Chereads / Helper Club / Chapter 50 - Siswa SMA, Ibu, Polisi, dan Geng

Chapter 50 - Siswa SMA, Ibu, Polisi, dan Geng

Di sisi lain, si bartender yang berlari sekencang mungkin untuk memanggil para penjaga itupun akhirnya sampai juga di depan kantor kerjanya itu, tapi sayangnya, ketika dia baru saja membuka pintu elektronik itu, dia malah disuguhi pemandangan yang akan membuatnya trauma dengan film-film horror.

"(Sialan, jangan bilang kalau semua penjaga itu sedang istirahat di dalam sana, kenapa mereka tidak buat kelompok shift saja sih? Massa kalau 1 istirahat terus semuanya juga ikut istira ….) "

!!!

"U…..uwaaaaaaaaaaah!! Ma…mayaaaat!! Ada mayaaat!!"

!!!!!!!!!!!!!!

Tentu saja sebagai manusia normal, sang bartender itu pun langsung saja berlari menjauh setelah dirinya yang baru saja membuka pintu masuk itu malah disuguhi pemandaangan yang menakutkan, yang dimana saat itu dia melihat semua penjaga yang dia tahu sudah mati bersimbah darah di lantai.

Dan karena pintu masuk itu dia biarkan terbuka, tentu saja orang-orang yang ada di luar pun bisa melihat secara jelas para mayat yang bergeletakan di tanah itu, karena itu sontan saja semua orang juga ikut panik dibuatnya sehingga membuat mereka terburu-buru kabur menuju pintu luar.

"WOI BAHAYAAA!! ADAAA ORANG MATTI DISINI!!! CEPAT KELUAR DARI SINI!!!"

!!!

"Ha? Orang mati? Woi Nit? Aku enggak salah dengarkan? Tadi ada orang yang bilang ada orang matikan?" kata Akbar yang baru saja menendang salah satu anggota geng yang menyebalkan itu berkali-kali dengan lututnya sampai tepar ke lantai.

"COK COK MATI KAU JANCOOOK!! ...Eh ma..maaf, kau tadi bilang apa bar?" tanya Nita yang kurang focus mendengarkan ucapan Akbar tadi karena keasyikan menendang-nendang kepala seorang anggota geng yang baru dia banting ke tanah.

BATS

!!!

Dan semua orang yang ada didalam gedung itupun menjadi lebih panik ketika tiba-tiba seluruh lampu di tempat itu mati secara bersamaan yang membuat suasana tempat ini menjadi hitam gulita, karena merasa ini adalah kesempatan yang bagus, Akbar pun memutuskan untuk mengurung niat bertarungnya dan mengajak Mona kabur.

"(Aku gak tahu kenapa lampunya bisa mati disaat yang tepat begini, tapi kali ini saja, terima kasih PLN!! Lampu mati bangsatmu benar-benar berguna saat ini!) MONA!! SEKARANG KESEMPATAN KITA UNTUK KABUR!! PEGANG TANGANKU AGAR TIDAK KESASAR," kata Akbar yang langsung saja berlari sambil menarik tangan si Mona.

?

"Eh, tu..tunggu sebentar Akbar, aku masih belum membalaskan matamu yang berdarah it....WAAAAH!" kata Mona yang kaget ketika Akbar tiba-tiba menariknya paksa itu.

"WOI BANGSAT!! JANGAN LARI WOI!! KALIAN SEMUA!! CEPET TANGKAP 2 ANAK LONTE ITU!!" kata Agus yang kesal berat itu.

Tanpa banyak basa-basi lagi, adegan kejar-kejaran classic ala film-film Dollywod pun dimulai, Akbar yang tahu kalau dirinya di kejar itu terus saja berlari menuju keramaian agar para berandalan itu kesulitan untuk menemukan mereka.

"Permisi-permisi! Ada orang hamil mau lewat! Permisi!!" kata Akbar yang mencari-cari alasan agar dipersilahkan lewat oleh orang-orang.

"(Di..di..dia memegang tangaku! Di..dia memegang tanganku!!)" kata Mona yang malah memikirkan hal yang tidak-tidak.

Sedangkan itu, para berandal bodoh yang mencoba untuk menghentikan pelarian mangsa mereka itupun mulai melemparkan botol-botol kaca secara sembarangan ke arah Akbar dengan pandangan yang minum, tentu saja hasilnya adalah lemparan mereka itu tidak sedikit mengenai para pelangga lainnya, dan karena kebodohan mereka itu, suasana pun menjadi lebih kacau dan ricuh karena semua orang beramai-ramai berlari menuju arah pintu keluar.

"Wuah, goblok sumpah! Bisa-bisanya mereka sembarangan seperti itu! Apa mereka gak lulus Sarjana pemalakan? Bisa gawat kalau botol mereka menyasar ke…."

PRANG

?

Entah instingnya yang terlalu tinggi atau pengelihatannya yang tajam, tapi yang pasti untuk beberapa saat, Akbar sempat melihat botol nyasar yang dilemparkan secara sembarangan oleh para berandalan itu hampir mengenai kepala orang yang ada disampingnya, karena itulah dengan cepat Akbar melepaskan pegangan tanganya dengan si Mona dan mendorong jauh-jauh orang disebelahnya itu dengan ke 2 tangannya, dan walaupun dirinya berhasil menyelamatnya orang di sampingnya itu dari botol nyasar, akhirnya dengan desakan orang-orang yang berhamburan keluar, Akbar dan Mona pun jadi berpisah.

"Eh, apa yang baru saja….WAAH AKBAR! KAMU DI MANA?! AKBAR!!" kata Mona yang baru sadar dari lamunannya karena tiba-tiba pegangan tangan dari si Akbar itu hilang sambil mulai menengok ke arah kiri kanan di dalam kegelapan.

"(Bangkelah!! Kok malah jadi acara drama India begini sih?!) Mona, apa pun yang terjadi jangan gubris berandal itu! Tetap membaur ke kerumunan dan pergilah keluar, akan aku tunggu di….wah kampret! Ngapain kau pegang-pegang....aku gak bawa dompet sialan! Jadi jangan raba-raba…aaahh!!"

?

"(Anjir, dia itu baik-baik saja atau tidak sih? Ah bodohlah, pokoknya sekarang aku harus keluar dulu juga dari sin…)."

"Ketangkap kau cewek bajing…."

!

Melihat salah seorang berandal yang menggunakan senter HP untuk penerangan itu berhasil mencengkram tangannya, tanpa banyak bacot Mona langsung melakukan pukulan lurus ke kepala berandal itu hingga terhempas bebas.

"BERISIK!! BERKELAHI ITU PAKAI TANGAN DAN KAKI!! BUKAN MULUT DAN SENTER HP KENTANG CICILAN DASAR COWOK CULUUN!!"

Saat wajah si Mona terlihat sekilas dari penerangan temannya yang sudah berkorban tadi, 3 berandal lainnya yang sudah mengetahui posisi Mona itu segera saja menghampirinya sambil membawa botol kaca.

"MAU KEMANA KAU CEWEK BANGSAT??!!"

"JANGAN PIKIR KAU BISA SELAMAT SEKARANG!!"

"MAMPUS KAU SETELAH INI!!"

"PUJA KULIT KERANG AJAIB!!"

"(Sial, apa 3 berandal ini benar-benar gak bisa bertarung dengan tenang tanpa…)"

"Ha? Tunggu, siapa yang tadi bilang puja…."

PRANG

DUAK!

1 orang langsung terkapar di tanah karena kepalanya terpukul dengan botol kaca, 1 orang lagi sekarang karena "sesuatunya" yang panjang di tendang dengan keras, dan ketika sebuah sinar HP menyilaukan wajah si berandal terakhir, langsung saja Mona memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan tendangan 180 derajatnya yang akhirnya membuat berandal itu melayang ke udara.

"Sejak kapan kau setenang itu menghajar orang pakai botol kaca Bel?" tanya Mona sambil merengangkan kakinya yang mulai terasa kram.

"Hmmm, sejak aku penasaran kenapa banyak adegan kartun yang disensor KPI mungkin."

"Kau tahu, sebenarnya aku ingin sekali memukul wajah menyebalkanmu itu dengan botol kaca sekarang juga, tapi untuk saat ini, terima kasih sudah membantuku," kata Mona kepada penolongnya yang saat ini sedang menyinari wajahnya sendiri sambil memasang ekspresi wajah tolol dan mengelikan.

"Ahahahaha, ayolah, jangan marah begitu dong, aku bukannya meninggalkanmu sendirian Mon, aku tadi sempat keluar sebentar untuk menghubungi polisi karena sinyal HP di tempat ini sangat buruk, dan baru saja selesai, tiba-tiba ada lampu mati dan kericuhan di dalam sini, jadi aku butuh waktu untuk mencarimu lho, untungnya saja tadi aku melihat sekilas wajahmu dari senter orang-orang ini, jadi aku bisa menemukanmu deh," kata Bela sambil memeluk erat dan mengelus-ngelus wajahnya ke pipi si Mona.

"Cih, terserahlah," kata Mona yang bodoh amat.

"Ah, kamu imut deh kalau baik begitu, makasih ya (Tapi boong, ahahahaha!! Kebetulan saja saat aku sembunyi dari suasana ricuh karena ada orang shock melihat mayat teman-temannya dan diam-diam keluar saat mati lampu ini, aku tiba-tiba mendengar suara teriakan machomu deh)" kata Bela tanpa merasa berdosa sama sekali.

"Tapi sumpah dah, aku benar-benar gak tahu jalan pikiranmu itu Bel, kok bisa-bisanya kau meninggalkan teman cewekmu sendirian di tempat najis seperti ini, kau gak punya hati nurani ya?" kata Mona yang kesal pada Bela mengenai suatu hal sambil mencubiti pipinya.

"Ahahahaha, maaf-maaf, habis tidurmu lelap sekali sih, saking lelapnya sampai aku mengira kau cuma bisa di bangunkan oleh ciuman seorang pangeran bermobil Ferari saja, dan apakah para cowok ini salah satu diantaranya?"

"Matamu, tidak lihat mereka tadi mau menyerangku ha?"

"Ha? Memangnya kenapa juga mereka menyerangmu? Apa kau ngelindur dan tidak sengaja menghajar bos mereka?"

"Kenapa tebakanmu itu rata-rata tepat 90% sih? Aku mulai takut kalau kau mulai menebak apa seseorang akan mati mengenaskan atau…"

Mengenaskan?

!

"ASTAGA SI AKBAR!! AKU LUPA KALAU ADA DIA!!" kata Mona sambil buru-buru pergi berlari keluar ruangan saat ingat dengan kondisi Akbar yang bisa dikatakan mengenaskan itu.

"Ha? Kak Akbar sudah datang disini?! A..ada di mana dia sekarang?" tanya Bela yang kaget mendengar kakaknya sudah datang.

"DIA SEKARANG ADA DI LUAR MENUNGGUKU! POKOKNYA SEKARANG AYO KITA CEPAT KESANA!! SEKARANG KONDISINYA SEDANG GAWAT TAHU!!"

?

"Haaa? Tunggu sebentar Mon! Apa maksudmu kondisinya sedang gawat itu?" tanya Bela yang tidak paham dengan ucapan Mona barusan.

"Tadi aku dan dia sempat bertengkar dengan berandal-berandal tolol itu, dan dia sempat terluka karena melindungiku tadi dari lemparan botol kaca sampai-sampai kepalanya berdarah Bel!"

?

"Ber….da….rah...katamu? Ba…bagian mananya yang berdarah?"

"Bagian mana? Kan sudah aku bilang kepalanya yang …"

!!!

DUAAK

BUAAK

"MINGGIR!! MINGGIR KALIAN SEMUA BANGSAT! JANGAN HALANGI AKU! MINGGIIIIIRRR!"

Kagetlah si Mona ketika dirinya melihat temannya barusan itu tiba-tiba menjadi gila dan mulai berlari ke depan dengan kecepatan penuh sambil menerjang semua yang menghalanginya, bahkan dia tidak segan-segan menendang dan memukul mereka yang ada di depannya.

"(Astaga! Aku tahu kalau dia memang pedulian dengan orang yang dekat dengannya, tapi yang barusan itu sudah keterlaluan oi! Kenapa dia bisa sampai semarah itu?!) HEI BELA!! JANGAN BERTINDAK NGAWUR BEGITU BEL! TENANGKAN DIRIMU DULU! WOI BELAAA!!" kata Mona sambil berlari mengejar Bela.

---

Beberapa menit kemudian.

Setelah berdesak-desakan dan (sedikit) melakukan kekerasan untuk bisa mendapatkan jalan, akhirnya 2 wanita itupun sampai juga di luar tempat maksiat itu, dan mereka agak terkejut dibuatnya karena tiba-tiba saja saat itu muncul banyak mobil polisi yang mengepung tempat itu.

"Wow bangsat, ini beneran seperti di film-film aksi lho, apa kau beneran yang memanggil para polisi in…"

"KAK AKBAR!! KAKAK ADA DIMANA??!! KAK AKBAR!!!" kata Bela yang mengabaikan ucapan si Mona.

"Aduh, hei Bel, suaramu terlalu kencang woi! Apa enggak bisa kau … "

!!!

Dan disaat dirinya berusaha untuk mencari si Akbar di tengah kerumunan manusia itu, kagetlah Mona ketika dirinya melihat ada beberapa orang berjaket hitam yang keluar dari mobil dan ikut-ikutan masuk kedalam gedung bersama para polisi, dan karena tahu siapa orang-orang berjaket hitam itu, Mona pun berusaha mengajak Bela untuk pergi menjauh, tapi …

"(Anjir!! Aku tahu seluruh wilayah Timur itu wilayah kekuasaan "mereka", tapi kenapa juga mereka datang kesini bersama polisi ha? Apa yang sebenarnya sedang terjadi disini sih? Apa ini pertanda hal buruk akan terjadi?) Bel gawat, sepertinya kita terlibat dengan hal yang lebih berbahaya dari perkiraan kita deh, jadi sebaiknya kita …. "

"BERISIK!! JANGAN MIKIR YANG LAIN! POKOKNYA SEKARANG BANTU AKU CARI KAKAKKU SAJA DASAR SIALAN! KAK AKBAR!! KAKAK DIMANA?!" kata Bela yang benar-benar sedang emosional saat ini sambil menoleh ke arah kiri kanan untuk mencari si Akbar.

!

"(Astaga! In..ini pertama kalinya aku melihat dia semarah ini lho, di..dia beneran khawatir dengan kakaknya ya?) Ba…baik Bel, ta…tapi tolong jangan marah-marah begitu Bel, na..nanti orang-orang…"

"DASAR CEWEK TOLOL! KAU BILANG DIA TERLUKA KARENA MELINDUNGIMUKAN?! KALAU SAMPAI DIA KENAPA-KENAPA, AKAN KUBUAT KAU GAK BISA IKUT PENCAK SEUMUR HIDUP DASAR SIALAN!!"

!!!

"He…hei, a..aku tahu aku salah karena secara tidak langsung aku yang membuatnya jadi terluka, tapi bukannya ucapanmu barusan itu sudah keterlaluan Bel?" kata Mona yang merasa shock dengan ucapan kasar sahabatnya yang benar-benar menyayat hati.

"Kau!!! Kau tidak tahu apa yang baru saja kau lakukan! Kalau dia sampai ingat siapa dirinya dulu! Rencanaku…"

"Bela? Apa itu kau?"

Mendengar seseorang memanggilnya dari arah belakang, Mona dan Bela langsung saja menoleh ke arah sumber suara itu, dan kagetlah si Mona ketika dia tahu kalau orang yang baru saja memanggil si Bela itu adalah seorang wanita berambut pendek pirang dan berjaket hitam yang sedang dikawal oleh beberapa polisi dan orang kekar yang memakai jaket yang sama dengannya.

"Wah dik Bela sudah besar ya, rasanya baru kemarin kamu masih jadi anak SMP yang unyu-unyu deh, waktu itu memang kejam ya," kata seorang polisi yang mengamati Bela dengan teliti.

"KENAPA KALIAN LAMA SEKALI?! APA ORANG-ORANG TUA SUDAH TIDAK BISA DIANDALKAN LAGI SAMPAI-SAMPAI ANAK SMA HARUS TURUN TANGAN?!" teriak Bela dengan tatapan yang seram.

"Waaah, mulutnya juga jadi tambah dahsyat, kamu lagi dalam massa berontak ya Bel? Ahahahaha," kata seseorang yang berjaket hitam itu.

"Hei, dengar Bel, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan caramu yang spontan itu, kami harus melakukannya secara terorganisir untuk menghindari kemungkinan buruk dan korban tidak bersalah tahu, dan juga mengurus 2 organisasi secara bersamaan itu tidak mudah woi," jawab wanita itu dengan ketus.

"(Ja..jaket…jaket itu, ja..jaket hitam dengan insial perak BJ, ti..tidak salah lagi..di..dia ini anggota …) A..anu, ma..maaf, apa saya boleh bertanya sebentar?" kata Mona yang sempat-sempatnya ingin bertanya soal sesuatu kepada ibu temannya itu.

Melihat ada seorang wanita yang seumuran dengan anaknya disampingnya, si wanita ini bisa mengira kalau si Mona pasti teman dari si Bela, karena itulah diapun mulai memperkenalkan dirinya.

"Oh, kau pasti temannya si Bela ya? Maaf kalau anakku melibatkanmu dalam masalah yang berbahaya seperti ini," kata ibu si Bela itu sambil tersenyum kecil kearah Mona.

"Eh, i..iy..iya, na..nama saya Mona, da..dan mohon maaf, tapi me..mengenai yang tadi, a..apa saya boleh bertanya soal sesuatu pada ibu?"

"Bertanya? Tanya soal apa ya?"

"Ja..jaket yang sedang ibu gunakan itu, bu…bukannya itu jaket dari geng "Black Jack" yang paling terkenal di daearah Timur sini?"

Saat mendengar pertanyaan dari Mona barusan, si ibu ini baru saja sadar kalau dirinya belum memperkenalkan dirinya dengan baik kepada Mona, karena itulah diapun langsung saja memberitahu Mona mengenai siapakah dirinya itu.

"Ah benar juga, aku belum beritahu namaku ya? Baiklah, perkenalkan nak, namaku Irwati Abadeir, ketua geng "Black Jack" sekaligus ibu dari si Bela temanmu ini," kata si bu "Irwati" sambil tersenyum ramah namun penuh ketegasan.

KETUA

!!!

"(BANGSAAAT!! BU..BUKAN ANGGOTA LAGI TAPI DIA KETUANYA??!! APA LU BERCANDA?!!! KETUA GENG NOMER 1 DI WILAYAH TIMUR TERNYATA ADALAH IBU-IBU TEMAN SEKELASKU?!! JUDUL SINETRON MACAM APA INI??!!)" kata Mona yang shock dengan pengakuan dari bu Irwati barusan.

?

"Eh, se..sebentar, la…lalu bagaimana dengan polisi-polisi ini? Bukannya aneh kalau anggota geng datang bersamaan dengan polis …."

"Ah mereka? Ya bisa dikatakan aku punya kekuasaan khusus juga di kepolisian, jadi mereka bisa dikatakan sebagai bawahan tidak tetapku untuk sekarang sih."

"Yoo, salam kenal ya gadis muda," kata sang polisi sambil mengedipkan mata kirinya.

"(Sumpah cok, sebenarnya apa yang sebenarnya sedang terjadi iniiiii?)" kata Mona yang mulai strees karena sudah tidak bisa berpikir jernih lagi dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Hei Irwati, lihat itu, sepertinya anakmu sedang mencari sesuatu deh," kata seorang berjaket hitam sambil menunjuk ke arah Bela yang ternyata daritadi sudah meninggalkan percakapan ringan mereka.

"Hei Bela!! Apa yang sedang kau cari ha? Apa kau sedang mencari tersangka atau ...…"

"KAK AKBAR!! APA MAMA MELIHAT KAK AKBAR DI SEKITAR SINI SAAT MAMA DALAM PERJALANAN KESINI?!"

....

....

!!!

"Apa? Anak bedebah itu ada di sini? Kenapa kau juga memanggilnya ke sini ha?" kata bu Irwati yang tiba-tiba tatapannya menunjukan rasa kesal yang besar.

?

"(Eh? A..anak bebebah? Ya..yang dia bicarakan itu si Akbar kan?)"

"ITU BUKAN HAL YANG PENTING!! POKOKNYA SEKARANG BANTU AKU MENCARINYA MA! KATA TEMANKU INI DIA SEDANG TERLUKA KARENA SUDAH MELINDUNGINYA DARI PARA BERANDALAN DI DALAM SANA!! KARENA ITU KITA HARUS SEGERA MENOLONGNYA SEBELUM …"

TUT-TURUU

TUT-TURUU

Mendengar HP nya berdering di saat yang tidak tepat, Bela yang sempat hilang kendali atas pikirannya itu ingin sekali membanting HP nya yang berisik itu, tapi di saat dia baru saja mengeluarkan HP nya dan ingin membantingnya, dia pun menghentikan niat bodohnya itu dan segera pergi menjaga jarak dengan ibunya dan si Mona, karena ternyata yang menelponya itu adalah orang yang sedang dia cari.

[HALOO KAKAK!! AKU SUDAH DENGAR DARI SI MONA KALAU KAKAK TERLUKA! KAKAK ADA DIMANA?!]

"(Ha? Kenapa juga dia jadi jaga jarak begitu?)" tanya Mona dan bu Irwati yang 1 pikiran terhadap sikap Bela itu.

[Astaga Bela, kalau kau memang tahu kalau aku sedang kesakitan, seharusnya kau tidak main bentak begitu tahu! Ah sial, kepalaku, duuuuh]

[AH! A..AKU MINTA MAAF! A..AKU TIDAK TAHU KONDISI KAKAK SAAT INI! DIMANA?! DIMANA KAKAK SEKARANG?! BIAR AKU ANTAR KAKAK KE …]

[(Sumpah dah wanita ini!!) Diamlah, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku karena aku bisa menyembuhkan lukakku sendiri, aku menelponmu karena aku hanya ingin kau mengantarkan kembali si Mona ke RS nya, aku tahu kau yang memanggil polisi dan itu memang ide yang bagus, tapi tetap saja aku tidak tahu kenapa kau sampai membiarkannya sampai ikut denganmu walaupun kau sudah memanggil polisi dan tahu bagaimana kondisinya saat itu, maksudku kau pasti tahukan kalau penyakit DB itu bukan penyakit yang bisa sembuh dalam 1 hari? Dia pasti butuh perawatan lebih setelah semua yang terjadi di tempat itu]

[Eh, ta..tapi kak Akbar, si Mona bilang kalau kakak terluka di bagian kepala, apa kakak masih bisa…]

[Jangan khawatir aku akan pingsan atau sejenisnya, karena bisa dibilang saat ini aku punya pertolongan pertama dari …]

[Oh yeah Akbar, ah-ah-aaaahhh!! ..a..amajing.....you hebat banget…ah-ah-ahh!!...lagi-lagi-lagii!! Aaaaaahhhh!]

[PEREMPUAN BANGSAT!! BISA GAK KAU TIDAK GILA UNTUK BEBERAPA DETIK SAJA?! AKU GAK BISA FOKUS NYETIR TAHU!!]

[AH MAAF SARASWATI, I GAK MAKSUD…AAAAAAAHHHH!! ENAAK!]

!!!

[(Suara laknat itu, jangan-jangan itu bu Hel…)]

[Karena dilihat dari para polisi yang "mungkin" sudah kau panggil sudah datang di tempat bangsat bersama anggota geng janda tua itu, sepertinya aku tidak perlu lagi menolong adik si Mona yang di culik itu, karena itu aku akan pergi duluan, titip salamku ke Mona ya]

[Kak Akbar, tunggu dul…]

TREEK

...

...

...