Chereads / Langit Biru Kinara / Chapter 7 - Jurang Neraka Naima

Chapter 7 - Jurang Neraka Naima

Sore ini, Kinara akhirnya selesai mandi dan menyelonjorkan kakinya di kursi santai setelah Naima pulang kerja. Dia langsung mencuci tangan dan meraup Biru dari box bayi setelah meletakkan setumpuk kantong belanjaan lagi disudut kamar dan akhirnya membuat Kinara harus mendengus kesal. Terlalu boros. Puteranya kini sudah memiliki satu fans garis keras. Kinara mulai sebal melihat tingkah Naima yang begitu posesif terhadap Biru. Bukan berarti dia tidak suka, tapi gadis itu benar-benar... ia kehabisan kata-kata.

"Nai, bikin juga deh yang halal, bibit udah ada terjamin lagi kualitasnya"

"Ki... kalo kamu ngiri aku lebih perhatian sama Biru ngomong, ughh kenapa sih kamu harus selucu ini... " ujar Naima yang mengayunkan pelan Biru dalam gendongannya.

Kinara hanya bisa terkekeh, Naima benar-benar melakukan persiapan menyambut Biru. Bahkan gadis itu sudah berlatih lama di pelatihan khusus untuk calon ibu bersama Kinara.

"Kayaknya dokter Redi serius deh sama kamu..."

"Iya saking seriusnya aku dilabrak sama anak tiri kesayangan mamaku itu, berasa cinderella versi stepsister deh aku Ki... " ujar Naima masih berfokus pada Biru" Cinta yang seperti itu terlalu drama buat aku, aku gak butuh nambah hal yang menyulitkan seperti itu lagi dalam hidup aku... "

"Mencintai orang yang dicintai juga sama wanita lain, memang membutuhkan keyakinan"

"Dan aku gak mau nambah drama lagi di keluarga ini, cukup label anak pembangkang aja, nanti kalo aku ngerebut pacar... "

" Gebetan Nai... "

" What ever, aku bisa dicoret dari kartu keluarga, dikutuk jadi Naima kundang, ergghh.. i cant... believe it"

"Tapi jujur deh Nai, kita udah lama gak ngobrol gini" ujar Kinara seraya meletakkan secangkir teh camomile di dekat Naima

Semenjak kelahiran Biru Kinara sibuk menjadi ibu baru, ia sempat mengalami rasanya frustasi tidak memahami tangisan bayi. Sempat merasa menjadi zombi karena mesti terbiasa bergadang di tengah malam dan tidak bisa tidur di siang hari. Masa-masa sulit itu belum berlalu tapi dia lebih kuat sekarang, bunda dengan sabar memberikan petunjuk-petunjuk tentang mengasuh bayi yang tidak ia dapatkan di buku maupun sesi latihan parenting. Tentu saja kehadiran Naima sangat menolongnya memberi waktu santai di sore hari seperti ini.

"pandangan kamu tentang dia gimana Nai, terlepas dari Sarah deh"

"Dia masih dihantui kegagalan yang jelas banget kelihatan, self defense dia akut banget, nyebelin, ketus, egois, dia tidak cukup bisa menaruh kepercayaan dan rasa aman Ki, wanita butuh itu agar setelah aman dia bisa menjelajahi hubungan mereka dengan percaya diri"

"Lebih dari perkiraan aku, kamu bisa memahami dia sejauh itu"

"Aku pengacara Ki, aku terbiasa menghadapi topeng manusia, dan Redi memiliki banyak topeng yang belum bisa aku kupas, dia harus memahami apa yang terpenting dalam sebuah hubungan bukan cuma cinta yang buta"

"Kamu harus ngelewatin jalan yang terjal kalau harus memulai dengannya"

"Jalan terjal tidak masalah, tapi aku butuh pria yang aman Ki... "

Mereka berdua terdiam dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Menikmati senja yang hangat dengan pikiran yang berkelana jauh. Pengalaman membuktikan pada mereka bahwa cinta tidak bisa berdiri sendirian dalam hubungan sekalipun telah berada dalam rumah yang nyaman bernama pernikahan. Cinta saja tak cukup.

Flashback

" Halo.... " Naima mengangkat telepon di meja kantornya

.....

" Klien VIP, tumben sekali boss sendiri menyambutnya, baiklah suruh saja masuk"

Naima memandang jauh ke jendela kantornya, menghadapi sidang perceraian membuatnya melihat sisi pernikahan dari sudut yang paling gelap. Klien-kliennya dulu adalah dua orang yang berjanji untuk bersama selamanya dan dengan alasan bernama 'cinta' mereka pun berpisah dan berujung pada perebutan anak atau harta bersama karena alasan cinta.

"Pengacara Naima, Pak Arka sudah datang" ujar sekertaris memotong lamunan Naima

Naima tersentak mendengar nama itu. Satu nama yang membuat kemurkaaannya menyembur seperti lahar.

"Lisa, Naima saja"

"Iya bu Naima... "

Naima memutar bola matanya kesal, melihat sekertarisnya dengan wajah datar itu. Untung saja kerjanya cekatan sehingga tidak memiliki alasan untuk mencekiknya.

" Bu kopi toraja atau kopi... "

" Tidak ada kopi Lisa, tidak ada apapun bahkan setetes air keran sekalipun yang harus kau bawa, kecuali kau bisa membawakan segelas air mendidih dari neraka, karena dia akan segera pergi, tutup pintunya"

"Apa yang kau lakukan... apa kau hanya ingin duduk disini"

"Naima, Kau menjadi kuasa hukum Kinara"

"Kurasa sudah jelas di pengadilan bukan, keputusannya sudah jelas juga"

"Kinara, aku ingin nanti melakukan pertemuan atau mediasi dengannya"

"Tidak diperlukan lagi, kau sudah menalaknya, dan jangan datang lagi kesini seolah-olah kita pernah berteman"

"Nyatanya kau teman masa kecilku bukan, jauh sebelum aku mengenal Nadia dan Kinara"

"Dan ya itulah yang paling aku sesali, harusnya aku tidak pernah berteman dengan laki-laki busuk sepertimu yang akhirnya menjerumuskan Kinara dalam lubang penghinaan ini, ini adalah penyesalanku dan tanggung jawabku seumur hidup"

"Kupikir kaulah salah satu orang terbaik yang bisa memahamiku, aku tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya, situasinya tidak tepat dan amarahku dan sikap Kinara tidak terkendali"

"Dude,  Kau berbicara attitude??? are you kidding me!!! ,Kalau aku jadi Kinara aku tidak akan pergi dengan tangan kosong, aku akan membakar istana Pramodya dengan seluruh penghinaan yang sudahku terima"

"Naima!!! "

" Apa!!! situasi apa yang membenarkanmu selingkuh, amarah apa yang membuatmu sampai menampar lalu menceraikan Kinara, apakah karena Kinara mengungkapkan kebenaran ketidakadilannya padamu? "

"Di depan semua orang Kinara menghina keluargaku dan memintaku menceraikan Nadia!!! "

" Lalu apa bayaranmu dan keluargamu yang sudah menghina Kinara dengan penghianatan dibelakangnya, membuatnya seperti idiot"

"Naima... aku sudah berjanji pada ayah mertuaku untuk melindunginya"

"Bulu kudukku merinding ketakutan mendengar kata-kata itu dari mulutmu, seperti mendengar mantera jahat yang membawa sial, jangan berkata sesuatu yang mungkin tidak bisa kau tepati, bahkan kau tidak bisa melindungi dirinya dari sisi dirimu yang pecundang dan penghianat jadi jangan coba-coba membuat alasan untuk melindunginya"

"Kau tidak tau, Nadia sedang"

"I don't care about that fuckin bitch, seorang penghianat dan jalang memang berjodoh, selamat semoga kalian kekal di neraka, kupikir Kinara adalah hal terbaik yang datang di hidupmu, kau melangkah berubah menjadi lebih baik dari yang dulu, hal yang tidak mampu aku lakukan sebagai seorang sahabat"

"Naima!!!! kenapa kau begitu membenci Nadia sejak dulu, dia juga sudah banyak menderita sejak dulu, bukankah kau tau bagaimana kisah hidupnya... Dia hanya trau... "

"Aku tidak ingin mendengar kisah picisan itu lagi. Aku memang membenci si manipulatif itu sejak dulu, kau berubah menjadi bodoh dan merusak dirimu sendiri tapi tidak sebanyak sekarang, aku begitu membencimu yang menjadi buta karena tidak bisa melihat kebenaran Nadia. Aku akan menunggu saat itu tiba meski harus menunggu di neraka dan menertawakanmu, enyahlah! aku sibuk dan bayar konsultasi tidak berguna ini 10x lipat. Setiap detik waktuku yang terbuang percuma, aku tidak sudi menghabiskan meski 1 detik untuk menghirup udara yang sama denganmu" ucap Naima dingin dan membalik kursinya.

"Kau juga harus tau Naima bahwa cinta... "

"Karena orang bodoh yang mengakhiri pernikahan mengatasnamakan cintalah aku semakin membenci pernikahan, tidak ada alasan bodoh seperti itu, itu hanya keegoisanmu saja"

Naima tidak bisa melihat ekspresi Arka dan ia tidak sudi. Dulu sekali ia saat ia masih sangat muda ia pernah jatuh cinta dengan Arka, tapi sudah lama sekali sebelum Arka menjadi kerbau milik Nadia. Lalu berubah menjadi kekaguman seorang kakak setelah Arka mengenal Kinara, bahkan cara Arka memperlakukan Kinara menjadi panduan sosok suami ideal yang diharapkan Naima. Maka, sekarang hanya mengingat namanya saja adalah dosa baginya.

"Ingat satu lagi tuan Arka, jangan coba-coba menggali satu inchi pun informasi kehidupan Kinara, dia tidak sendirian, ia memiliki Naima mentari Narendra. Aku terus memgawasimu, aku bahkan bisa membuat diriku masuk kembali ke kubangan kekuasaan Narendra ataupun lubang neraka agar kau menjauhinya, ayahmu tidak akan senang jika aku mengusik Pramodya corp bukan??? "

Arka merasa saat ini adalah waktu mundur. Sangat sulit berbicara saat badai amarah Naima sedang membara. Perkataannya hanya akan menyulut emosi gadis itu. Arka tahu seberapa mandiri Naima hingga mencapai posisinya saat ini tanpa embel-embel Narendra. Naima sangat menghindari kaitan apapun yang berhubungan dengan keluarga ayah kandungnya itu sebagai pewaris utama salah satu keluarga konglomerat terkaya di negara ini. Jika wanita itu nekat kembali itu berarti dia sangat serius. Keseriusan Naima berarti malapetaka bagi keluarganya.

"Aku mengerti kau tidak perlu sampai mengatakan hal itu, aku hanya datang dan berharap bisa menjadi penengah untuk kami berdua, jikapun tidak bisa aku ingin kau membujuk Kinara menerima penjualan rumah dan aset yang sudah aku depositkan di rekening ini" ujar pria itu seraya meletakkan amplop cokelat di atas meja Naima.

"Bawa saja kembali, uang penuh kenangan berdarah seperti itu, bagaimana bisa Kinara menelan nanah itu, apa kau bodoh!!! lagi pula kalau ibu dan istri 'tercintamu' itu tau apa mereka mengizinkannya, aku tidak mau karena uang itu menjadi alasan kau membiarkan mereka untuk menghina Kinara lebih jauh lagi"

Suasana kantor mencekam, mungkin gema kemurkaaannya terdengar keluar dan sehabis ini ia akan mendapat lembur ceramah dari bossnya. Sepertinya ia tidak cukup peduli.

Pria itu tidak pantas mengetahui keberadaan Biru. Dia akan melindunginya sampai akhir. Biru tidak ada hubungan apapun dengan pria itu selain seutas darah dan garis ketampanannya. Biru adalah putra Kinara dan keponakan yang paling ia sayangi. Sebelum pulang, ia berjanji pada dirinya sendiri akan berbelanja banyak sekali, ia akan menghabiskan uangnya untuk membelikan Biru pakaian sampai amarahnya reda. Dimarahi Kinara, sejak kapan ia bisa dimarahi lebih dari 5 menit. Naima mendengar pintu terbuka dan tertutup, bayangan pria berjalan seakan tidak terjadi apa-apa membuat gadis itu mendecih dan semakin kesal saat pria itu meninggalkan amplop cokelat yang ia sudah bisa tebak apa isinya.

flashback end

Oeeeekkk!!!

"Cup cup... Biru, maaf ya aunty melamun... " ujar Naima sambil mengayun Biru dalam gendongannya

Lalu Biru kembali tenang, bayi mungil tak berdosa itu mungkin bisa merasakan amarah Naima dan menjadi tidak nyaman karenanya

"Baby Blue... kau harus tumbuh bahagia, sehat dan pintar untuk buna, nena dan aunty ya. Pastinya juga untuk melihat papamu apakah bisa menyadari kesalahannya tepat waktu. Apakah ia bisa nekat melangkahi jurang neraka yang aunty buat agar bisa menemuimu dan buna atau.... ia akan terlambat dan berakhir menjadi pecundang"

+++++