Chereads / Helper Club / Chapter 44 - Ini cerita romantiskan?

Chapter 44 - Ini cerita romantiskan?

Beberapa saat yang lalu.

Setelah Lisa dan Jupri bemain-main sampai puas ditaman bermain itu, segera saja mereka berdua memutuskan untuk pergi keluar dari sana, karena itulah Nita yang daritadi mengawasi mereka di balik bayangan bersama kakak kelasnya itu merasa lega karena semua penderitaannya telah berakhir.

"Haaaaa.....haaaa...…haaaa, ak…akhirnya, ki..kita bisa keluar dari tempat penyiksaan ini, sekarang ak..aku benar-benar yakin kalau Tuhan yang maha pengasih itu ada," kata Nita yang suaranya hampir hilang karena terlalu banyak berteriak tadi.

"(Bela dan Mona adalah salah satu dari 4 ratu sekolah, bahkan si Bela adalah bos mereka, sebenarnya apa yang sedang terjadi disini? Apakah sebuah kebetulan kalau aku bertemu dan bahkan berhubungan dengan 2 orang yang paling mencolok disekolah seperti ini? Apakah ini salah satu kerjaan orang tua itu? Tapi kalau iya, untuk apa dia sampai bawa-bawa orang terkenal seperti Mona untuk datang ke…..tunggu, apa jangan-jangan dia memang sengaja melakukannya untuk meningkatkan …)"

"Hei kak Akbar, apa kau dengar aku?"

"Eh? Ah maaf aku melamun sebentar, tadi kau bicara soal apa dasar anjing?" kata Akbar yang kembali ke kesadarannya setelah Nita bertanya padanya dengan wajah yang manis sambil menginjak kakinya keras-keras.

"Di setiap wahana yang kita naiki, semua orang termasuk aku rata-rata berteriak 1-3 kali atau bahkan hampir pingsan ketakutan seperti baru melihat mantan yang sudah beranak, tapi kakak malah selalu memasang wajah poker face yang menyeramkan seperti ini, jadi sudah kelihatan banget kalau kakak tidak menikmati semua ini lho, apa kakak sudah pernah mencoba semua wahana ini sebelumnya?" tanya Nita sambil menunjukan foto-foto gratis yang mereka dapatkan karena ada promo, yang di mana foto itu menunjukan wajah datar si Akbar yang benar-benar "datar" secara harfiah saat mereka menaiki wahana-wahana permainan di sana.

"Kau pikir aku semacam Crazy richman yang pakai uang 50.000 buat tisu apa? Maaf, aku tidak sekaya itu.

"Ah!! A..apa kakak sebenarnya kesal karena uang kakak ludes untuk membayari aku?"

"Tenang saja, aku tidak peduli soal masalah itu kok, aku hanya kepikiran soal masalah pribadiku yang gak penting-penting amat."

"Hmmm, apa masalah kakak itu berhubungan dengan para ratu itu? Karena setelah aku menjeleskan apa dan siapa para ratu sekolah kita itu, kakak langsung saja bertingkah aneh sampai saat ini lho."

Akbar hanya terdiam sesaat ketika Nita tahu apa yang sedang dia pikirkan saat itu, tapi karena merasa itu bukanlah masalah yang bisa dibahas dengan siapa saja secara sembarangan, Akbar pun memutuskan untuk tidak membicarakannya.

"Tidak, bukan itu, aku cuma kepikiran dengan hal gak penting saja kok, misalnya kenapa kata Jan+C-O-K itu disebut kata kotor walaupun sampai saat ini kita gak tahu apa artinya."

"Itu…..sungguh masalah gak guna yang benar-benar dalam, bahkan mungkin seminar Nasional kebahasaan tidak akan mampu menyelesaikannya deh kak," kata Nita yang entah harus bersikap terkesan atau massa bodoh dengan ucapan Akbar barusan.

"(Ya tidak mungkin juga kan aku membicarakan masalah itu dengannya, toh memang dia tidak ada kaitannya dengan hal ini)"

"Oh ya kak, nih uangnya, jumlahnya pas dengan uang yang kakak keluarkan untuk membayarku, jadi aku tidak punya hutang lagi ya," kata Nita setelah dia mengambil uang dari dompetnya dan memberikannya kepada Akbar.

"Hmm, ah iya terima kas …."

Akbar sempat terdiam sejenak ketika dia baru saja memegang uang yang diberikan Nita itu, dan saat sadar dengan apa yang baru saja Nita lakukan itu, dengan tegas Akbar pun mengembalikan uang itu ke juniornya.

"Hei perawan, sudah kubilang kalau aku tidak marah soal masalah uang itu tahu, jadi ambil kembali uangmu ini!" kata Akbar sambil mengembalikan uang si Nita.

"Pfft, ayolah kak, kakak pikir aku tidak tahu apa kalau kakak sebenarnya berbohong? Sudahlah terus terang saja oh wahai kakakku sayang, karena sudah sifat alami manusia kalau mereka akan kesal jika mereka harus mengeluarkan pengeluaran dadakan yang tidak perlu," kata Nita sambil tersenyum sinis.

"Dan sudah sifat alami manusia untuk menjewer telinga cewek yang budeg, jadi berhenti ceramah dan cepat ambil uangmu ini!" kata Akbar yang kesal dengan anggapan Nita barusan.

"Ah…ah..ah! Kenapa kakak malah marah sih? Bukannya seharusnya kakak senang karena uang kakak kembali?"

"Kau seperti mengatakan kalau aku ini orang mata duitan kampret, dan lagian kenapa dari awal kau berbohong soal kau tidak membawa uang itu ha?"

"I..itu sebenarnya aku ingin bercanda saja dengan kakak agar aku bisa melihat wajah panik kakak karena bingung harus berbuat apa agar aku bisa masuk, hehehe, ta..tapi karena kakak ternyata malah membawah uang lebih dan sampai terlanjur membayariku terlalu banyak, a..aku jadi merasa bersalah, ja..jadi aku tidak berani ngomong dulu di saat kita bermain-main tadi, hehehe, ma..maaf ya kalau aku baru mengembalikannya sekarang," kata Nita dengan wajahnya yang malu-malu itu.

"Dan sekarang apa kau sudah puas lihat aku mentraktirmu seharian ini ha dasar junior sialan?" kata Akbar sambil mencibiri pipi Nita.

"Ahhh, ya-ya aku minta maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi," kata Nita yang tidak bisa apa-apa dengan Akbar yang sedang melampiaskan emosinya itu.

"Hilihi kintil, kau pikir aku akan percaya begitu saja apa? Sudahlah jangan banyak bicara lagi, ayo kita …."

Akbar hanya terdiam lagi ketika dirinya yang baru saja selesai mencibiri pipi Nita yang tembem sampai merah itu tiba-tiba dadanya didorong oleh si Nita dengan tangan kanannya, dan yang membuatnya terdiam itu adalah bukan karena Akbar sedang memikirkan mengenai apa yang akan si Nita lakukan untuk membalas cibirannya barusan, tapi itu karena si Nita yang ternyata menempelkan uang yang dikembalikan olehnya lagi ke dadanya.

"Hei Nit, kau keras kepala banget deh, sudah aku bilang kalau aku tidak butuh uangmu itu, jadi ambil kembali …."

"Maaf ya kak, hanya karena aku cewek, bukan berarti aku akan bertindak seenaknya sendiri saat sedang berduaan dengan seorang cowok seperti minta diperhatikan lebih, dimanja, atau sejenisnya, karena itu sudah prinsipku untuk bersikap adil pada semua orang."

?

"(Ha?)"

"Hehehe, mungkin kakak akan menganggapku bercanda, tapi jujur saja ya kak, aku benar-benar menganggap kencan kita ini seperti sungguhan lho, dan aku benar-benar menikmatinya ketika aku bermain dan tertawa bersama kakak seharian ini, aku merasa kalau aku benar-benar sedang berkencan dengan orang yang aku sukai," kata Nita yang merasa gembira ketika dirinya teringat dengan hal-hal konyol yang mereka alami tadi saat bermain bersama.

"(Haaaaaaaaaaaaaaa?)"

"Karena itu, aku pikir tidak pantas kan kalau kak Akbar yang rugi sebelah seperti ini disaat aku sedang bersenang-senang bersama kakak? Jadi agar akhirnya kita berdua bisa sama-sama menikmati kencan kita ini, setidaknya aku juga harus merasakan yang kakak rasakan juga kan? Hehe," kata Nita sambil tersenyum manis kearah seniornya itu.

!

"Pfft, haha, hahaha, AHAHAHAHAHAHAHAHA!!"

Nita hanya menatap jengkel seniornya yang tiba-tiba saja tertawa terbahak-bahak seperti orang kerasukan itu, karena bagaimana si Akbar tidak tertawa seperti itu, karena ini pertama kalinya dia melihat adik kelas yang selalu saja ribut denganya setiap hari itu tiba-tiba mengatakan kata-kata yang menurutnya paling mustahil untuk diucapakannya.

"Kakak kelas sialan! Memangnya apa yang lucu dengan ucapanku tadi ha?! Aku tadi beneran sedang serius tahu! Bisa-bisanya kakak malah menertawakannya seperti ini!" kata Nita cemberut sambil menendang-nendang bokong si Akbar yang masih saja tertawa lepas itu.

"Hahahahaha, si..sialan sumpah! A..aku gak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar barusan, darimana kau mempelajari ilmu hitam itu ha? Dark web? Play store? Tokopedia? Atau Rock bottom? Ahahahaha! Gak pantes sumpah kata-kata itu dengan kelakuanmu."

"(Ihhhh!! Rasanya ingin banget aku rebut dompetnya sekarang)" kata Nita yang makin kesal dan mulai mamperkuat tendangannya.

"Ahahahaha.....haaaaaa, ok-ok aku paham, aku akan terima uangmu itu, tapi berhentilah bersikap manis seperti itu lagi ya, karena bisa gawat kalau aku mulai jatuh cinta padamu," kata Akbar yang hanya tersenyum kecil kepada junornya itu sambil mengelus-ngelus kepalanya.

"Maaf ya, aku tidak tertarik jadi pelakor," kata Nita yang ingat bahwa si Akbar sudah memiliki seorang pacar sambil menyerahkan lagi uangnya itu kepada Akbar.

"Saran saja Nit, kalau kau daftar kuliah S1 "Perselingkuhan" jurusan "Mama muda", kau pasti diterima lewat jalur prestasi dengan jurus bicara manismu itu, bwahahahaa!" ejek Akbar sambil menerima uang si Nita itu.

"Dasar calon mucikari, bisa tidak kakak memperbaiki cara ucapan kakak agar lebih gentle seperti kak Jupri? Karena aku yakin semua perempuan akan menghajar kakak kalau kakak selalu berkata holy shit, dia punya mobil!!!"

….

….

?

"Eeeeeeeeeee, maaf, aku gak connect, bagaimana perempuan bisa mengahajarku kalau aku berkata holy …"

"Bukan itu maksudku kak! Tapi itu tuh! Lihat itu!" kata Nita sambil menunjuk-nunjukan ke arah sesuatu yang ada di depannya.

Dan Akbar pun segera melihat kearah sesuatu yang sedang ditunjuk Nita, dan Akbar hanya berkata "Wow" saja saat dirinya melihat si Jupri sedang membukakan sebuah pintu mobil kepada Lisa layaknya seorang putri.

"Wow, dia mengantar pulang pacarnya dengan mobil Alphard, well, sepertinya kita secara tidak langsung juga sudah mengatasi masalah ekonomi seseorang untuk 7 turunan deh," kata Akbar.

"Hahaha, sesuatu yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh kakak walau sudah 7 turunan ya?" ejek si Nita.

"Jelas dong, kalau aku sih pasti akan kujemput pacarku dengan kereta kelinci kelas ekono...."

TUTURUU-TUTURUU

Akbar pun menghentikan kalimatnya ketika dia tiba-tiba mendapatkan panggilan masuk dari HP nya, dan ketika dia mengecek nama orang yang sedang menelponnya itu, dia langsung saja memasang ekspresi wajah risih karena orang yang menghubunginya adalah bu Helda.

"Cih, orang yang menyebalkan menelpon, kali ini ada masalah apa lagi? Ya, dengan korban taruhan yang sedang dipermainakan disini, apa ada yang bisa saya bantu?"

[Hei korban taruhan yang sedang dipermainkan, bisa I bicara dengan Akbar? Karena aku believe aku baru saja call nomer teleponya dan bukan "korban taruhan yang sedang dipermainkan", and kalau aku remember-remember aku tidak pernah meet dengan orang yang bernama "korban taruhan yang sedang dipermainkan", apa kita pernah meet tuan "korban taruhan yang sedang dipermainkan"? Kalau yes apakah tuan "korban taruhan yang sedang dipermainkan" bisa menceritakan how kita bisa …]

[Ah maaf, kalau begitu sepertinya nomer yang anda tuju tidak terdafar, jadi silahkan coba lagi setelah nada berikut ini. AAAA-SUUUUUUUUUUUUUU]

[Ahahahahahahahaha, ok-ok aku lose, aku benar-benar cannot menandingimu kalau kita bicara about sarskasme seperti this]

[Jadi, ada apa sampai ibu menelpon saya?]

[Yaaaa, you remember dengan apa yang kau inginkan dari me tadi malam? Aku sudah menyiapkan file-filenya dan akan aku kirim ke emailmu, apa kau already membacanya?]

[Ah soal itu rupanya, maaf aku belum sempat mengeceknya karena aku sedang ditengah-tengah urusan penting, kalau begitu terima kas …]

[Well kalau begitu untuk jaga-jaga, I akan memberitahu you soal "Bad things" dari si Jupri ini]

[Eh, Bad Things?]

[Ya, aku sih don't know masalah apa yang kau have dengannya, tapi I suggest kau tidak berbuat yang weird-weird dengannya, karena keluarganya adalah …]

"Yap, sang pangeran pun mengantarkan tuan putrinya dengan selamat ke rumahnnya kembali, benar-benar akhir cerita yang classic, nah kalau begitu ayo kita pulang juga kak ..."

"Nit, coba kau telepon si Lisa sekarang," kata Akbar yang tiba-tiba mengarahkan HP nya kearah mobil si Jupri yang mulai melewati gerbang masuk.

"Eh, untuk apa aku harus menelpon …"

"CEPAT TELEPON DIA!" bentak si Akbar tanpa menoleh kearah juniornya itu.

!

Walaupun dirinya masih tidak paham dengan maksud ucapan si Akbar tadi, tapi Nita bisa tahu dari tatapan dan nada bicara seniornya barusan itu kalau dia baru saja mengetahui suatu hal yang buruk dari telepon yang tadi dia terima, sehingga tanpa banyak tanya lagi Nita pun mulai menelpon si Lisa.

"(Mobil Toyota Alphard berwarna putih dengan plot K 1412 ID)" kata Akbar sambil melihat hasil foto yang dia tangkap dengan kamera HP nya tadi dengan tatapan serius.

"Eh, kok aneh? Ke..kenapa si Lisa tidak mengangkat teleponya? Padahal diakan baru berangkat dari sini?" kata Nita yang merasa heran karena panggilannya masih saja belum dijawab walaupun 10 detik sudah berlalu.

"Coba kau telepon dia sekali lagi," kata Akbar dengan wajah penuh khawatiran.

"(Sialan, ke..kenapa tiba-tiba kak Akbar jadi terlihat khawatir dan tegang begitu, a..apa yang sebenarnya sedang terjadi disini?)" tanya Nita yang bingung dengan sikap si Akbar yang tiba-tiba berubah dari sebelumnya.

Akhirnya, setelah 2x panggilannya tidak dijawab oleh Lisa, Akbar pun mulai menoleh kearah kiri-kanan untuk mencari sesuatu, sedangkan itu Nita yang daritadi punya firasat tidak enak dengan perubahan sikap si Akbar yang terlihat panik itupun akhirnya mulai bertanya.

"Hei kak, apa sih yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa kakak tiba-tiba terlihat khawatir setelah mendapatkan telepon dari seseorang tadi? Dan kenapa kita harus …."

Belum selesai dirinya menanyakan pertanyaannya barusan, Nita sudah dibuat terkejut lagi dengan tindakan gila si Akbar yang benar-benar tidak bisa dia duga sebelumnya, karena pada saat ada seorang pengendara motor akan melewati mereka, dengan cepat dan tegas si Akbar mencegat pengendara itu, dan bukan hal itu yang membuat Nita shock, tapi karena si Akbar melakukan …

"Hei! Apa-apaan kau?! Kenapa kau tiba-tiba loncat ketengah jal …."

BRUUK!!

?

Setelah mendorong si pengendara itu terjatuh dari sepedanya, dengan cepat dan tangkas si Akbar yang juga telah merebut helm yang digunakan pengendara itu segera menaiki sepeda motor orang itu dan sempat memberikan sebuah kata-kata kepadanya.

"MAAF PAK! INI KEPENTINGAN MENDADAK!! SAYA PINJAM MOTORNYA SEKITAR 10-30 MENIT!! JAMINANNYA ADALAH CEWEK ITU KALAU SAYA BELUM KEMBALI!!" kata Akbar sambil menunjuk kearah Nita.

"Eh?"

"NIT MAAF!! AKU GAK BISA JELASKAN SEKARANG!! POKOKNYA TUNGGU SAJA DISINI SAMPAI AKU DATANG! DAN NIH DOMPETKU!! GUNAKAN BUAT MAKAN ATAU APALAH!! BYEEEE!!" kata Akbar yang langsung saja menancap gas sepeda motor yang baru dia curi itu setelah dia melemparkan dompetnya ke Nita.

!!!

"EEEEEEEEEEEHHHHHHHHHHHHH?!"

----

Sedangkan itu di sisi lain, bu Helda yang agak kesal dengan sikap Akbar yang tiba-tiba memutuskan panggilannya tadi itu hanya berkeluh kesah dengan sikap Akbar yang menurutnya tidak sopan.

"Ih! Kenapa he tidak polite dengan perempuan seperti itu sih?! Right-right tidak ada imutnya sama sekali deh! Rasanya ingin I mutilasi saja," kata bu Helda kesal.

"(Congormu juga tidak imut tahu) Dilihat dari sikapnya yang terdengar shock, sepertinya dia sudah terlanjur terlibat dengan anak itu seperti perkiraanmu ya? Kalau begitu apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya bu Saraswati yang ada disampingnya.

"Ya tentu saja we akan membantunyakan? Sehebat apapun he, imposible untuknya melawan komplotan "Mucikari" skala besar alone seperti itu, lagian that not funny kalau dia mati sebelum taruhannya selesai with me," kata bu Nita sambil mengeluarkan sebuah pistol "Magnum" dari rak bukunya.

"Haaa, akhirnya kita berulah lagi setelah sekian lama ya? Ok deh, kalau begitu aku akan menyiapkan GPS untuk melacak alat penyadap yang kupasang di HP nya, dan apa aku juga perlu memanggil "mereka" untuk ikut membantu kita?" kata bu Saraswati sambil mengikuti bu Helda dari belakang.

"Don't, mereka sudah cukup busy dengan pekerjaan dan urusan mereka masing-masing, toh this juga bukan masalah yang terlalu big sampai membutuhkan kemampuan 2 person itu, lagian ini juga sebagian besar My fault dan salahmu karena kurang teliti dalam find informasi sebelumnya about si Jupri ini, jadi paling tidak we harus bertanggung jawabkan? Ahahahaha!"

"Wah kebetulan banget, aku memang merasa bersalah karena kelewatan informasi yang penting seperti itu, sampai-sampai harga diriku sebagai informan benar-benar jadi terluka karenanya."

"Hahahahaha! Aku pikir kau will yelling karena tugas menyebalkan ini, but baguslah kalau begitu! Jadi sekarang, AYO WE SELAMATKAN STUDENT-STUDENT KITA YANG TIDAK ADA CUTE-CUTENYA ITU! AHAHAHAHAHAHA!"

"(Semoga saja dia tidak mengila seperti dulu dan melakukan pembantaian massal lagi)" kata bu Saraswati yang teringat memori massa lalu yang kelam.

----

Sedangkan itu, si Akbar yang sedang berada di tengah jalan raya yang sedang dalam misi pengejaran adik kelasnya yang kondisinya belum jelas itu, mulai menganalisa rute perjalanan mereka.

"Bangsat! Dengan kecepatanku saat ini dan interval waktu kepergian mereka yang belum lama, paling tidak aku pasti bisa menyusul mereka, tapi masalahnya adalah pertigaan jalan di depan sana, jika ternyata sampai di pertigaan itu mereka tidak berhenti karena lampu merahnya, itu berarti mereka sudah duluan pergi ke salah satu dari 2 jalur lainnya, jadi bagaimana aku bisa tahu kalau mereka nanti akan belok kearah kiri atau kanan? Memang 2 jalur itu punya panjang jalan yang lumayan panjang yang bisa membuatku mengejar mereka, tapi kalau ternyata aku salah arah, aku tidak punya cukup waktu untuk berputar balik untuk mengejar …."

!!!

"Eh sebentar, kalau tidak salah di jalur kanan dari pertigaan itu kan nantinya akan ada RS di mana si Mona sedang dirawat, itu artinya...…..AH BELA!! SIALAN!! AKU MOHON!! PLISSS!! AKU MOHON KAU MASIH ADA DI SANA BEL!!" kata Akbar yang terburu-buru mengeluarkan HP nya untuk menghubungi Bela karena teringat kalau (mantan) adiknya itu sedang berkunjung ke tempat Mona walaupun tidak tahu apa dia masih ada di sana atau tidak .