Chereads / Agrippina, Sang Maharani / Chapter 6 - Skandal Messalina

Chapter 6 - Skandal Messalina

"Istri kaisar tadi malam terlihat bersama para pria...dia seperti seorang pelacur," seorang pedagang di pasar mulai bergosip pagi itu. Mereka sedang membicarakan Permaisuri Messalina, istri Claudius.

"Ah, belum pernah aku melihat istri kaisar yang seperti itu. Dia benar-benar tak tahu malu," sahut yang lain.

"Kaisar sepertinya dibutakan oleh cinta sampai membiarkan istrinya seperti itu."

"Tapi harus aku akui dia sangat cantik," kata seorang pembeli.

"Ah, buat apa cantik jika kelakuannya seperti wanita murahan."

Mereka mulai tertawa membicarakan keburukan Messalina. Bergosip tentang orang istana bisa jadi hiburan untuk rakyat jelata seperti mereka. Hampir setiap hari ada saja rumor yang tersebar tentang perilaku tak pantas dari para bangsawan dan keluarga kaisar.

"Aku mau beli roti," kata Agrippina.

Orang-orang itu terdiam melihat Agrippina datang. Mereka mengenalnya walaupun saat ini Agrippina sudah lama tak tinggal di area istana.

Setelah mendapatkan beberapa bahan makanan, Agrippina segera bergegas pulang. Selama perjalanan, orang-orang masih canggung kepadanya. Meskipun dulu sempat dituduh sebagai saudara kaisar Caligula yang jahat namun pandangan kepadanya sedikit membaik karena ternyata Caligula bukan kaisar yang baik juga.

"Dia Agrippina, ya... saudara perempuan Caligula. Mengapa ia bisa ada di Roma?" tanya seorang penjual kurma.

"Agrippina masih keponakan Kaisar Claudius, ia membiarkannya kembali ke Roma," jawab seorang temannya.

Di rumahnya yang sederhana, Lucius kecil terlihat menggambar di tanah. Untuk seusianya, gambarnya termasuk detail dan bagus.

"Kau senang sekali menggambar.. sebentar lagi kau harus belajar membaca," kata Agrippina pada anaknya.

"Lucius, kau juga harus pandai berbicara," imbuh Agrippina.

Sang anak rupanya tak begitu mempedulikan perkataan ibunya. Selain masih kecil, ia juga lebih senang menggambar daripada berbicara.

Malam itu, saudara perempuannya, Livilla mendatangi Agrippina. Ia datang bersama dengan seorang pria yang cukup terpandang, Seneca.

"Aku sungguh berharap kau bisa jadi gurunya kelak," ujar Agrippina.

Seneca menghampiri Lucius yang sedang bermain-main dengan batu-batu kecil. Ia menyusun batu itu membentuk lingkaran dengan dua titik, seperti gambar kepala orang tanpa mulut.

"Anakmu suka menggambar?" tanya Seneca.

"Ya, ia masih kecil, nanti pasti ia akan lebih suka menulis."

"Tahun depan mungkin aku sudah bisa mengajarinya membaca dan menulis," kata Seneca.

Livilla menyiapkan makanan dan minuman di meja makan. Mereka bertiga kemudian makan malam bersama sambil berbincang-bincang.

"Aku sangat mengagumi tulisan Seneca," kata Livilla.

"Apa yang kau paling kau suka? Selagi Seneca di sini, mungkin bisa ia kisahkan lagi," kata Agrippina.

Seneca kemudian menceritakan sebuah kisah tragedi kepada mereka malam itu. Ia memang senang menulis cerita yang bertema tragedi.

Livilla sangat kagum melihatnya bercerita. Menjelang larut malam Seneca kemudian pulang bersama Livilla. Tak ada yang tahu pasti apakah mereka memiliki hubungan asmara atau tidak. Agrippina sendiri tak mau ikut campur dengan kehidupan pribadi dari Livilla.

Suami Livilla adalah Marcus Vinicius, ia seorang pejabat yang cukup berpengaruh. Hubungannya dengan sang istri biasa saja, cenderung dingin karena mereka jarang bertemu karena kesibukan Vinicius. Apalagi dulu Livilla sempat dipenjara dan diasingkan oleh Caligula.

Kedekatan Seneca dan Livilla rupanya terdengar oleh istana. Messalina, istri Claudius tak menyukai mereka.

"Seneca, penyair arogan itu dan keponakanmu Livilla sepertinya ada hubungan terlarang," kata Messalina pada Kaisar Claudius.

"Bagaimana kau tahu?" tanya Claudius.

"Ada pengawal istana yang memergoki mereka di suatu tempat. Suamiku, kau perlu berhati-hati dengannya. Jika bisa sebaiknya mereka kau singkirkan," kata Messalina.

Claudius mengenal Seneca, ia bukan hanya seorang penyair namun juga senator yang disegani. Tak sedikit warga Roma yang mengagumi kepintarannya.

"Dia memang kadang terlalu pintar, dulu Caligula bahkan sempat ingin membunuhnya.." kata Claudius.

Tak lama kemudian, atas perintah Claudius, Seneca dan Julia Livilla diasingkan ke pulau yang berbeda. Livilla diasingkan ke Ventotene, sedangkan Seneca diasingkan ke pulau Corsica.

"Kau bisa mencari istri baru Vinicius," kata Claudius.

"Kau benar Kaisar, aku sudah lama tak menganggapnya sebagai istri.. dia terlalu pasif. Aku tak menyangka dia bisa berselingkuh dengan Seneca," kata Vinicius.

Mendengar kabar Livilla diasingkan lagi, Agrippina sangat kecewa dengan Claudius. Ia tak menyangka, pamannya yang ia kenal baik itu malah terhasut oleh Messalina.

"Aku tak ingin kembali diasingkan, sebaiknya aku lebih menjauh dari istana.."

Bersama dengan anaknya, Agrippina kemudian memilih untuk pindah ke tempat yang agak jauh. Keluar dari Roma yang merupakan pusat Kekaisaran Romawi.

Namun ia tak pergi begitu saja, Agrippina sudah menjalin kerja sama dengan beberapa orang di istana untuk memperhatikan Messalina. Salah satu yang ikut ia perhatikan adalah anak laki-laki dari Messalina dan Claudius, yaitu Britannicus.

"Suatu saat ia pasti akan jatuh, pasti akan jatuh," ujar Agrippina.

Selama menjauh dari istana, Claudius rupanya menemuinya beberapa kali. Ia sendiri tahu bahwa sang istri, Messalina adalah wanita yang liar. Orang yang sulit untuk dikendalikan.

"Dia hanya istri kaisar," kata Claudius saat menemui Agrippina.

"Benar, jangan sampai kau kalah dengannya.."

"Sebentar lagi, ia pasti bisa aku singkirkan. Biarkanlah dia bersenang-senang sekarang," kata Claudius.

Dibelainya wajah Agrippina, ia tak kalah menarik dari Messalina. Claudius tahu, Agrippina juga ambisius namun ia tak segila istrinya.

"Aku ingin anakku bisa dapat guru terbaik," kata Agrippina.

"Nanti aku usahakan... kau bilang ia terlalu tertarik pada seni?"

"Ya, tapi aku rasa itu tak masalah jika ia nanti bisa menulis dan berorasi dengan baik. Kau ingat Seneca? Senator yang kau asingkan itu... ia bukan hanya penyair tapi senator yang kukagumi."

"Jangan bicarakan dia lagi.. mari kita bersenang-senang.."

Mereka menjalin hubungan diam-diam sementara Messalina juga berbuat bejat dengan banyak pria. Ia wanita liar yang bisa puas dengan seorang saja.

Bertahun-tahun berlalu, sampai akhirnya Messalina terlalu banyak membuat kesalahan. Ia berselingkuh dengan bukti yang kuat.

Saat Claudius bertugas ke Ostia untuk melihat pelabuhan baru, ia mendapatkan kabar yang mengejutkan tentang istrinya. Messalina disebut menikah dengan selingkuhannya, senator Gaius Sillius di Roma. Hal tersebut tentu saja merupakan kejadian yang tak bisa dimaafkan. Messalina bahkan memberikan banyak hadiah pada Sillius.

"Suamiku sedang pergi, aku bisa bebas lepas sekarang..." kata Messalina.

"Aku suamimu sekarang, bukan kaisar jelek itu.." kata Sillius.

Mereka berdua mengadakan pesta, bahkan upacara pernikahan dengan meriah. Tentu saja banyak yang merasa geram dengan tingkah Messalina. Ia bukan hanya berselingkuh namun melakukan pernikahan padahal masih memiliki suami.

Mendengar kabar itu Claudius langsung bergegas kembali ke Roma. Meski sudah tak ada rasa cinta lagi pada sang istri, ia tetap harus menjaga martabatnya sebagai seorang suami dan kaisar. Ia rasa sudah saatnya untuk melepaskan Messalina, menghukum istrinya sendiri.

"Ada kabar kau menikah dengan pria lain. Bagaimana bisa kau melakukannya?" kata Claudius. Para pengawal di sampingnya sudah bersiap untuk menangkap Messalina.

"Kau juga berselingkuh!" kata Messalina.

"Kau permaisuri, sudah seharusnya kau menjaga sikapmu. Aku sudah memaklumi kelakuanmu selama bertahun-tahun," kata Claudius.

"Pengawal bawa dia ke penjara. Tunggu saat kau dipenggal!" Claudius berucap dengan tegas.

Namun Messalina lebih dulu mengambil pedang dari pinggang pengawal di dekatnya. Ia tak mau mati dipenggal, ia tak sudi dipenjara terlebih dahulu.

"Kau benar ingin memenggalku? Tak akan kubiarkan. Aku Messalina!"

Ia menancapkan pedang itu ke lehernya, tembus ke tenggorokan. Membuatnya meninggal seketika itu juga.

Claudius tampak tenang melihat kematian istrinya. Ia lega, akhirnya bisa terlepas dari Messalina.

"Bawakan aku segelas wine, dan angkut mayat wanita ini.." kata Claudius.