Chereads / Helper Club / Chapter 45 - Terpaksakah?

Chapter 45 - Terpaksakah?

Saat ini

"Dia bilang Toyota Alphard berwarna putih dengan nomer plat K 1412 ID, tapi jika dia sampai salah 1 huruf atau nomer saja soal platnya itu, akan aku hajar dia habis-habisan."

"Ahahahaha, asal kau tahu saja, kalau kau melakukan itu, aku akan menghancurkan tulang-tulangmu sampai kau tidak bisa ikut pencak lagi lho."

"Haha, candaanmu menakutkan seperti biasa Bel."

"Ahahahaha, bercanda? Kau pikir aku sedang bercanda sekarang? Bagaimana kau bisa mengira aku sedang bercanda di saat aku membawa pergi pasien rumah sakit yang sedang dirawat inap seperti ini dan mencuri 1 helm dari tempat parkir untukmu ha?" kata Bela dengan senyum penuh kekesalan.

Bagaimana Bela tidak merasa kesal, karena tanpa sepengetahuan kakaknya, si Mona tidak sengaja ikut mendengar semua ucapan yang disampaikan oleh Akbar mengenai situasinya saat itu karena loud speaker HP nya aktif, sehingga setelah Akbar selesai menjelaskan, Mona langsung saja memaksa Bela untuk membiarkannya ikut menolong adiknya, dan parahnya lagi, karena dia hanya membawa 1 helm saat berangkat ke RS, diapun terpaksa mengambil helm dari kendaraan lain ditempat parkir.

"Ini belum terlambat untuk kembali lho Mon, dengan kondisimu saat ini, lebih baik kau kembali ke kamarmu dan beristirahat, biar aku dan kakakku yang mengurus masalah ini, dan tolong sekalian kembalikan helm yang aku curi itu, aku merasa bersalah karenanya," kata Bela yang saat ini sedang berada di depan pintu rumah sakit dengan sepeda motornya, sambil menunggu kedatanganya mobil Toyota Alphard berplot K 1412 bersama Mona.

"Hei, yang kita bicarakan di sini adalah adikku, mana mungkin aku hanya diam saja saat tahu adikku baru diculik oleh pacarku yang ternyata seorang mucikari tahu!" kata Mona dengan tegas yang saat ini sedang mengenakan helm curian dan baju-celana cadangan yang dibawa Nita.

"Ahahahahaha, dasar sialan, sekarang aku tidak yakin kau ini beneran kena DB sungguhan atau tidak, kalau kau sampai pingsan di tengah jalan dan menggangguku, akan aku lempar kamu ke trotoar ya," sindir Bela dengan senyuman sinis.

"Bodoh amat, mau itu DB, kanker, tifus, panu, daki, atau lainnya, gak ada yang bisa menghentikan aku untuk menolong adikku Bel."

"Hei Mona, ini serius, kamu benar-benar menganggap semua ucapan kakakku tadi itu sungguhan ya? Dia bilang kalau dia tadi cuma sedang "menduga" saja tahu, jadi belum tentu pacarmu itu benar-benar seorang mucikari, dan lagian bukannya aneh kalau tiba-tiba saja dia bilang kalau si Jupri atau pacarmu itu seorang mucikari seperti itu? Maksudku, memangnya dia tahu darimana kalau dia seorang mucikari?" kata Bela yang heran dengan bagaimana si Akbar bisa mengetahui informasi seperti itu.

"Mau dia itu mucikari atau bukan, fakta kalau adikku tidak menjawab telepon walaupun sudah berulang kali di telepon padahal mereka baru saja berpisah itu tidak salahkan?" kata Mona yang teringat dengan ucapan Akbar tadi.

"Hmmmm, alasanmu barusan memang tidak salah sih, tapi kalau jika kita bicara soal salah disini, aku punya pertanyaan untukmu soal hal itu."

"Ah kebetulan aku juga mau bertanya, kenapa kau membawa tas yang berisi baju, celana ganti, dan obat-obatan saat mau menjengukku begini Bel? Ya aku sih tidak masalah dengan bajunya karena dengan ini aku bisa menyamar keluar, tapi kalau obat-obatan? Memangnya kau sedang sakit ya?" tanya Mona yang saat ini sedang menggunakan baju ganti yang ada di dalam tas yang dibawa oleh Bela tadi yang saat ini dia letakan di dalam kamar si Mona dulu.

!

Bela sempat terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan temannya barusan, karena tidak mugkin untuk dirinya menjawab pertanyaannya itu dengan jawaban yang jujur.

"(Baju dan celana itu untuk pakaian ganti jaga-jaga kalau darahmu ternyata muncrat atau sejenisnya, dan obat itu sebenarnya obat tidur yang akan kugunukan buat membiusmu agar kau tidak melawan saat aku bunuh nanti...yaaaaaaaa, gak mungkin aku bilang begitukan dasar tolol) Ahahahaha, soal itu sebenarnya tadi sebelum datang kesini aku mampir dulu ke toko baju karena ada beberapa bajuku rusak, dan karena kebetulan toko itu ada acara undian, aku kebetulan dapat hadiah obat batuk deh," kata Bela yang memberikan alasan kepada Mona.

"(Eh, beli baju dapat obat? Memangnya ada toko yang pakai strategi dagang yang aneh begitu? Dan kalau baju baru bukannya seharusnya ada label harg …)"

"Nah kalau begitu sekarang giliranku yang bertanya, soal si Jupri ini, apa kau benar-benar mencintainya Mon?"

!

Mendengar pertanyaan mendadak dari Bela barusan yang tidak terduga itu, Mona jadi terdiam seketika, karena untuk beberapa alasan, pertanyaan si Bela barusan hampir 11:12 dengan ucapan yang dikatakan Akbar dimassa lalu.

"(Kampret, la..lagi-lagi pertanyaan ini, kenapa kalian berdua bisa kompak menanyakan hal ini sih?)"

"Maaf ya kalau pertanyaanku barusan terdengar kejam, tapi Mon, karena aku kenal banget dengan dirimu karena kita sudah hampir 1 tahun lebih berteman, aku merasa ada yang tidak beres dengan sikapmu yang seperti ini."

"Eh, si..sikapku?"

"Ya, biasanya kau adalah tipikal orang yang suka membanggakan diri sampai bisa menyelesaikan masalahmu dengan mudahnnya sendirian karena kau yakin dengan kemampuanmu sendiri, jadi aku bisa menebak kalau kau berurusan dengan masalah percintaan seperti ini, walaupun kau tidak punya pengalaman sama sekali, kau pasti akan berusaha menyelesaikan semuanya dengan kekuatanmu sendiri seperti biasanya, tapi ternyata apa kenyataannya? Ternyata kau bilang padaku kalau ingin meminta saran pada aku dan yang lainnya mengenai bagaimana cara bisa mendapatkan hati orang yang kau sukai."

"Tentu saja aku merasa aneh dengan hal ini karena kau yang biasanya dapat menyelesaikan masalahmu sendirian tiba-tiba meminta bantuan kami, ya mungkin nanti bagi Windya dan Rafaela ini wajar karena kau bukan tipikal wanita yang paham masalah romantis, tapi bagiku yang sudah kenal kau cukup lama, ini sangat gak wajar lho melihat perubahan dirimu yang asli secara mendadak begini, dan lagian aneh juga menurutku kau yang sangat mudah dekat dengan para cowok malah tidak tahu latar belakang pacarmu sendiri dengan jelas. Karena itu, aku jadi bisa membuat beberapa kesimpulan yang menyebalkan."

"(Ke..kesimpulan?)"

"Hei Mon, apa kau dipaksa untuk pacaran dengan seseorang? Ah maaf, mungkin lebih lengkapnya APA KAU DIPAKSA PACARAN DENGAN ORANG YANG TIDAK KAU KENAL OLEH SESEORANG?" kata Bela kemudian sambil melirik tajam kearah mata si Mona melalui spion sepedanya.

!

"(As..astaga, di..dia..dia benar-benar mengerti aku, a..apa ini yang disebut power of friendship?)" kata Mona yang sempat terharu dengan semua ucapan Bela yang menunjukan bahwa dirinya sangat mengenal dirinya.

"Dari sikap diammu, sepertinya dugaanku benar ya?"

Karena merasa sudah tidak ada hal yang bisa sembunyikan lagi dari teman sejatinya itu, akhirnya Mona yang pasrah dengan keadaan itu mulai berterus terang kepada Bela mengenai kondisinya saat ini.

"Ahahahahaha, haaaaaa, astaga Bela, makin hari pikiranmu makin berkembang pesat ya, aku jadi benar-benar mulai takut dengan perkembangan kemampuanmu itu deh, apa artinya dadamu ini juga ikut berkembang?" goda si Mona sambil meremas-remas dada si Bela.

"Jadi, apa kau bisa jelaskan bagaimana ceritanya sampai kau bernasib seperti ini? (btw enak juga remasannya, tolong jangan berhenti)" kata Bela yang diam-diam menikmati pelecehan yang dilakukan oleh Mona, tapi bersikap jual mahal dengan tetap bersikap cool.

"(Kampretos, dia gak geli ya? Sepertinya memang benar kalau cewek ini bukan cewek biasa) Soal masalah ini Bel, sebenarnya ucapanmu tadi bisa kukatakan 50% benar, tapi 50 % juga salah," kata Mona sambil berhenti meremas dada si Bela karena mengira hal itu tidak berdampak apa-apa kepadanya.

"(Cih, dia malah berhenti) Oh, 50% salah? Kalau begitu bisa beritahu bagian mananya yang salah?"

"Well, seperti dugaanmu tadi, aku memang lebih suka menyelesaikan masalahku dengan kemampuanku sendiri karena aku tidak suka sikap manja, bahkan untuk masalah percintaan pun aku lebih memilih berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan hati cowok yang kusuka walaupun aku sama sekali tidak punya pengalaman dibidang itu, karena menurutku sebagai cewek itu adalah hal keren yang akan menjadi kenangan manis tak terlupakan, wa…walaupun pasti aku bakal trauma sedikit kalau ternyata ditolak sih, haha," kata Mona yang tadi sempat berwajah ceria, namun mendadak menjadi muram ketika dirinya mengucapkan kata "ditolak" tadi.

"(Paham, aku pahaaaaaaam banget, rasanya pasti sakit banget itu)" kata Bela yang tidak sengaja teringat dengan massa lalunya yang kejam.

"Tapi dalam masalah ini, aku baru saja menyadari kesalahanku yang fatal, yaitu terlalu cemburu dan terburu-buru."

?

"Haa? Cemburu dan terburu-buru?"

"Yap, lebih tepatnya aku cemburu dengan kalian yang hampir tiap hari selalu saja ada saja cowok-cowok yang menembak kalian, ya aku sih tidak masalah dengan hal itu karena wajar saja bagi kita yang terkenal di sekolah kita, tapi….tapi…tapi kenapa? KENAPA CUMA AKU DOANG YANG GAK ADA COWOK YANG BERANI NEMBAK AKU HAA?! AKU SAMA-SAMA TERKENAL DENGAN KALIAN! AKU SAMA-SAMA MAIN BARENG DAN DUDUK DENGAN KALIAN! TAPI KENAPA CUMA AKU SAJA YANG DITAKUTI SAMA COWOK HAA?! TOMBOI-TOMBOI BEGINI AKU JUGA PUNYA PERASAAN BANGSAT!! HUAAAAA!!" kata Mona yang mulai menangis sambil mencekik-cekik leher si Bela ketika dirinya mengingat moment-moment di mana dia hanya membatu ketika 3 temannya itu ditembak oleh para cowok-cowok setiap hari.

...

...

"Ah..ah..ahahaha, te..ternyata kau terganggu soal itu ya? Ka..kami kira kamu sama sekali tidak peduli dengan yang begituan, ma…maaf ya kalau kami kurang peka," kata Bela meminta maaf sambil membiarkan Mona mencekik lehernya.

"Lalu sekitar beberapa waktu yang lalu, setelah aku bicara soal masalah kejuaraan pencak yang akan diadakan bulan depan, bu Helda juga sempat bicara masalah ini denganku, dia itu kepala sekolah! Tapi kenapa bisa-bisanya dia menyindirku karena tidak di dekati oleh para cowok seperti kalian ha?! Siapa juga yang gak kesel kalau kau disindir dan diledek terang-terangan oleh kepala sekolah seperti itu ha?! Hatiku ini sakit banget tahu mendengarnya!"

!!!

"Ha? Tu..tunggu dulu, HAAAAAA?! BU HELDA?! BU HELDA KAU BILANG?!"

"Ya sialan! Kepala sekolah kita yang kurang waras itu! Dan jujur saja Bel, sebenarnya aku tidak masalah dengan pertanyaan keponya seperti kenapa aku masih jomblo, soal tipe cowok kesukaanku ,dan sejenisnya, tapi masalahnya adalah saat dia mulai mengenalkanku dengan si Jupri dan mulai menyarankanku untuk mendekatinya tahu! Gila kan?! Aku benar-benar enggak habis pikir kenapa dia sampai berani menyuruhku …."

"Tapi kau menerima sarannya kan?"

Mendengar ucapan Bela barusan, langsung saja Mona yang tidak bisa membantah soal itu pun turun dari motor dan mulai memukul-mukul tanah sambil mengomel mengenai keputusan bodoh yang dia buat itu.

"HUUUAAAAAAAA!! IYAAA! IYAA AKU TAHU!! AKU TAHU AKU GOBLOK!! SEHARUSNYA AKU GAK MUDAH TERPANCING SOAL SARANNYA BU HELDA ITU! TAPI MAU BAGAIMANA LAGI BEL! AKU TERLALU GALAU SAAT AKU INGAT CUMA AKU SAJA YANG JOMBLO DIANTARA KITA BEREMPAT!! JADI AKU SECARA GAK SADAR NERIMA SAJA SARAN BU HELDA DAN MULAI MEMPERHATIKAN SI JUPRI ITU!" kata Mona yang emosi berat ketika mengingat betapa rendah kelakukannya di massa lalu yang mudah sekali terpengaruh dengan godaan bu Helda, saking emosinya tangannya sampai memerah karena memukul tanah terlalu keras.

"Mama, apa itu yang namanya kesurupan?" tanya anak kecil yang melintas sambil melihat kelakuan gaje si Mona.

"Huss, jangan dilihat," kata sang ibu sambil menutupi mata anaknnya dan berjalan pergi.

"(Astaga, kamus rusak itu benar-benar tahu cara memanipulasi orang ya, tapi untuk sekarang ayo kita kesampingkan hal itu dan membahas masalah perempuan ini) Ok-ok aku paham kalau garis besarnya kau dipaksa oleh bu Helda untuk mendekati dan memacari si Jupri yang dia rekomendasikan itu, tapi terlepas dari itu, apa si Jupri itu sesuai dengan tipemu? Dan kalau boleh tahu juga, apa kau bisa beritahu aku bagaimana tipe cowok kesukaanmu seperti yang kau bilang kepada bu Helda saat itu?"

Mona yang daritadi sempat tergeletak di tanah dengan perasaan-perasaan emosial yang tidak berguna, mulai bangkit lagi sambil membersihkan bajunya yang kotor, kemudian dengan memasang gaya yang cool saat duduk kembali di kursi motor, seperti anak indie yang hatinya sedang berbunga-bunga, Mona pun mulai menjelaskan tipe cowok kesukaannya seperti yang dia katakan kepada bu Helda di massa lalu.

"Aku tuh ya, jika ditanya tipe cowok seperti apa yang aku suka, aku akan dengan lapang dada mengatakan, aku suka cowok yang jago berantem biar bisa melindungiku kalau ada yang menggangu aku, cowok yang cerdas biar dapat dapat pekerjaan dengan gaji 10 juta perbulan, dan cowok yang suka sepak bola biar anakku bisa diajari menjadi pemain Nasional."

...

"(Ahahahahahahaha, dasar jancok, ngelawak dia, omongan dan sikapnya benar-benar gak sinkron tahu, aku gak percaya dia mengatakan hal-hal itu di depan kepala sekolah, rasanya ingin aku…)"

"Ya mungkin kau pasti mengira begitu sih, tapi lebih dari apapun, aku lebih suka cowok yang menerima dan memperlakukanku sebagai wanita apa adanya, tidak peduli apa kekurangan dan kelebihanku itu, hehehehe," kata Mona dengan sikap malu-malu kucing yang dulunya membuat Akbar, Nita, dan Lisa shock berat.

Bela yang sempat ingin mengutuk agar umur temannya berkurang itu hanya tersenyum saja mendengar ucapannya barusan, karena dia sadar tidak peduli sehebat dan sejantan apapun dirinya itu, si Mona tetaplah seorang perempuan yang punya perasaan juga.

"(Haaaaaaaa, walaupun aku tidak terlalu yakin, sepertinya aku tahu kenapa bu Helda ingin banget cepat-cepat menjodohkan anak ini, KARENA SUMPAH, DIA IMUT BANGET KALAU MALU-MALU BEGITU KAMPRET!!) Hoo, kalau kau sampai bisa jadi pacarnya begini, apakah artinya si Jupri itu sesuai dengan tipe yang kau sebutkan tadi Mon?"

"Soal itu, jujur saja aku masih belum tahu apa sebenarnya Jupri ini sesuai dengan tipeku atau tidak karena aku masih belum menyelidiknya lebih jauh. Jadi, karena aku sama sekali tidak punya pengalaman apapun soal masalah percintaan seperti ini dan tidak mau massa depanku jadi suram karena salah pilihan, aku yang biasanya sering berusaha sendiri ini mau tidak mau ingin minta pendapat kalian."

"Ah, maksudmu saat kau ingin bicara dengan kami di kantin itu ya?"

"Ya, tapi sayangnya saat itu adikku malah mengacau, dia meminta bantuan Akbar untuk mencegahku mendekati si Jupri karena dia bilang dulu si Jupri itu orang yang playboy, jadi karena itulah saat itu aku tidak datang ke kantin dan malah pergi ke bangunan Helper Club untuk membereskan kesalah pahaman ini, karena memang benar kalau aku masih belum tertarik dengan si Jupri, tapi sayangnya …."

"Kakakku yang tidak tahu kondisimu yang sebenarnya malah berbuat terlalu jauh, dan akhirnya membantumu bisa pacaran dengannya seperti ini ya?"

...

...

"Hmmmm, terlalu jauh ya? Ahaha, ahahahahaha, AHAHAHAHAHAHAHA!! BANGSATLAH! AKU JADI TERINGAT DENGAN HAL GOBLOK YANG MENJIJIKAN!! GELI BANGET AKU KALAU INGAT HAL ITU CUK! IIIIIIIIHHHH!!!" kata Mona yang teringat dengan kesalah pahaman yang terjadi diruangan Helper Club.

Ketika si Mona sempat strees dan mengomel-ngomel soal kebodohan yang terjadi pada saat itu, Bela yang masih saja kepikiran dengan masalah temannya yang satu ini masih saja merasa cemas, karena di saat dia tahu kalau bu Helda termasuk sumber masalah ini, dia yakin pasti akan ada hal buruk yang akan terjadi.

"(Pertama, dia merekomendasikan Jupri ke Mona setelah dia menanyainya soal tipe cowok kesukannya, jadi aku bisa asumsikan kalau Jupri ini tipe cowok yang disukai oleh Mona tapi dianya masih belum sadar soal itu. Kedua, dia membuat kak Akbar membantunya jadi pacaran, dan ketiga sekarang kak Akbar bilang kalau si Jupri ini anak mucikari dan baru saja menculik Lisa yang menyamar menjadi Mona, dari 3 hal ini sudah jelas kalau wanita itu sedang mempermainkan kak Akbar dengan membuatnya terlibat dengan kasus kejahatan, tapi masalahnya adalah kenapa? Kenapa harus serumit ini? Kenapa harus pakai penculikan dan kenapa harus si Mona targetnya? Lalu apa untungnya kalau Jupri ternyata malah berhasil mencuri Mona yang asli? A..apa ini semua berhubungan dengan taruhan yang mereka bicara …)"

"Alphard."

"Ha? Ah maaf, aku sempat melamun sebentar, kau bilang apa tadi Mon?"

"Tadi Akbar bilang Toyota Alphard berwarna putih kan?"

"Ya, dan nomer platnya adalah K 141….eh tunggu, JANGAN-JANGAN….."

Dan di saat dirinya baru saja menoleh kearah samping, melajulah sebuah mobil Toyota Alphard berwarna putih yang mereka tunggu-tunggu melewati mereka dengan cepat, karena itulah dengan sigap 2 anak itu mulai memperhatikan plat nomer mobil itu.

"SIAL!! CEPET BANGET MELAJUNYAA!! ETOO..NOMERNYA PLATNYA..BERAPA ITU NOMER PLATNYA!! K L A…."

"Ahahahaha, KLA matamu, itu memang K 1412 ID yang kita cari Mon, sekarang pegang erat-erat ke aku," kata Bela yang tadi bisa melihat jelas nomer plat mobil itu sambil mulai menyalakan sepeda motornya.

"(Yaelah, motor model "Matic" seperti begini saja disuruh pegangan, memangnya dia bisa secepat apa dengan motor untuk para perawan in …)"

BRRREEEEEEEEEEEEEEEEEMMMMMMMMMMMMMMMM!!!

WUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUSSSSSSSHHHHH!!!

!!!

Kalian tahu apa itu film "Fast and Furious", ya, itu adalah film balapan terkeren yang pernah dibuat oleh orang-orang "Kayu Suci" yang memiliki banyak fans karena alur ceritanya yang benar-benar penuh dengan "BRUUUMM!', "BREEEM!!", "CKITTT!!", "DOR-DOR-DOR!", "DUARR!", "DUDUDUDU", "DO YOU LIKE THAT!", "BLACK PINK! IN YOUR AREA!" (wtf?) dan sejenisnya. Dan pada saat ini, bocah malang bernama Mona baru saja merasakan bagaimana ketegangan yang dirasakan oleh para aktor di film itu ketika mereka berada di adegan kejar-kejaran.

"ASTAGON DRAGON BELL!!! BERHENTI!!! AKU BILANG BERHENTI SEBENTAR BEL!! BELAAAA!!" kata Mona yang terguncang setengah mati ketika merasakan cara berkendara Bela yang bar-bar.

"AHAHAHAHAHAHA!! KENAPA MON?! APA KAMU TAKUT?! BUKANNYA KAMU SUKA BALAPAN?! SEHARUSNYA KAMU SUDAH TERBIASA DENGAN KECEPATAN INIKAN?! AHAHAHAHA!" kata Bela yang malah menikmati kepanikan si Mona yang menurutnya imut itu.

"IYA! AKU SUDAH BIASA DENGAN ITU! TAPI AKU MASIH GAK BIASA DENGAN CARA NGE-GASMU YANG MENDADAK ITU BANGSAT!! KASIH AKU NAFAS SEBENTAR BEL!! BISA MANDUL AKU KALAU KAU...WAAAAA!! BELAAAAA!! BEEEL!! MAMAAAAAAA!! TOLOONG!!" kata Mona si pengemar balapan liar yang histeris ketakutan karena kelakuan liar temannya yang levelnya berbeda jauh darinya.