja." Jawab Sarah dengan ragu.
Axton melirik Sarah yang kini memilih untuk melihat pemandangan di luar melalui kaca mobil yang berada di sampingnya. Dia tahu kalau Sarah sedang mengarahkan dirinya pada suatu hal yang bersifat pribadi. Axton menyadari hal itu namun mulutnya sama sekali tidak bisa diajak bekerja sama. Otak dan hatinya memerintahkan dua hal yang berbeda sehingga tubuhnya bingung ingin melakukan apa.
Sarah tiba-tiba kembali membalikkan tubuhnya dan kembali menatap Axton sedangkan Axton yang terkejut langsung berpura-pura fokus menyetir dengan wajah datarnya. Terlambat satu detik saja maka Sarah akan kembali menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan aneh yang bahkan lebih sulit untuk dia jawab jika dibandingkan dengan ujian matematika. Axton melirik Sarah sekilas lalu kembali fokus menyetir setelah kedua mata mereka bertemu.
"Tapi kenapa kau tiba-tiba memelukku tadi?" Tanya Sarah penasaran.
"Aku?" Tanya Axton kembali dengan gugup.
"Iya." Jawab Sarah sambil menatap Axton.
"Hanya ingin saja." Ucap Axton dengan asal dan sedikit terbata-bata.
"Tidak mungkin. Pasti ada alasannya." Ucap Sarah dengan serius.
"Tidak ada alasan yang khusus. Saat itu suasana kampus sedang ramai jadi aku mendekapmu agar kau tidak ditabrak oleh orang lain atau terjatuh karena tidak sengaja disenggol oleh orang lain." Ucap Axton dengan wajah seriusnya.
"Jawabanmu terdengar sangat meyakinkan." Ucap Sarah sambil menatap Axton dengan tatapan menyelidik dan Axton menghembuskan nafasnya dengan lega.
"Tapi aku tidak percaya karena tadi detak jantungmu berdebar dengan kencang hingga aku bisa mendengar detak jantungmu tanpa perlu menempelkan telingaku di dadamu." Ucap Sarah lagi.
"Banyak faktor yang bisa memicu jantung memompa darah lebih cepat dari biasanya. Diantaranya karena faktor lingkungan maupun kondisi medis. Faktor lingkungan yang bisa menyebabkan jantung berdebar kencang adalah olahraga terlalu berat, cemas berlebihan, konsumsi kafein berlebihan dan makan makanan tinggi karbohidrat. Pagi tadi aku berolahraga dan meminum segelas kopi jadi kemungkinan besar pemicu detak jantungku bisa berdetak dengan kencang itu karena olahraga pagi dan kopi." Ucap Axton dengan detail.
"Wah.. Pengetahuanmu tentang kesehatan lumayan bagus ternyata." Ucap Sarah dengan kagum.
"Aku membacanya dari sebuah buku dan kebetulan aku ingat saat kau mengatakannya." Jawab Axton dengan cuek.
"Kenapa kau tidak menjadi dokter saja? Aku yakin kau bisa menjadi seorang dokter yang kompeten."
"Menurutmu apa aku bisa menjadi seorang dokter yang kompeten?" Tanya Axton setelah terdiam sejenak.
"iya, why not? Kau sangat pintar dan dapat menjelaskan sesuatu dengan sangat mudah. Kau juga memiliki wajah yang mendukung dan latar belakang keluarga yang sangat mengesankan jadi apa yang perlu dikhawatirkan lagi?" Jawab Sarah dengan detail dan jujur.
"Semua itu bisa menjadi mustahil jika kau tidak memiliki kekuasaan." Ucap Axton
"Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Kalau Tuhan sudah menakdirkan kamu untuk mendapatkan sesuatu maka kau pasti akan mendapatkannya. Tidak peduli seberapa kerasnya orang lain melarang atau menentang keinginanmu, kalau hal itu sudah ditakdirkan untukmu maka mereka tidak bisa melakukan apa-apa." Ucap Sarah.
Mobil SUV hitam itu berhenti karena lampu lalu lintas kembali menunjukkan warna merah. Jalanan saat itu sangat sepi karena Axton sengaja mengambil rute lain karena dia ingin mengobrol berdua dengan Sarah. Entah setan apa yang merasuki tubuhnya sehingga dia melakukan hal-hal seperti ini. Tapi kalau dipikir-pikir lagi dia selalu melakukan hal-hal yang gila hanya saat bersama Sarah.
Dia juga bingung kenapa dia bisa berubah secara drastis seperti ini. Dia adalah tipe orang yang tertutup dan lebih memilih untuk menyimpan semua emosi dan pikirannya jika dirasa tidak perlu untuk dikeluarkan. Dia juga tidak banyak bicara apalagi sampai bertengkar dengan orang lain hanya karena masalah sepele tapi begitu Sarah datang ke dalam kehidupannya. Semuanya berubah. Dia jadi lebih terbuka dan suka mengungkapkan perasaannya secara terbuka kepada Sarah.
Yang lebih anehnya dia hanya bersikap seperti itu hanya kepada Sarah seorang. Bahkan Aiden yang telah berteman lama dengannya tidak mampu mengeluarkan sisi gila yang ada pada dirinya. Keluarganya juga tidak begitu mengenal dirinya dengan baik karena mereka jarang berinteraksi satu sama lain di rumah. Mereka memang tinggal di dalam rumah yang sama namun itu tidak menjamin jika mereka memiliki hubungan yang baik. Terdengar menyedihkan memang tapi itulah kenyataannya. Kehidupan orang kaya tidak seindah yang kalian bayangkan.
"Kau percaya pada takdir?" Tanya Axton sambil melirik Sarah.
"Tentu saja. Aku percaya kalau takdir itu ada. Aku dan kamu tidak mungkin duduk berdua di dalam mobil ini kalau kita tidak ditakdirkan untuk bertemu." Jawab Sarah sambil menatap Axton.
Jantung Axton berdetak dengan sangat kencang saat dia menatap kedua mata Sarah. Apa yang dikatakan Sarah barusan berhasil menyadarkannya kalau dia sebenarnya menyukai wanita yang ada di sampingnya ini. Dia belum bisa mengatakan kalau dia mencintai Sarah karena dia belum tahu apa arti sebenarnya dari cinta tapi dia yakin kalau perasaannya sekarang lebih dari sekedar teman. Dia suka Sarah. Apapun yang wanita itu lakukan dan katakan selalu terlihat menarik di matanya.
"Aku juga percaya kalau kau itu ditakdirkan Tuhan untukku." Ucap Sarah sambil menatap Axton.
"Kenapa kau begitu yakin dengan hal itu?" Tanya Axton penasaran.
"Karena kau selalu kembali kepadaku meskipun kau selalu mendorongku menjauh." Jawab Sarah
Pada saat itu Axton menyadari satu hal lagi. Dari awal dia bertemu dengan Sarah sampai sekarang mereka bisa bersama dan mengenal satu sama lain adalah sebuah takdir. Itulah kenapa dia tidak bisa menjauh ataupun menolak Sarah karena dari awal dirinya lah yang tertarik dan menyukai Sarah. Hanya saja selama ini dia selalu mencoba untuk menyangkal dan menutup hatinya rapat-rapat. Sebenarnya dia takut kalau perasaan itu membuatnya menjadi lemah dan berakhir seperti kakak ketiganya.
Namun saat dia melihat jauh ke dalam mata Sarah. Disana dia melihat ketulusan dan kejujuran yang sebelumnya tidak pernah dia lihat di mata orang lain. Maksudnya dia pernah melihatnya namun tidak ada yang seperti Sarah. Tatapan itu semakin membuatnya merasa semakin tidak menentu. Dia gelisah dan sekaligus bahagia namun dia tidak bisa menunjukkannya dengan jelas karena dia masih asing dengan perasaan itu. Axton kembali menatap jalanan yang ada di depannya dan langsung melajukan mobilnya saat lampu lalu lintas telah berganti warna.
Sarah menatap Axton dengan tatapan kecewa karena lagi dan lagi pria itu menolaknya secara langsung. Bahkan Sarah mulai terbiasa dengan rasa sakit yang tengah dia rasakan sekarang. Dia tahu resiko dari mencintai Axton namun anehnya dia semakin ingin memberikan semua cintanya kepada Axton meski harus terluka berkali-kali. Dia memang bodoh karena bertahan di rasa sakit ini untuk waktu yang lama tapi dia akan menjadi lebih bodoh lagi kalau merelakan Axton pergi begitu saja. Baginya Axron terlalu berharga untuk dia relakan.
Tidak ada lagi laki-laki lain yang bisa menerima semua kekurangannya tanpa pernah menuntut kesempurnaan kepadanya selain Axton. Bagi Sarah hanya Axton seorang yang melihatnya sebagai Sarah yang apa adanya bukan Sarah yang sempurna dan dipuja oleh orang-orang. Hanya Axton dan tetap Axton. Sejauh apapun dia melangkah ke depan selama di depannya ada Axton maka dia akan selalu melangkah meskipun kedua kakinya terluka ataupun sakit.
"Aku tahu hal ini akan terjadi lagi." Ucap Sarah sambil tersenyum tipis.
Axton meremas stir mobilnya dengan kuat. Kedua matanya bergetar karena dia terus merasa gelisah dan tidak fokus. Semua perkataan Sarah membuatnya memikirkan kembali perasaannya terhadap Sarah. Dia kembali memikirkan semua hal yang telah mereka lewati bersama dari awal sampai akhir dan jantungnya berdetak semakin kencang saat dia bisa melihat senyuman getir Sarah yang langsung menusuk dadanya sangat dalam.
"Tapi tidak apa-apa. Aku tidak akan pernah menyerah selama aku masih bisa berjalan dibelakangmu dan melihatmu." Ucap Sarah sambil menatap Axton.
Axton langsung menghentikan mobilnya di pinggir jalan karena dia tidak fokus sama sekali sedangkan Sarah yang terkejut hanya bisa menatap Axton dengan kedua mata yang bergetar. Mereka kini berada di sebuah jalan yang berada di pinggir taman yang sepi karena hari ini adalah hari kerja jadi tidak banyak pengunjung yang datang dan bersantai di taman itu. Cuaca hari itu sangat bagus sekali dan kita bisa melihat gumpalan awan di langit dengan sangat jelas. Sinar matahari hari itu juga tidak terlalu panas dan menyengat. Pokoknya hari itu adalah hari terbaik untuk semua orang termasuk Axton dan Sarah.
"Jangan berjalan dibelakangku." Ucap Axton dengan suaranya yang berat dan dalam.
"Kenapa?" Tanya Sarah dengan sedih.
"Kau bisa berjalan disampingku." Jawab Axton sambil menatap Sarah.
"A-Aku-." Ucap Sarah dengan terkejut dan terbata-bata.
"Kau tidak perlu lagi mengejarku karena kita akan berjalan bersama mulai sekarang." Ucap Axton sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Sarah lalu mengecup bibir ranum itu dengan penuh perasaan.
___________
To be continuous.