Chereads / Helper Club / Chapter 49 - 2 kakak

Chapter 49 - 2 kakak

Beberapa menit sebelumnya.

"Ukh, ke..keparat, a..apa yang baru saja terjadi?" kata Mona yang kepalanya masih terasa pusing karena pengaruh obat tidur si Bela yang ternyata kurang efektif.

"Ah, nyonya sudah bangun rupanya, apa anda ingin minum holly water lagi," kata sang bartender kepada Mona yang baru bangun itu.

"Uhh, a..aku memang ingin minum, tapi maaf, aku tidak bawa uang sama sekali, jadi apakah itu gratis?"

"(Hmm, sebenarnya harganya 4.000 sih, tapi karena aku tadi dapat uang tips yang bukan kaleng-kaleng…) Khusus hari ini, akan saya traktir," kata sang bartender sambil berkedip ke arah Mona.

"Oh, kalau begitu terima kasih kak," kata Mona yang masih merasa pening itu.

Kemudian, setelah dirinya meminum holly water pemberian dari sang bartender, Mona sempat berusaha mengingat-ingat kembali apa yang sudah terjadi, karena dia yakin kalau dirinya tidak mungkin datang ke tempat seperti ini tanpa tujuan yang jelas.

"Sial, kenapa aku datang ke tempat ini ya? Apa kau tahu kenapa aku ada disini kak bartender?" kata Mona kemudian bertanya kepada sang bartender.

"(Ingat janjimu dengan wanita itu bro, kau harus pura-pura tidak tahu apa yang sudah terjadi) Maaf, saya tidak tahu kenapa nyonya ke sini, yang saya tahu nyonya langsung tertidur setelah salah meminum pesanan orang," kata sang bartender beralasan.

"Salah minum minuman orang? Me..memangnya tadi aku minum apa sampai aku pingsan begini? Dan lagian tidak mungkin juga aku mau minum minuman beginian, pasti ada orang yang mengajakku untuk...…Bela…..oh benar juga, tadi aku kesini dengan Bela untuk mencari si Lis..."

!

"LISA! AH BENAR JUGA!! LISA DALAM BAHAYA!!" kata Mona yang langsung saja bangkit dari kursinya ketika dia ingat tujuan dia datang kesini.

"(Wah, sebenarnya aku mau bilang kalau sudah seri seperti perintah nyonya itu tadi, tapi sepertinya dia ini masih ngelindur ya? Apa aku harus memberinya air lagi) Anu, apa kau ingin nambah lagi nyonya?"

"Hei kak! Apa kau tadi lihat cewek yang datang bersamaku kesini? Kemana dia sekarang?" kata Mona kemudian kepada sang bartender yang ingat dengan siapa dia datang ke tempat ini.

...

...

"(Hmmm, nyonya itu bilang jangan beritahu sebab dia tidur, tapi tidak bilang kemana dia akan pergikan? Jadi aku boleh berkata jujurkan sekarang?) Ah, dia sudah pergi daritadi ke tempat kerjanya kembali," kata sang bartender yang benar-benar mengira kalau Bela adalah seorang pekerja sungguhan.

"Ha? Tunggu sebentar, kakak tadi bilang tempat kerja? Apa maksudnya itu? Aku dan anak itu masih…."

"Yo cantik, lagi sendirian saja nih."

Belum selesai dirinya menanyakan masalah si Bela, tiba-tiba muncul seorang fakboi yang duduk di sebelahnya dengan pakaian serba berwarna kuning, tentu saja Mona yang ingatannya sudah pulih kembali itu tahu kalau yang akan dilakukan oleh cowok itu pasti akan 11:12 dengan tingkah dari orang yang dihajar/ditawan oleh si Bela tadi.

"(Aduh, lagi-lagi cowok sialan, ini sebabnya aku paling tidak suka masuk ke tempat beginian)" kata Mona dengan wajah cemberut.

"Hei-hei, kenapa kamu jadi cemberut begitu cantik? Jangan begitu dong, nanti cantiknya berkurang lho, sini, biar kakak traktir biar tidak cemberut lagi," kata cowok "kuning" itu yang ke PD annya sudah melewati batas normal.

"Maaf, aku lagi sibuk mencari seseorang, hei kak, terimah kasih untuk air putihnya ya," kata Mona yang tidak melihat sedikitpun ke arah laki-laki itu sambil mulai berdiri dari kursinya untuk beranjak pergi.

"Sama-sama, oh iya, kalau tidak keberatan tolong sampaikan salamku untuk temanmu juga ya saat kau sudah sampai dikantormu, dan lain kali aku sarankan agar tidak buat masalah dengannya ya, itu juga demi keselamatanmu," kata sang bartender yang menitip pesan sekaligus memberikan peringatan.

"(Sumpah, kenapa dia mengira aku dan Bela itu orang kantoran sih? Apa dia salah focus karena kebanyakan mencium bau alko….)"

Mona berhenti beranjak dari tempatnya ketika seseorang memegangi tangannya dengan kuat, dan tahulah dirinya saat menoleh kebelakang, ternyata itu adalah ulah si cowok kuning yang berusaha mencegah si Mona pergi karena kelihatannya dia tertarik dengannya.

"Eits, tunggu dulu dong cantik, kenapa kamu buru-buru pergi begitu sih? Bantu temani aku minum segelas dulu dong," goda cowok itu dengan senyuman yang menyebalkan.

"Hei, aku peringatkan, aku benar-benar ingin pergi dari tempat ini secepatnya tanpa membuat masalah sedikit pun, jadi cepat lepaskan tangan najismu itu dariku selagi aku masih bersabar," kata Mona dengan tatapan tajam yang menakutkan.

"Hoooo, ngeri deh, tapi kalau aku tidak mau lepasin, kamu mau ap…."

1

2

...

DUAAAAASSSH

!

Setelah memutar balik pergelangan tangannya yang membuat cengraman cowok itu terlepas, Mona segera saja memukul ulu hati dan leher cowok kuning itu dengan sangat cepat, dan setelah cowok itu lumpuh kesakitan untuk beberapa detik, Mona langsung melakukan tendangan 360 derajat ke kepala cowok itu yang akhirnya membuatnya melayang dari tempat duduknya, saking cepatnya semua pergerakannya itu, tidak ada yang sadar kalau si Mona melakukan semua itu dalam waktu 2 detik.

"Terkadang orang diam bukan karena dia lemah, tapi karena dia tidak mau membuat kerusuhan dengan kekuatannya yang berlebihan, ingat itu baik-baik dasar cowok bangsat," kata Mona sambil memasang wajah dan gaya yang badass.

"BOS!! APA YANG BARU SAJA TERJADI PADAMU?!"

!

Kagetlah si Mona ketika muncul kerumunan orang yang datang menghampiri cowok kuning yang baru saja dia tendang itu, dan melihat orang-orang itu menggunakan jaket kuning yang persis dengan cowok itu dan salah satu dari mereka memanggil cowok itu dengan sebutan bos, tahulah Mona kalau saat ini dia baru saja membuat sebuah masalah dengan sebuah geng.

"(1,2….7, ah bangsat, sepertinya aku tidak akan bisa pergi dengan tenang dari tempat ini)" kata Mona yang kesal ketika selesai menghitung jumlah orang yang menghampiri cowok itu.

"Hei, ap..apa kau baik-baik saja bos?! Apa kami perlu membawamu ke RS?" tanya seorang yang kemungkinan adalah bawahan si cowok kuning itu.

"BA..BANGSAT!! LE..LEPASIN GUE!! LU KIRA GUE SELEMAH ITU SAMPAI BUTUH KE RUMAH SAKIT APA?!..Dududuh! Si..sialan! Sa..uhuk-uhuk...sakit banget sumpah!" kata si cowok kuning itu sambil memegangi pipi dan lehernya yang terasa ngilu itu.

"Woi bicth! Berani-beraninya lo nyakiti bos kita, apa lu tahu siapa dia ini ha?!" kata bawahan lain kepada Mona dengan nada-nada suara seorang preman pasaran.

"Enggak tahu dan enggak peduli," kata Mona yang bersikap massa bodoh itu.

"Dasar bangsat! Dia itu Agus Satria Utomo, bos geng "Macan Jantan," kita yang menguasai wilayah di barat sebelah…"

"Ok-ok, nama bos kalian ASU, hore, semua tepuk tangan, yeeee, jadi apa sudah selesai perkenalannya? Apa aku boleh pergi dari sini sekarang hei cowok ASU?" kata Mona dengan ekspresi wajah datar.

!

Mendengar ledekan Mona yang tidak kaleng-kaleng itu, ada beberapa anggota geng itu yang hampir tertawa karena paham dengan maksud lelucon si Mona barusan, tentu saja si bos yang bernama "Agus" ini merasa geram karena dirinya sudah dipermalukan sebanyak 2x oleh Mona.

"Hei cewek lacur, kau pikir kau bisa pergi semudah itu setelah kau cari gara-gara denganku ha? Kamu belum pernah ngerasain bagaimana kejamnya dunia luar ya?" kata si AS…Agus dengan wajah garang.

"Oh, aku sudah tahu kok, malah lebih dari yang kau bayangkan, jadi sebelum kau menyesal karena berurusan denganku, aku sarankan kau enyah dariku sekarang," kata Mona yang masih bersikap tenang.

?

"Pfft, ahahahahaha, woi kalian! Apa kalian dengar kata cewek laknat ini barusan? Bisa-bisanya dia malah mengertak disaat-saat begini, gertakannya basi pula, ahahahaha," kata Argus yang menertawakan kata-kata Mona barusan.

"Jadi, kita tidak bisa menyelesaikan ini baik-baik ya? Kau yakin?" kata Mona dengan tatapan yang lebih serius.

"Tu..tunggu nyonya dan tuan sekalian, i..ini bukan tempat untuk kalian bertengkar, ja..jadi tolong selesaikan urusan kalian di luar san…"

BRAAAK

!!!

"Ahahahahahaha....haaaaaaaaaaaaa.....Sumpah, gue bakal buat lu mampus setelah ini dasar lacur, woi kalian! Tangkap tuh cewek!" kata Agus yang tidak mengubris kata-kata sang bartender dan mulai bersikap serius menghadapi si Mona.

Akhirnya, setelah merasa dirinya tidak akan bisa keluar dari tempat itu dengan tenang, Mona yang juga memutuskan untuk memberi pelajaran kepada para anak-anak gadungan itu sempat bertanya kepada sang bartender.

"(Waduh! Di mana sih para penjaga disaat gaduh begini? Bukannya kata mereka ada para penjaga disetiap ujung tempat ini, tapi kenapa tidak ada yang muncul sama seka…)"

"Hei kak, apa kau punya sesuatu yang panjang seperti tongkat? Misalnya seperti kain pel atau sejenisnya begitu?" kata Mona kepada sang bartender.

"Eh, to..tongkat? Ah ma..maaf! A..aku tidak punya yang begituan disi….eh tunggu, ka..kau tidak serius ingin melawan mereka?!" kata sang bartender yang kaget ketika mendengar Mona menginginkan suatu benda itu.

"Memangnya kakak pikir aku hanya akan diam saja dan membiarkan mereka menyiksaku apa? Maaf, aku tidak semurah itu (kondisiku memang sudah mendingan sih, tapi aku tidak yakin bisa menghajar mereka semua saat ini, jadi aku akan kabur keluar saat ada celah)" kata Mona yang mulai memasang kuda-kuda bertarungnya sambil focus kepada beberapa anak buah si Agus yang datang menghampirinya.

"WOI-WOI-WOI TUNGGU KALIAN SEMUA!! KENAPA KALIAN MAIN KEROYOKAN DENGAN 1 PEREMPUAN SIH?! DAN INI BUKAN TEMPAT BERKELAHI WOI! JADI BERHENTI….."

"KEMARI KAU DASAR CEWEK BANGS!!...Aw aw aw!! A..apaan nih!!"

!!!

Kagetlah salah satu anak buah Agus yang ingin memukul si Mona ketika tangannya dipegang orang dengan ketat dari arah belakangnya, dan si Mona jadi lebih kaget karena ternyata orang itu adalah Akbar.

"Maaf menganggu kalian, tapi ada urusan apa ya kalian dengan adik ku yang barbar itu? Karena dilihat dari kekuatan gengamanmu, sepertinya kau benar-benar ingin menghajarnya deh," kata Akbar sambil tersenyum manis.

"(Ak..Akbar!! Se..sejak kapan dia sampai di tempat ini?!)" kata Mona yang kaget dengan kedatangan Akbar yang tidak terduga-duga itu.

"Haaa? Adik? Jadi kau kau si cewek sialan ini rupanya, kalau begitu sebaiknya kau pergi saja dan jangan ikut campur sialan, karena saat ini adikmu itu harus tanggung jawab karena sudah berani cari gara-gara denganku tahu!!" kata Argus yang tidak tertarik dengan kedatangan si Akbar.

"Ahahahahaha, aku tidak tahu apa yang membuat kau sangat marah dengan adikku, tapi maaf ya, aku tidak bisa membiarkanmu menyakitinya, karena kakak macam apa yang membiarkan adik perempuannya yang manis ini di goda banyak cowok seperti ini ha?" kata Akbar yang baru saja melepaskan genggamannya pada orang yang mau memukul si Mona sambil berjalan mendepani adik palsunya itu.

M-A-N-I-S

!!!

"(Haaaa?! Ma..manis?! Di..dia memanggilku manis?!)"

"Karena itu, apa kita tidak bisa menyelesaikannya dengan cara damai? Aku akan ganti rugi kerugian yang kau dapatkan karena ulah adikku, jadi apa kita setuju?" kata Akbar yang menawarkan suatu penawaran, yang sayangnya dia lupa kalau dompetnya sedang tidak berada bersamanya.

Mendengar ucapan Akbar barusan, Argus sempat berpikir sejenak mengenai persyaratan yang ditawarkan oleh kakak targetnya itu, dan setelah berpikir keras, Agus pun membisikan sebuah perintah kepada para bawahannya yang membuat mereka tiba-tiba berjalan masuk ke dalam ruangan bartender, dan setelah anak buahnya sudah berada di posisi yang dia perintahkan, Aguspun segera memberikan jawaban dari tawaran si Akbar tadi, yaitu…

"Woi, adik lacurmu itu sudah merusak wajahku yang tampan yang biaya perawatannya tidak sedikit, karena itu, kalau kau mau tanggung jawab soal wajahku yang sudah tidak tampan ini lagi …."

PRANG!!

?

"PALING TIDAK KAU HARUS MASUK RUMAH SAKIT SAMPAI BIAYA PERAWATANMU SETIMPAL DENGANKU SIALAN!!! AHAHAHAHA!!"

"HEI KALIAN!! TUNGGU!! KALIAN HARUS GANTI RUG…."

"TENDANG SAJA BARTENDER TOLOL ITU DAN TERUS LEMPAR KAKAK ADIK IDIOT ITU SAMPAI MAMPUS!!!! AHAHAHAHAHA!!"

PRANG PRANG PRANG

!!!

Mona hanya terdiam saja ketika melihat para bawahan Argus melemparkan botol-botol minuman keras di ruang bartender itu ke arahnya setelah si Agus memberikan aba-aba kepada mereka, tapi yang membuatnya shock adalah bukan karena dirinya yang tidak terluka karena serangan mendadak itu, tapi karena melihat si Akbar yang dengan cekatan melindunginya dari botol-botol itu dengan cara memeluk dan membelakanginya sehingga botol-botol itupun mengenainya.

"(Eh..di..di..dia…dia…dia ba..baru saja melindungi…)"

"Aduh aduh! Ba..bangsat! Sakit banget sialan! Telat sedetik saja tadi bisa rusak wajah perawanmu itu Mon," kata Akbar yang kesakitan menahan lemparan botol dari para berandalan itu yang masih sempat-sempatnya bercanda disaat yang tidak tepat.

M-E-N-A-W-A-N

!!!!

"(ME..ME..MENAWAN!!! DI..DIA MENYEBUT WAJAHKU MENAWAN?! KE..KENAPA DISAAT-SAAT BEGINI DI…DIA MENYEBUT WAJAHKU MENAWAN HAA?!)" kata Mona yang mulai salah focus.

"Hei Mona! Dengar! Aku bisa menebak bagaimana kau bisa kesini, tapi walaupun begitu ,tidak seharusnya kau datang untuk menyelamatkan adikmu dengan...aduh duh!!...de..dengan kondisimu yang sakit itu tahu! Nekat itu ada batasnya woi!!" kata Akbar yang malah memarahi tindakan Mona saat ini yang dia anggap berbahaya itu walaupun dirinya sedang dilempari botol-botol kaca.

Walaupun daritadi semua yang dikatakan Akbar membuatnya terpesona, kali ini ucapannya malah membuatnya sedikit kesal, dan rasa kesalnya itu Mona pun segera menjentik dahi si Akbar dengan kencang.

"Aduh! Hei! Apa-apaan yang kau lakukan barusan itu ha?! Apa kau mau tukar posisi dengan…."

"Jika kau bisa menebak kenapa aku bisa disini, sekarang coba tebak, apa yang akan kau lakukan kalau si Lisa itu adikmu?" kata Mona dengan tatapan serius.

Mendengar pertanyaan retoris dari Mona barusan, Akbar hanya tersenyum saja dibuatnya, karena dari hatinya yang paling dalam, walaupun dia memiliki alasan untuk membenci si Bela, dia pasti akan melakukan hal yang sama dengan si Mona jika Bela yang sedang diculik saat ini, karena itulah, Akbar tidak bisa memarahi gadis tomboy itu lebih lama lagi.

"Haaissh, memang insting kita sebagai kakak benar-benar menyebalkan ya," kata Akbar yang malah kesal sendiri ketika tahu jawaban apa yang akan dia katakan pada Mona.

"Kalau begitu kau tidak punya alasan lagi untuk mencegahkukan? Oh ka-kak" goda si Mona pada Akbar dengan suara centil.

"(Hiiii, bisa-bisanya dia ngelawak disaat seperti ini, merinding bangsat) Cih, terserahlah, lagian saat ini adikmu masih jadi clientku, jadi paling tidak aku akan menyelamatkannya dari si Jupri … "

...

?

"… Eh tunggu, ke..kenapa mereka berhenti melemp…."

Merasa aneh karena dirinya tidak merasakan botol pecah yang dilemparkan ke bagian tubuh belakangnya itu, Akbar sempat menoleh kebelakang untuk melihat situasi, tapi sayangnya dia tidak bisa mengira kalau saat itu dia akan…

PRAAAANG!!

...

...

"Eh..Ak..Akbar."

"AAAAAAAAAAAHHHHH!!!!!!!!"

"MAMPUS KAU BANGSAT!! AHAHAHAHAHA!"

Langsung saja Akbar tersungkur ke lantai ketika si Agus ternyata datang menghampirinya dan langsung memukul kepalanya secara langsung dengan botol minuman keras yang dia ambil dari meja bartender, yang dimana sayangnya pada saat itu Akbar tidak sengaja menoleh kebelakang sehingga serangan itu malah membuat mata kiri si Akbar sampai berdarah dibuatnya.

"AKBAR!! KA..KAU BAIK-BAIK SAJA?! AKBAAR!!" teriak Mona kepada Akbar yang tersungkur kesakitan itu.

"(Si..sialan! U..ucapan si Nita benar-benar jadi kenyataan lho, a..aku harus traktir dia makanan besok saat sekolah)" kata Akbar yang teringat dengan ucapan Nita tadi malam sambil berusaha bangun dari lantai dan memegangi bagian matanya yang berdarah.

"ASU!! BERANI-BERANINYA KAU BERANTEM PAKAI SENJATA!! AKAN KUBUAT MAMPUS KAU SETELAH INI DASAR COWOK BANCI!!" kata Mona yang geram dengan aksi Agus yang cupu itu.

"Aaaaaaah, lihat semuanya, si adik jadi kesal karena kakaknya yang hampir pingsan, ahahaha, imut banget deh, kalau begitu, KENAPA GAK SEKALIAN KAU PINGSAN JUGA HAA?!! AHAHAHAHAHA!"

Langsung saja Agus yang sangat menikmati pemandangan sadis itu melemparkan botol minuman keras ke arah si Mona dengan kecepatan penuh, dan "PRANG", si Mona pingsan karenanya seperti perawan yang kecapekan karena malam pertama.

...

...

Tapi sayangnya tidak seklise itu permisa sekalian, karena disaat botol itu hampir mendarat ke muka si Mona, Akbar yang emosinya hampir melewati batas kewarasan itu dengan tangkas menangkap botol itu, lalu dengan durasi dan kekuatan yang lebih kuat, Akbar pun melemparkan balik botol itu ke wajah boros si Agus dan….

PRAANG!!!

...

...

??!!!

"AAAHHHH...…NJINNGG!!" kata Agus yang terjatuh lagi ke lantai.

"BOS!! KA..KAU TIDAK APA-APA?!" kata salah satu anak buah Argus yang panik ketika bosnya itu tersungkur dilantai.

"AHHH!! KE…KEPARAT!! SA..SAKIT BANGET BANGSAT!!" kata si Agus sambil memegangi wajahnya yang kesakitan.

"WOI BRENGSEK! BERANI-BERANINYA KAU MENYAKITI BOS KITA! MAMPUS KAU SETELAH IN…..."

SCRAT

"AKHHH!!!"

Semuanya jadi terdiam sejenak ketika Akbar melemparkan pecahan-pecahan botol kaca itu tepat ke bagian mata si anak buah Argus yang sedang membacot tadi, bukan karena lemparannya yang tepat sasaran, tapi karena saat ini mereka merasa aura si Akbar benar-benar berbeda dengan sebelumnya yang di mana saat ini mereka menjadi merinding ketika melihat tatapan Akbar yang terasa mengintimidasi mereka.

"(As..astaga! A..apa-apaan dia itu! Ba..bagaimana ta..ta..tatapanya bisa jadi sangat jantan begitu!)" kata Mona yang malah melihat Akbar dari sudut pandang yang ngawur.

"Mona, maaf, walau kau jago pencak seperti yang dikatakan Nita atau sejenisnya itu, aku tetap saja tidak bisa membiarkan seorang cewek yang sedang sakit kecapekan mengurus para bedebah-bedebah ini, jadi kalau kau tidak mau kabur dari sini, paling tidak jangan jauh-jauh dari sisiku," kata Akbar dengan nada suara yang sangat tegas dan serius.

"(Eh, ba…barusan saja di.dia…)"

Setelah memberikan peringatan kepada Mona, Akbar yang saat ini benar-benar kesulitan menahan emosinya itu mulai bersikap serius dan terang-terangan mengancam para berandal gadungan itu.

"Hei, aku sudah membiarkan kalian melampiaskan kekesalan kalian ke diriku sebagai ganti rugi yang dibuat adikku ini, tapi berani-beraninya kalian masih mau menyakitinya setelah apa yang kalian lakukan ini, apa kalian gak malu main keroyokan dengan 1 perempuan ha? Apa kalian sudah gak punya harga diri lagi sebagai cowok ha? Kalau memang begitu, maju sini kalian semua! Akan aku ajari kalian sopan santun seperti gantleman ala KINGSMAN," kata Akbar sambil memasang kuda-kuda bertarungnya walaupun saat ini matanya sedang mengalirkan darah.

DUG DUG DUG….DUGDUGDUGDUGDUGDUGDUG!!!!!

!!!

"(Hei, ke..kenapa ini?! Ke..kenapa ha..hatiku tiba-tiba berdetak kencang begini?)" kata Mona yang kaget karena tiba-tiba jantungna berdetak lebih kencang dari biasanya setelah melihat aksi Akbar barusan.

"BAJINGAN KAU!! JANGAN CUMA BANYAK BACOT SAJA KAU SIALAN!! HIAAAT!!!"

DUASSS!!

!

Dan salah satu dari maklukh-maklukh tolol bin goblok yang berlari dengan kecepatan penuh kearah Akbar itupun langsung saja terkapar ke tanah ketika Akbar yang memanfaatkan ilmu "energy kinetic" itu memukul dagunya dengan keras kearah yang berlawanan dari arah lari maklukh tolol itu. Lalu sambil menginjak kepala si berandal malang yang pingsan seketika itu, dengan tegas Akbar berkata.

"Terkadang orang diam bukan karena dia lemah, tapi karena dia tidak mau membuat kerusuhan dengan kekuatannya yang berlebihan, ingat itu baik-baik dasar cowok-cowok bangsat," kata Akbar dengan ekspresi wajah penuh kemuakkan kepada para berandal-berandalan itu.

Tidak hanya mukannya yang memerah karena terpesona, tapi hati Mona juga berdebar-debar sangat kencang melihat sosok Akbar yang saat ini benar-benar mirip dengan tipe lelaki idamannya, dan karena tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, tanpa sadar si Mona pun berkata dengan kata-kata "manis" soal perasaanya saat ini.

"(Jan…..cok, se..sepertinya aku sedang jatuh cinta)" kata Nita yang hatinya sedang berbunga-bungan di situasi yang salah.

"(Seriuslah, ada orang yang sedang kesekitan dikeroyok banyak orang, tapi tidak ada 1 pun orang-orang disini yang berusaha melerai kejadian ini? Negara ini benar-benar sedang mengalami krisis moral yang ber....eh, krisis?? Aahh!! Benar juga!! Inikan saat-saat kritis!! Jadi pasti....) Woi mas bartender!! Aku yakin tempat mewah seperti ini punya lebih dari 3 satpam!! Jadi apa kau bisa memanggil mereka dikantor kerjamu sebelum para brengsek ini merusak properti tempat kerjamu lebih parah lagi??!!" kata Akbar yang masih bisa berpikir cerdas di kondisi menegangkan itu.

!!!

"Eh...AAAAAHHH!! BE...BENAR JUGA!! KOK AKU GAK KEPIKIRAN SIH???!! TU..TUNGGU YA MAS!! A..AKU AKAN PERGI KANTORKU DULU!!" kata si bartender yang langsung saja berlari menuju arah kantor tempat kerjanya.

"WOI BEDEBAH!! JANGAN BERANI-BERANI KAU PANGGIL...!!"

DUUUUAK

!!!

Melihat ada seorang anggota yang ingin mengejar bartender itu, langsung saja dengan gesit Akbar menghampiri dan kemudian menendang keras orang itu hingga terpental jauh.

"Woi anak-anak yang pantas dihapus namanya dari KK keluarga, kalian sudah mengajariku cara tanggung jawab yang benar, karena itulah sebagai murid yang baik yang bercita-cita sebagai PNS, aku harus balas budi ke kalian 2x lipatkan?" kata Akbar sambil memasang kuda-kuda bertarungnya.

"Pfffft, bisa-bisanya kau melawak disaat seperti ini, aku jadi bingung harus khawatir denganmu atau tidak tahu," kata Mona yang hanya tersenyum saja mendengar ucapan Akbar barusan sambil berjalan kearah sampingnya.

"Hei, kalau kau tidak bisa berantem karena penyakitmu kumat, lebih baik kau kabur saja selagi ada kesempatan dasar perawan."

"Itu kata orang yang masih ingin berantem walaupun matanya buta 1," sindir Mona sambil mulai memasang kuda-kuda bertarungnya lagi.

"Ahahaha, hanya karena belum bisa dibuat melihat, bukan berarti aku buta sialan, aah terserahlah, pokoknya awas saja kalau kau jadi beban."

"Iya iya aku mengerti wahai kakakku sayang."

Dan akhirnya, pertengkaran antara anggota geng yang berisi para sampah masyarakat dan 2 kakak yang penyakitan itu pun dimulai.