Di pulau yang ia sendiri tak tahu namanya, Agrippina mencoba bertahan hidup. Ia sempat menemukan sebuah gubuk yang sepertinya dibangun oleh orang yang juga sempat diasingkan di sana. Namun ia malah menemukan mayat-mayat di dalamnya.
"Aku tak boleh jauh dari pantai, Claudius akan datang," ujar Agrippina pada dirinya sendiri.
Sudah beberapa hari ia lewati di tempat itu, mencari makanan dari alam. Beruntungnya ada beberapa tanaman yang ia kenal bisa dimakan. Ia juga menemukan senjata seperti pisau dan tombak, namun tumpul dan berkarat.
Pagi itu, sebuah kapal kecil datang. Agrippina ingin berlari ke arahnya, namun menahan diri. Ia takut jika nanti ternyata bukan Claudius yang datang.
Seseorang turun dari kapal, bersama dua orang pengawal. Pria itu tak begitu tinggi, wajahnya kecil. Terlihat lemah di samping dua pengawalnya yang tinggi dan kekar.
"Itu Claudius..."
Agrippina keluar dari persembunyiannya. Ia berjalan ke arah Claudius, pamannya yang sekarang cukup dekat dengan Caligula. Meskipun sosok yang dekat dengan Caligula, namun Claudius juga perhatian pada Agrippina. Ia memperhatikannya sejak kecil.
"Kau benar-benar datang," kata Agrippina.
"Ya, kau baik-baik saja?" tanya Claudius melihat Agrippina berjalan ke arahnya.
Dua orang pengawal itu kemudian menurunkan beberapa barang untuk keperluan sehari-hari Agrippina di sana. Ada beberapa makanan, pakaian, dan peralatan sehari-hari. Mereka kemudian disuruh untuk kembali ke kapal, membuat Claudius dan Agrippina bisa lebih leluasa bicara berdua saja.
"Mengapa aku diasingkan? Aku sama sekali tak menyuruh mereka membunuh Caligula," kata Agrippina.
"Kau masih beruntung, kemarin Lepidus dipenggal... Livilla masih dipenjara," kata Claudius.
"Tapi tenanglah... aku akan melindungimu. Di sini tempat yang cukup tenang, tak ada orang yang akan mengganggumu. Aku akan mengunjungimu sesekali, jagalah kesehatanmu di sini."
"Claudius... kau bisa jadi kaisar yang lebih baik daripada Caligula," ujar Agrippina.
"Terima kasih, jika dia semakin berbuat gila.. para senator juga akan berusaha menjatuhkannya. Tenanglah, aku akan mencari cara..."
"Anakku, bagaimana dengan anakku?" tanya Agrippina dengan gelisah.
"Dia baik-baik saja, aku akan melindunginya..."
Agrippina mendekat ke arah pria yang jauh lebih tua darinya itu. Ia tak peduli fisiknya lebih buruk dari sang suami. Ia juga tak peduli, ia adalah saudara dari ayahnya. Diciumnya bibir pria itu dengan lembut.
"Terima kasih," ujar Agrippina.
Claudius sedikit tersentak, kaget dengan sikap Agrippina. Ia kemudian segera bergegas pergi ke kapalnya. Di dalam kapal, perasaannya jadi kacau gara-gara kejadian tadi.
"Gadis itu berani juga, aku padahal tak berharap apa-apa.." ucap Claudius
Beberapa bulan kemudian di Roma.
Para senator berkumpul membahas kaisar mereka sendiri. Kebanyakan dari mereka tak menyukainya, apalagi setelah beberapa orang senator dimiskinkan oleh Caligula. Orang-orang yang dulu mendukung Tiberius juga diambil kekayaannya untuk dipakai negara.
"Aku dengar ia berbohong soal berperang melawan tentara Inggris beberapa waktu lalu."
"Para tentara kita disuruh menjadi badut di jalanan, benar-benar memalukan."
"Kita harus segera menyingkirkannya sebelum terlambat."
Tak hanya para senator yang berdiskusi untuk menjatuhkan Caligula. Sang paman, Claudius juga ikut merencanakan tentang menjatuhkan Caligula dari tahtanya.
"Tak ada cara lain selain membunuhnya," kata kepala pengawal istana.
"Jika harus membunuhnya, ini akan seperti insiden Julius Caesar," kata Claudius.
"Pemimpin yang sudah tak kompeten sudah seharusnya disingkirkan sebelum negara bertambah sakit."
Kerja sama antara para senator, konsul, dan pengawal kaisar akhirnya menyebabkan kematian Caligula. Itu terjadi pada Januari 41 M, Caligula dibunuh oleh beberapa orang di koridor bawah tanah antara istana dan Palatine Hill. Ia ditusuk puluhan kali oleh orang-orang yang tak menyukainya.
Setelah meninggalnya Caligula, anggota senat masih belum bisa leluasa karena mereka tak punya dukungan militer. Para pengawal istana, Praetorian Guard, kemudian memihak pada Claudius.
"Yang Mulai Claudius, Kaisar Romawi," para pengawal itu menundukkan pedangnya, menunjukkan rasa hormatnya pada Claudius.
Claudius akhirnya menjadi Kaisar Romawi atas dukungan para pengawal istana. Ia terpilih karena sudah berpengalaman dalam pemerintahan, sekaligus masih keturunan dari Augustus dan Julius Caesar.
Menjadi seorang kaisar awalnya tak pernah terpikirkan olehnya sejak kecil. Tubuhnya yang terlihat lemah dibanding saudara-saudaranya membuat orang tuanya tak begitu berharap padanya. Namun Claudius bukan orang bodoh, ia sebenarnya pria yang pintar meskipun dengan tubuh yang tak ideal bagi pria Romawi yang seharusnya gagah.
Setelah terpilih menjadi kaisar, Claudius teringat dengan Agrippina. Ia ingin membawanya kembali ke Roma.
Berada di pengasingan selama lebih dari setahun, Agrippina sangat gembira dengan kabar kematian Caligula. Apalagi ia diizinkan kembali ke Roma oleh Claudius yang telah menjadi kaisar.
Ia lega saat mulai menginjakkan kaki di Roma. Para pengawal istana membawanya ke rumah kerabatnya dengan kereta kuda.
"Aku ingin segera bertemu anakku... apakah ia baik-baik saja?"
Saat itu Lucius, anaknya dirawat oleh bibinya, Domitia Lepida the Younger. Meskipun tak mendapat keistimewaan sebagai keluarga istana, namun ia tumbuh dengan baik dengan bibinya yang dikenal kaya raya itu.
Lucius yang masih kecil tak begitu mengenal ibunya lagi. Namun Agrippina langsung menangis melihatnya. Dipeluknya tubuh anaknya itu dengan erat.
"Suamimu sudah meninggal karena sakit," ujar Domitia.
"Aku tahu... terima kasih sudah merawat Lucius. Sekarang akan kurawat sendiri anak ini," kata Agrippina sambil terus memeluk Lucius.
"Dan sekarang anakku menjadi istri kaisar," ujar Domitia.
"Messalina? Ya... Claudius sekarang seorang kaisar," kata Agrippina menanggapi. Ia tahu, anak Domitia yaitu Messalina adalah istri dari Claudius. Permaisuri Romawi saat ini.
"Tapi aku khawatir dengan perilakunya..." ungkap Domitia.
Agrippina terdiam menanggapi keluhan Domitia terhadap anaknya sendiri, istri Claudius. Didengarkannya baik-baik apa yang menjadi kekurangan dari Messalina. Ia bukan istri kaisar biasa, ia wanita yang penuh dengan masalah.
"Hubungannya denganmu tak baik?" tanya Agrippina.
"Ah, aku ingin mendukungnya tapi ia sering bersikap buruk padaku. Semoga ia tak semakin membuat malu diriku."
Domitia adalah saudara dari suami Agrippina yang meninggal. Jadi Messalina bisa dibilang adalah keponakannya, meskipun mereka hanya terpaut usia 2 tahun saja.
"Aku harus berhati-hati dengan Messalina," kata Agrippina dalam hati.