Bagaimana cinta bisa dibendung, meski sudah memilikimu. Suaranya masih memengaruhi debaran jantungku. Hatiku sudah menjadi miliknya sejak dulu seperti itu... pahamilah Araku... (Arka)
DUAR!!!!
Pintu itu menabrak dinding dengan keras, pria itu tak peduli bahkan bila terbelah dua. Ia tidak mengira situasi buruk akan datang secepat ini.
"Ara!!! kamu dimana!!!!" Laki-laki iti berlari menyusuri rumahnya seperti banteng bringas.
Ia berlari menuju kamar mereka, lemari pakaian Kinara sudah kosong. Ia memeriksa segala penjuru. Kinara hanya membawa sebuah koper besar berisi pakaian lama sebelum menikah, sedangkan, pakaian, sepatu, perhiasan selama pernikahan mereka masih tersusun rapi disana.
Ia sudah melukai hati istrinya dihari ulang tahun pernikahan kedua mereka. Tapi seharusnya Kinara bisa memahami posisinya saat ini, seandainya ia bisa membicarakannya diwaktu yang tepat.
Kinara berharga baginya, tapi situasinya berbeda, anaknya membutuhkannya saat ini, Nadia sangat membutuhkannya saat kondisi jiwanya rapuh saat ini.
Bagaimanapun ia telah berjanji untuk menjaga wanita itu didepan mertuanya. Ia berusaha melakukannya meskipun sekarang menjadi lebih sulit, Kinara adalah gadis yang spesial sejak mereka pertama bertemu, ia mengisi sisi hati yang tidak dapat dipenuhi oleh Nadia. Sisi lembut keibuan, mandiri sekalipun terkadang manja, kemanjaan Kinara tidak pernah berputar pada materi. Jika Nadia adalah wanita yang membuatnya rela mengejar dan bertekuk lutut karena pesonanya memenuhi dirinya dengan cinta yang bergelora dan penuh dengan deguban. Maka Kinara tidak selalu seperti itu dihatinya. Ia memang tidak secantik dan semenakjubkan Nadia, jantungnya pun tidak selalu berdegup untuk istrinya, tapi ketika jalan menjadi sulit pelukan istrinya menjadi pemulih kekuatan semangatnya. Kinara adalah rumah yang hangat dan sukses telah ia porak-porandakan kini.
Drrrt!!!! ponselnya bergear tak sabar
"Ya Nad... ada apa??"
...
"Aku pulang sedang mengambil barang-barang"
...
"Tidak aku tidak menemui Kinara, dia tidak ada, jangan cemas beristirahatlah... aku sebentar lagi pulang"
Arka berjalan lesu menuju lemari pendingin, tenggorokannya kering dan perutnya pedih, Ia tidak bisa menelan apapun sejak tadi meskipun banyak hidangan di acara 7 bulanan anaknya. Semua lebih buruk dari perkiraannya.
ARKA POV

Degg!!!
Jantungku seperti berhenti meski untuk sesaat melihat kue tart putih dengan tulisan yang mengiris hatiku. Araku, telah berhasil membuat kuenya dengan baik,masakannya tidak selalu sempurna tapi aku selalu menyukai perasaan tulus di dalamnya. Perutku berguncang seperti teraduk badai. Entah karena tulisan di atasnya atau karena bentuknya yang indah. Aku mengambil sesendok, perasaan menyenangkan dan tulus dari Araku begitu manis setiap gigitannya.
Aku tahu betapa keras ia berusaha membuat kue ini, setiap malam selama dua minggu saat aku menginap di rumah, aku selalu memergokinya terbangun saat malam dan membuat adonan kue berkali-kali.
Tahun pertama pernikahan kami ia masih belajar memasak, Jangankan membuat kue, makanan biasapun terkadang rasanya membuatku tertawa dan ia selalu berakhir dengan menangis kesal. Aku selalu bergantian membuat makan malam i untuknya. Hal yang tak pernah bisa aku lakukan bersama Nadia dulu.
Flashback
"Mas... jangan dimakan! "
" Ini enak sayang! "

" Mas bohong!!! nanti sakit perut, hiks hiks, kelihatannya mudah tapi kenapa aku tidak bisa"
"Kau yang membuatnya tentu saja kue buatan istriku adalah yang paling enak di dunia"
"Huaaaaa...!!!!!" Kinara menangis semakin keras melihat Arka menahan tawanya "Tuhkan... gak enak..."
"Kamu menggemaskan ketika menangis, tapi tetap jika tersenyum kau jauh lebih cantik Araku... "
" Maaf belum bisa menjadi istri yang baik untuk mas... "
"Araku semakin manis jika merona seperti ini, aku belum kenyang jadi ingin memakanmu sayang" ujar pria itu seraya menggendong istrinya ala bridal style
"Masss.... masih sore!!!"
"Aku ingin hadiah anive kita sekarang sayang... "
" kyaaa.... "
Flashback end
Arka menutup pintu rumah itu. rumah yang mungkin terakhir kali ia kunjungi.
Perasaannya sedikit mengganjal. Apa seharusnya, Kinara bertahan bersikeras untuk bersamanya...???
Jika Kinara bisa menerima pernikahan ini, maka semuanya tidak sesulit yang dibayangkan bukan?
Aku mungkin mengecewakan Nadia lagi...
Aku sudah benar.... kan?... tentu saja... ini yang terbaik...
++++
gimana menurut kalian chapter ini??