Membunuh anaknya sendiri memang bukan suatu hal yang bisa dibenarkan, meskipun sang anak juga berniat untuk menyingkirkannya. Namun itulah yang terjadi, dan Agrippina bisa jadi seorang pemimpin wanita di kekaisaran Romawi karena kematian dari Nero.
Tanpa saudara dekat, tanpa suami, dan tanpa anak, Agrippina kemudian tinggal sendirian. Setiap pagi ia bangun lalu pergi bekerja. Tak jarang ia harus pergi ke daerah yang jauh bersama para pengawal istana.
Tentu saja tak semua orang menyukai ada sosok wanita yang bertugas sebagai seorang konsul Romawi. Itu hal yang sama sekali tak lazim di Romawi, tak pernah ada wanita sebelumnya yang menjadi pejabat tinggi. Di sana tak seperti Mesir yang bisa memiliki Ratu seorang Cleopatra.
"Kita harus kembali menjadi kekaisaran, wanita tak sepantasnya menjadi konsul," ujar salah seorang bangsawan dari Spanyol
"Tak adakah orang yang bisa menjadi kaisar. Benarkah tak ada lagi pria dari keturunan Augustus?" tanya bangsawan yang lain.
"Kita harus mengajukan seseorang. Orang yang yang bisa melawan Agrippina," usul bangsawan lainnya.
Nama Servius Sulpicius Galba kemudian didukung oleh banyak pihak, ia pejabat terpandang yang merupakan keturunan keluarga bangsawan. Ia bekas komandan militer di Jerman, dan saat itu menjadi gubernur di Hispania. Sebelumnya, ia juga dikenal sebagai sosok yang ikut merencanakan pembunuhan dari Kaisar Caligula.
"Aku dengan senang hati bersedia jadi kaisar jika kalian semua mendukung. Memang tak pantas kita kembali ke republik dan memiliki konsul wanita yang lemah," ujar Galba.
Agrippina mendengar bahwa ada sebagian pihak yang ingin menjadikan Galba sebagai kaisar. Tak punya banyak dukungan, ia tetap tak ingin mundur.
"Apa lagi yang kau inginkan? Sudah cukup kau menjadi konsul selama beberapa bulan," tanya seorang senator.
"Banyak hal yang masih ingin kuselesaikan," kata Agrippina bersikeras tak mau mau mundur.
"Itu bisa dilanjutkan kaisar berikutnya, kau pikir hanya kau yang bisa melakukannya? Apa kami semua kau anggap bodoh."
"Bukan, tapi kalian tak bisa dipercaya," ujar Agrippina.
Sayangnya saat itu ia tak mendapatkan banyak dukungan. Hanya beberapa pengawal istana saja yang masih memihak kepadanya.
Tak lagi mendapat dukungan dari senat maupun militer, Agrippina tak bisa berbuat apa-apa ketika Galba dan para pendukungnya mendatangi Roma. Ia juga membawa satu legiun tentara untuk mengawalnya, menunjukkan bahwa ia mendapat dukungan dari militer.
"Kau bisa jadi penjaga kuil jika mau. Bagaimana tawaranku?" tanya Galba, diikuti tawa para pendukungnya.
Agrippina akhirnya memilih untuk mundur, ia ingin pergi menjauh dari Roma. Seorang bangsawan sebenarnya ingin menjadikannya sebagai istri, namun ia menolaknya.
"Lebih baik aku pergi, daripada menjadi bawahan di sini," kata Agrippina pada sang pengawal setia.
"Aku bisa ikut denganmu?" tanya pengawal itu.
Bersama beberapa orang pengawal setia dan pelayan, Agrippina pergi jauh dari Roma dan tinggal di desa Rivia. Ia tinggal di sebuah rumah yang cukup besar di sana. Meskipun sudah berhenti menjadi bagian dari pemimpin Romawi, namun sisa harta kekayaannya masih banyak. Ia bisa membeli rumah dan peternakan yang cukup luas. Kehidupannya sangat berkecukupan di sana.
Agrippina juga banyak menghabiskan waktu untuk menulis kisah sejarah tentang keluarganya. Ia menulis tentang silsilah keluarganya serta peristiwa penting dalam hidupnya. Tak jarang ia ikut membantu pembangunan di sekitar tempat tinggalnya. Masyarakat di sana cukup menghormatinya, bahkan ada yang ingin agar ia jadi kepala desa namun Agrippina menolaknya.
"Sudah cukup, aku ingin menghabiskan masa tuaku dengan tenang," ujar Agrippina.
Usia Agrippina saat itu sebenarnya masih cukup muda. Namun ia telah melalui banyak peristiwa yang luar biasa, itu karena ia bukan orang yang biasa. Bukan wanita biasa.
Catatan Kenyataan:
Kisah Agrippina the Younger atau Julia Agrippina (15-59 M) yang tertulis dalam cerita ini sebagian berdasarkan atas sejarah yang sesungguhnya. Namun ada sebagian lain terutama di bagian detail yang hanyalah fiksi belaka.
Menurut para sejarawan, Agrippina diduga menyingkirkan atau membunuh beberapa orang seperti guru dari Britannicus, ibu dari Messalina yaitu Domitia Lepida, Marcus Junius Silanus yang merupakan rival dari Nero, serta Cadius Rufus.
Di bagian akhir, kenyataannya Agrippina bukanlah sosok yang membunuh Nero. Namun sebaliknya banyak yang menyebut bahwa Nero yang berhasil mengeksekusi ibunya sendiri, walaupun kematiannya dilaporkan sebagai upaya bunuh diri. Sebelum kematiannya, Agrippina juga dijauhkan dari istana. Ia tinggal di Misenium, dan sering diganggu oleh orang suruhan dari Nero. Tapi di tempat itu, Agrippina tetap menjadi sosok yang populer dan berperngaruh.
Setelah kematian Agrippina, Nero melanjutkan kepemimpinannya sebagai seorang kaisar. Ada banyak kejadian buruk di masa kepemimpinannya. Salah satunya kebakaran besar di Roma yang terjadi pada 18 Juli – 19 Juli 64 Masehi. Kebakaran tersebut bahkan terjadi sampai lebih dari seminggu. Kejadian ini menghanguskan tiga distrik di Roma dan membuat distrik lainnya mengalami kerusakan.
Nero disebutkan cukup tenang menghadapi kebakaran itu. Ia membuka istana untuk para warga miskin yang ingin mengungsi dan menyediakan makanan untuk mereka. Namun kemudian banyak yang menduga bahwa kebakaran tersebut adalah ulah dari Nero sendiri. Dugaan tersebut karena setelah kebakaran, Nero membangun kompleks istana yang lebih besar yang dikenal dengan Domus Aurea.
***Sebagai penulis saya mohon maaf, jika masih banyak kekurangan dari cara penyampaian, detail cerita, atau pun sejarah yang mungkin kurang tepat. Terima kasih~***