Dilla kini dibawa ke kepolisian Istanbul dan sementara ditahan karena sudah menyembunyikan bukti mengenai kejahatan Richard. Dilla sudah berusaha bicara yang sejujurnya mengenai kejadian yang sebenarnya jika Dia sama sekali tidak tahu jika Richard telah berniat melakukan pengeboman di depan Stadion Istanbul.
Furkan sudah berusaha menolong Dilla namun kasus ini terlalu rumit dimana kejahatan teroris adalah kejahatan yang tingkatannya sangat tinggi. Furkan pun tidak bisa apa- apa terhadap kasus yang menimpa Dilla.
Dilla pun kini harus ditahan di kantor polisi sementara waktu. Orang Tuan Furkan, Karem dan Burce sangat syok karena kejadian tersebut. Mereka tak menyangka calon menantu mereka terkena kasus terorisme.
Burcu pun akhirnya memberitahu Zubeyde atas kasus yang menimpa Dilla. Zubeyde pun sangat marah dan hampir pingsan.
Akhirnya Zubeyde pun dibawa ke rumah sakit dan sang Dokter mendiagnosis Zubeyde kini tengah mengidap kanker otak, Sang Dokter juga menjelaskan jika Zubeyde sudah mulai terkena alzheimer, lambat laun Ia akan mengalami penurunan daya ingat.
Karem pun sangat sedih karena sang Ibu kini tengah dirundung penyakit serius. Karem pun mendesak Furkan untuk segra menikah karena yang paling ingin dilihat Zubeyde adalah pernikahan Furkan.
Burcu sangat murka karena suaminya tak seharusnya memaksa Furkan untuk menikah buru- buru hanya karena Ibunya sedang dalam keadaan kritis. Itu tak akan membantu apa- apa dengan menyuruh Furkan buru- buru menikah. Apalagi Dilla kini tegah di penjara karena kasus yang sangat berat.
Untungnya tak lama Zubeyde sadar dari komanya.
Benar saja, Zubeyde sudah mulai mengalami dementia dimana lama- lama ia bisa tak mengenali semua orang di sekitarnya.
Saat sadar Zubeyde tampak samar- samar mengenali semua orang yang ada di sampingnya.
Karem pun sebagai anak sangat sedih melihat keadaan Ibunya. "Furkan kau lihat kan keadaan Nenekmu? Kau harus membawa Dilla keluar dari penjara dan menikahinya segera!"
Burcu nampak sangat murka mendengar rekomendasi suaminya untuk sang Putra.
"Kau seenaknya bicara! Sayang, anak kita mau dinikahkan dengan orang yang telah menyembunyikan teroris? Yang benar saja jika bicara!"
"Burcu, kita tak punya pillihan lain lagipula Dilla tak benar- benar terlibat dalam kegiatan terorsi tersebut. Kita bisa menikahkan Furkan dan Dilla di penjara!" Karem tetap bersikeras.
Burcu menolak ide gila sang suami. "Kau ini keterlaluan ya!"
Furkan pun berusaha melerai pertengkaran Ayah dan Ibunya. "Sudah- sudah... kumohon jangan bertengkar!" Furkan pun berusaha melerai orang tuanya.
"Furkan kau pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik lagi dari Dilla, jangan dengarkan ide gila Ayahmu yang tetap ingin kaun menikahi seorang wanita yang berhubungan dengan teroris!" ujar Burcu.
Furkan mengangguk. "Iya Anne, aku pastikan aku tak akan menikah dengan Dilla."
Karem menyipitkan matanya. "Furkan kau ini kan sudah dijodohkan dengan Dilla!"
"Baba, aku tak akan menikah secepat itu! Ayolah... sekarang ini kesehatan Nine lah yang harus diproritaskan bukan pernikahanku!" tegas Furkan.
"Terserah.. tapi kau seharusnya melihat keadaan Nine mu seperti apa! Kalau kau memang peduli dengan Nine mu kau harus segera menikah!" ujar Karem.
"Baba, aku sejujurnya pun tak ada keinginan menikah kalau bukan paksaan Nine ataupun Anne."
"Furkan... kau tak bisa begitu! Kau adalah pewaris dari Turkcell yang harus segera memberikan keturunan bagi klan Atagul." Karem semakin murka.
"Baba, aku akan menikah tapi aku tak ingin punya anak. Kau lihat pernikahan Nesli dan Kaan Abi? Mereka juga dijodohkan? Apa mereka bahagia? Merek malah berkomitmen tak ingin memiliki anak!"
Karem mendengar nafas panjang. "Kau keterlaluan Furkan!"
Malamnya, Zubeyde meminta semua keluarganya berkumpul.
Zubeyde dalam keadaan yang lemah dan sudah mulai linglung. Ternyata Ia masih mampu berbicara sedikit demi sedikit.
Zubeyde pun memberi wejangan kepada anak dan cucunya. Ia mengatakan jika telah siap menghadapi kematian karena kini usianya sudah sangat tua dan sudah ikhlas bila dipanggil.
Ia memberikan sepatah dua patah kata untuk anak- anak, cucu, dan menantu, maupun cucu menantunya.
Zubeyde sudah menangis, air matanya turun sedikit demi sedikit.
"Burcu, kau harus jadi istri yang baik untuk Karem, jangan membantahnya terus, kau juga harus lebih banyak belajar agama lagi, bahkan kalau bisa kau cepatlah berhijab, kau harus ingat jika sehelai rambutmu saja adalah tanggung jawab Karem."
Burcu hanya mengiyakan.
Lanjut ke Neslihan. "nesli, aku ingin sekali menimang cucu dari kau da Kaan, kalian kan sudah 6 tahun menikah."
Neslihan hanya mengangguk begitu juga Kaan.
Kini giliran nasihatnya untuk Furkan. "Furkan, cepatlah cari istri karena kau sudha lumayan berusia, kau kan sudah lebih dari 30."
Mendadak Furkan terdiam. Batinnya. Nine benar- benar lupa kalau aku kini betunangan dengan Dilla?
Burcu pun buru- buru menyambar. "Anne, Furkan sebentar lagi akan menikah dengan pacanya, Kau juga sudh merestui Furkan dengan pacarnya?
Zubeyde pun menyipitkan matanya.
"Nine, Nine..." Furkan sangat panik.
Zubeyde pun tak lama kembali tertidur.
Diam- diam Burcu menyuruh Furkan membatalkan pertunangannya dengan Dilla.
"Anne, aku akan menikah kontrak dengan Dilla kalau Nine sembuh."
"Daripada pernikahan kontrak lebih baik batal saja pertunanganmu!"
"Anne..."
"Dia itu kan pembantu teroris! Kau pikir bagaimana nanti kalau Ninemu tahu soal masalah itu? Kau kan inget Nine mu pingsna karena mendengar berita penangkapan Dilla!"
Furkan pun berpikir sejenak.
"Iya Anne benar, tapi Kau tadi bilang aku akan menikah dengan pacarku, Apa benar aku bisa menikahi yang bernama Dilraba?"
"Dilraba yang juga temannya Dilla itu? Yang orang Kazakhastan?" Burcu nampak tak senang.
"Anne..."
"Tidak! Dia tidak bisa!"
"Lalu siapa?"
"Kau pikir Furkan... siapa lagi kalau bukan Thalita!"
"Anne... tidak mungkin!"
"KENAPA TIDAK MUNGKIN?"
"Karena Thalita..."
Furkan pun melihat ke arah hpnya. "Sekarang tanggal berapa Anne?"
"29."
"Besok pagi- pagi Dlla akan pulang ke Indonesia!"
"Ku harus cegah Thalita! Dia akan menggantikan Dilla sebagai tunanganmu!"
"Anne..."
Furkan pun membatin. Apakah ini jalan- jalan satu- satunya? Harus mencegah Thalita pulang ke Indonesia?"
"Bahkan jika Thalita tiba di Indonesia, kau harus mengejar Dia kesana!" tegas Burcu dengan serius.
Furkan sangat keheranan mengapa Ibunya seperti sangat membenci Dilla. Mau tidak mau Furkan pun memenuhi permintaan sang Ibu untuk mencari Dilla.
**
"Thalita... aku minta maaf karena aku lancang mencegahmu untuk kembali ke Indonesia!"
"Tuan Furkan... maksud Anda apa sih?"
"Aku ingin kita kembali ke perjanjian awal. Soal kau yang menjadi tunanganku."
"Tu... Tuan..." Jelas Thalita terkejut bukan main. "Tapi aku sudah memutuskan untuk kembali ke Indonesia!"
"Kumohon Thalita... bantu aku! Aku janji, kali ini benar- benar..."
Thalita pun terdiam dan tak harus berkata apa mendengar permintaan Furkan.
**